Naeun berlari menuju toilet. Gadis itu menangis. Ya, menangis karena mendengar percakapan Jungkook dengan Sana barusan. Setelah Jungkook mengatakan bahwa dia juga menyukai Sana, Naeun tak kuat lagi mendengar lebih jauh. Jika dia nekad, hatinya pun akn sakit lebih jauh.
Naeun menangkup wajahnya. Gadis yang sedang duduk di atas closet itu berkali-kali mengumpati Sana dengan suara parau. Dia pikir Yerim adalah musuh terbesarnya, ternyata Sana bergerak dua kali lebih cepat. Jika tahu begini maka dari dulu Naeun akan menyusun rencana untuk menyingkirkan Sana.
"Sana, kau benar-benar membuatku kesal, hiks." Air matanya terus menetes tanpa henti. Seharusnya dia yang Jungkook sukai, bukan Sana. Menyebalkan!
"Jungkook, kau...kau tega sekali. Aku lah yang menyukaimu sepenuh hati. Aku benar-benar sangat menyukaimu tapi kenapa kau menyukai Sana itu? Wajahku bahkan lebih cantik dari gadis sialan itu!" gerutunya.
Mata Naeun memerah. Ia tidak ingin memangis tetapi tidak bisa. Air matanya meluncur begitu saja tanpa kendali. Hati sesak, rasanya ada yang menyerang hatinya sangat dalam. Sakit!
"Ani Naeun, kau tidak boleh menangis. Ayo, berilah Sana pelajaran! Kau tidak boleh menangis, bodoh!" Naeun memukul kepalanya sendiri. Ia terus menyeka air mata yang menetes. Naeun menganggukan kepalanya, "Ya Naeun, kau harus beri pelajaran untuk Sana bukannya menangis seperti orang bodoh."
Naeun beranjak dari toilet. Sebelum pergi, gadis itu membasahi wajahnya dengan air. Dia tidak boleh terlihat habis menangis. Dia harus terlihat biasa saja. Demi rencana yang sudah tersusun otomatis di otaknya untuk balas dendam pada Sana.
*
"Yerim!"
Jongkook mendekati Yerim yang berjalan melewati lorong sekolah. Rasanya ingin sekali terus berdekatan dengan gadis cantik bermarga Kim itu. Benar-benar membuatnya merasa nyaman. Entah sihir apa yang digunakan gadis itu sehingga Jungkook benar-benar sudah jatuh sejatuh-jatuhnya dalam pesona Yerim. Astaga, memikirkan Yerim saja sudah membuat Jungkook senyum-senyum sendiri seperti orang yang kehilangan kewarasannya.
Yerim hanya melirik Jungkook sekilas. Tak berniat menengokan kepalanya. Jujur, dalam hatinya yang terdalam Yerim ingin sekali menghampiri Jungkook, mengajaknya mengobrol, dan berakhir dengan mereka makan bersama di kantin. Tapi janjinya dengan Sana tidak boleh dia ingkari. Maka dari itu ia melanjutkan langkahnya, berpura-pura tidak peduli dengan sapaan Jungkook barusan.
Jungkook mengernyit tatkala Yerim mengabaikannya. Ada apa dengan gadis itu? Apa dia marah? Atas dasar apa? Jungkook memilih mengejar Yerim dan hendak meminta penjelasan. Namun, gadis itu malah berlari kecang membuat Jungkook semakin heran. Apa Yerim menghindarinya?
Bukan Jungkook namanya jika dia tidak berusaha mengejar Yerim. Pria itu ikut berlari mengejar Yerim. Dengan langkah panjangnya Jungkook mampu meraih tangan Yerim dan membuat gadis itu berhenti dan berbalik menghadapnya. "Kau menghindariku? Apa kau tidak dengar tadi aku memanggilmu? Dan kenapa saat aku mengejarmu kau justru malah lari menjauhiku?" Tiga pertanyaan itu membuat Yerim kesulitan berfikir. Apa yang akan dia katakan pada Jungkook?
Yerim menghempaskan tangan Jungkook dengan kasar. Gadis itu menatap kedua manik mata milik Jungkook. "Jangan sentuh aku! Berhentilah mendekatiku, Jeon Jungkook!" bentak Yerim.
Jungkook terkejut Karena Yerim membentaknya. Tidak biasanya gadis itu melakukannya. "Kau kenapa? Apa ada masalah?" Yerim melihatnya. Ia melihat ada kekhawatiran di mata Jungkook. Apa dia akan tega melakukan hal ini pada Jungkook?
"Bukan urusanmu. Kenapa kau terus mencampuri urusanku? Kau tidak punya pekerjaan lain apa?!" Yerim merasa sangat bersalah dalam hati. Kata-katanya pasti akan menyakiti Jungkook.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hate? (Hiatus)
Fanfiction"Apa kau sadar selama ini aku membencimu? tidak, maksudku dulu, dan sekarang aku justru sangat mencintaimu."