Tujuh

345 25 1
                                    

Brengsek! -batin Gio.

"Jangan coba-coba mancing gue!" tegas Devilo lalu membalikkan badan nya menatap Belva yang kini sedang melihat balik ke arahnya.

Karena pintu rumah yang sebelumnya tidak di tutup oleh Devilo, membuat Belva dapat melihat kedua orang yang sedang bertengkar tersebut.

Saat Devilo memilih untuk melanjutkan jalan menghampiri Belva, tiba-tiba saja punggung nya terasa terhantam oleh benda.

Benda yang di lemparkan oleh Gio ke tubuh Devilo, yaitu vas bunga.

Vas bunga nya pun pecah dan berhasil membuat keping-keping beling berserakan di lantai.

"SETAN!" teriak Devilo sembari memenggangi punggung nya yang terasa sakit.

Belva yang melihat kejadian tersebut, sontak turun dari mobil dan menghampiri Devilo.

Belva menarik Devilo dari pintu rumah menuju ke mobil. Cukup susah karena berontakan Devilo yang terus menolak tarikan Belva karena ingin menghantam Gio di hadapannya sekarang. Tangan Devilo pun sudah mengepal sangat kuat.

"Dave istighfar!"

"Devilo ayo ikut gue!"

Devilo terus berontak, kini emosi nya tidak tertahan lagi.

"Lepasin gue Bel." ucap Devilo penuh penekanan.

"Devilo ayo pergi! istighfar!"

Devilo masih saja berusaha berontak untuk menjauhkan tubuhnya dari Belva, ia sangat takut Belva akan kena pukulan nya.

"DEVILO! LO DENGERIN GUE! KITA PERGI SEKARANG!" teriak Belva tegas sembari terus menarik Devilo.

Devilo terdiam mendengar teriakan tersebut. Devilo melemaskan kepalan tangannya dan berjalan mengikuti Belva menuju mobil.

Belva membukakan pintu mobil untuk Devilo kemudian menutupnya dan berlari kecil menuju pintu mobil di sebelahnya.

Devilo menjalankan kecepatan mobil diatas rata-rata. Rahang nya mengeras dan wajahnya merah padam.

Belva terus berusaha mencairkan suasana, baik dengan bercerita ataupun berusaha mengajak Devilo berbincang hingga perlahan-lahan Devilo mengurangkan kecepatan mobil serta wajah nya yang kembali normal.

"Dave mau makan kan?"

"Dave makan ri*cheese aja yukk."

"Eh ga deh, makan M**CD ajaa mau nggak?"

"Ih tapi masa ayam mulu ya? Bosen kan?"

"Hmm ngga ngga, kita makan mie ayam Pak Dodo aja gimana? Langganan biasa itu lho."

Devilo terkekeh mendengar semua ocehan gadis itu. Sedari tadi Belva sangat bawel. Bercerita ini itu dan mengusulkan beberapa tempat yang akan mereka kunjungi.

"Jadi yang bener kita makan dimana nih?" Tanya Devilo diselingi kekehan.

"Pak Dodo aja yukk."

"Yaudah gue muter balik dulu."

"Kok muter balik?"

"Mie ayam Pak Dodo udah lewat Belvaa."

Belva menaikkan alisnya, "Emang?Ah iya ini pasti karena gue terlalu bawel sampe-sampe gue nggak merhatiin jalan."

Devilo terkekeh lagi.

Setelah berjalan beberapa menit dari pemutaran balik mobil sebelumnya, kini mereka telah sampai di warung mie ayam Pak Dodo yang terletak di pinggir jalan.

Keduanya turun dari mobil dan langsung menduduki tempat ter-pw mereka selama makan disini, yaitu ngedoprak di trotoar.

"BanggDo dua porsi kayak biasa." ucap Belva pada Pak Dodo.

"Neng Belva not pedes plus not pake sayur terus Mas Dave pedes pake begete plus sayur nya yang banyak." ujar Pak Dodo memastikan pesanan mereka.

"Yes Bangdo."

Sembari menunggu mie ayam mereka matang, Belva mencoba menanyakan hal yang tadi ia lihat di rumah Devilo.

"Dave gue mau nanya."

Devilo menoleh menatap Belva, "Apa?"

"Janji jangan marah?" ucap Belva sambil mengangkat jari kelingking nya untuk membuat janji.

Devilo membalas perjanjian kelingking tersebut. "Janji."

"Tadi Dave kenapa sama Om Gio?"

"Ngga apa-apa."

"Mau sampe kapan Dave tertutup terus?"

Devilo terdiam.

"Tadi Om Gio kenapa lempar vas bunga ke badan Dave? Sampe vas itu pecah pula di lantai."

"Bukan dia yang lempar, vas nya jatuh sendiri."

"Nggak usah ngelak, gue liat semuanya Dave."

"..."

***

Voment yaa!
thank u🌸
~🐯Blanktae.

DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang