Yerim berjalan menuju kelas melewati koridor sekolah yang ramai akan siswa dan siswi. Namun dirasa ada yang ganjal saat ini, karena seluruh mata yang ada dikoridor melihat Yerim dengan tatapan yang sulit diartikan.Yerim terus berjalan tanpa menghiraukan orang-orang yang melihatnya aneh. Tak sengaja ia menoleh ke papan pengumuman yang penuh dengan fotonya dilengkapi dengan sebuah artikel di bawah foto tersebut.
Yerim mendekati papan pengumuman tersebut dan membaca artikel tentang dirinya. Jantungnya mulai berdebar-debar takut, tangannya mulai mengeluarkan keringat dingin. Yerim meneguk air ludahnya sendiri. Takut. Rasa takutlah yang sekarang yang ada di dalam dirinya.
Yerim menunduk,ia memilih berlari kecil untuk segera sampai ke kelasnya. Ia sama sekali tak berani menatap balik orang-orang yang kini menatapnya.
Beberapa menit kemudian Yerim sudah berada di kelas. Ia segera menaruh tasnya dan duduk. Yerim menghela napas pelan berusaha untuk menenangkan dirinya.
Sama halnya seperti tadi, kini Yerim juga mendapatkan tatapan aneh dari teman sekelasnya. Ia sudah mengira hal ini terjadi. Namun ia baru menyadari bahwa fotonya yang di lengkapi artikel tentang dirinya tertempel di papan tulis yang ada di kelasnya. Sontak hal ini membuat Yerim terkejut, ia segera berlari mendekati papan lalu sesegera mungkin melepas semua artikel tentangnya.
Seluruh siswa dan siswi yang ada di kelas berkumpul mengerumuni Yerim yang sibuk melepas artikel tentang dirinya. Yerim menangis tak mengeluarkan suara. Ia sudah bisa menebak hal ini akan terjadi padanya namun tak menyangka semuanya akan sesulit ini.
"jadi kau orang miskin?" tanya salah seorang siswi yang ikut berkumpul mengerumuni Yerim.
Yerim membalikan badannya. Ia memberanikan diri untuk menatap orang yang mengajukan pertanyaan yang begitu menyakiti hatinya.
"apa urusanmu?" ucap Yerim. Nada suaranya terdengar gemetar.
"cih,sudah miskin masih saja sombong. Dasar tidak tau diri!"
Yerim membelah kerumunan warga kelas yang mengerumuni dirinya. Ia berlari seraya menangis menuju toilet. Ia ingin menenangkan diri disana.
Saat berada di luar kelas, dengan sengaja ada kaki yang diulurkan sehingga membuat Yerim terjatuh mencium lantai dingin sekolahan.
"ups, minhae" ucap gadis bertubuh pendek dengan nada yang di buat-buat
Yoojung. Ya gadis bertubuh pendek itu adalah Yoojung. Teman Yerim yang kini berubah menjadi penindas dirinya. Menyedihkan. Mungkin itulah yang di namakan teman. Hanya datang di saat temannya bahagia dan akan pergi saat temannya sedang kesulitan.
Yerim bangkit. Ia berdiri lalu menatap Yoojung sinis. Yerim mengusap air mata yang telah membasahi pipi mulusnya. "kau sengaja" ucap Yerim berani
Plak
Satu tamparan mendarat di pipi Yerim yang mulus dan putih. Tamparan sangat keras sehingga sudah di pastikan yang di tampar akan sangat kesakitan.
Yerim memegangi pipinya yang terasa panas akibat tamparan Yoojung yang luar biasa kerasnya sehingga membuat pipinya panas dan memerah. Memang benar jika Yoojung sangat jago dalam urusan tampar menampar.
"berani sekali kau bicara seperti padaku!" bentak Yoojung.
Yerim yang tak ingin jadi bahan perhatian lagi,memilih untuk pergi menjauhi Yoojung. Ia tak memperdulikan ocehan Yoojung karena dia pergi begitu saja.
*
"ya! Sana kau kemana saja? Kami kangen....." ucap Lisa seraya memeluk sahabat karibnya.
Yang bernama Sana hanya tersenyum,ia membalas pelukan sahabat tercintanya itu. Mina yang sendari tadi diam ikut memeluk Sana. Melepas rasa rindu yang cukup panjang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate? (Hiatus)
Fanfiction"Apa kau sadar selama ini aku membencimu? tidak, maksudku dulu, dan sekarang aku justru sangat mencintaimu."