21

949 102 9
                                    

Sudah dua minggu berlalu. Hubungannya dengan Jeon Wonwoo sudah terjalin selama dua minggu. Dan dua minggu pula dia tidak pernah bertegur sapa dengan Jeon Jungkook.

Entah mengapa hatinya perih. Perih ketika Jungkook selalu mengabaikannya dan memilih dekat dengan gadis lain. Gadis lain? Itu bisa dikatakan jika Yerim adalah kekasih Jungkook, tapi faktanya Yerim bukanlah siapa-siapa. Dia hanya orang yang telah menyakiti pria itu.

Yerim menghembuskan napas pelan. Menatap langit yang kini begitu indah. Sekarang dia berada di atap sekolah. Ya, gadis itu sedang menikmati hari terakhirnya di Hanlim. Kemarin, Appa-nya mengatakan akan segera memindahkannya.

Kurang sial apa lagi hidupnya?

Masalah biaya untuk tetap melanjutkan sekolah di sini sangat memberatkan. Yerim juga tidak mau repot-repot bekerja paruh waktu. Sangat melelahkan.

Tapi sejujurnya, dia tidak ingin pindah dari sekolah ini. Lebih tepatnya tidak mau jauh dari Jungkook. Yerim sendiri masih bingung dengan perasaanya. Dia adalah kekasih Wonwoo, tapi pikirannya selalu muncul Jungkook. Bahkan sering kali Yerim memikirkan Jungkook saat sedang bersama Wonwoo. Yerim sadar betul, dan bahkan dia berusaha untuk menghilangkan nama Jungkook dari pikirannya. Tapi tetap saja tidak bisa.

Sudah cukup. Yerim beranjak dari sana. Ia hendak berjalan menuju kelasnya. Namun sebelum itu, Yerim tidak sengaja berpapasan dengan Lisa. Gadis berponi itu menatapnya aneh. Tapi, siapa peduli? Yerim memilih mengabaikannya. Ini hari terakhirnya, dia tidak boleh membuang waktu, bukan?

Lisa melihat kepergian Yerim. "Dia habis dari atap, ya? untuk apa dia kemari? bukankah atap jadi area yang tidak boleh di masuki siswa?"

Ya, semenjak kematian Jinsol, atap menjadi area terlarang untuk di masuki. Para guru melarang siswa maupun siswi datang ke sana. Maka dari itulah lorong menuju tangga atap menjadi sepi. Sedikit orang yang mau berlalu lalang di sini.

Lisa mengangkat bahunya, tak peduli. Ia memilih pergi dari tempat itu sebelum ada orang yang melihatnya dan berfikir macam-macam.

*
"Jungkook, kita harus bicara," ucap Yerim sembari terus berusaha mengejar Jungkook.

Dia harus meluruskan hubungannya dengan Jeon Jungkook. Yerim tidak bisa pergi jika Jungkook masih saja mendiaminya begini. Sebelum pindah, setidaknya Yerim mendapat kata-kata selamat tinggal dari Jungkook.

Jungkook terus berjalan. Dia mengabaikan panggilan Yerim. Semenjak Yerim menjadi kekasih Jeon Wonwoo, yang tak lain dan tak bukan adalah hyung-nya sendiri, Jungkook jadi segan mendekati Yerim. Selain itu dia juga masih tidak bisa menerima kejadian waktu itu.

"Jungkook, aku mohon. Kita harus bicara. Setidaknya beri aku waktu semenit saja."

Dugh

Yerim terjatuh. Dia menginjak tali sepatunya yang tidak terikat. Yerim meringis, merasakan sakit di lutut dan juga sikunya. Jungkook? Pria itu langsung berbalik, melihat apa yang terjadi. Melihat Yerim yang terjatuh, dengan secepat kilat dia mendekati gadis itu. Dia hendak mengulurkan tangannya, namun ia urungkan. Sepertinya rasa gengsi lebih  mendominasi. Terbukti, bukannya membatu Yerim, Jungkook justru malah kembali berjalan dan pergi.

"Ya! Tidak lihatkah aku sedang terjatuh. Kalau aku sampai cacat bagaima? Bantu aku, kau ini jahat sekali!"

Mendengar itu Jungkook berhenti dan berbalik. "Kau yang menyeruhku untuk jangan mendekatimu. Lalu salahnya dimana? Aku hanya berusaha melakukan apa yang kau katakan waktu itu padaku. Dan lagi, Wonwoo hyung tidak akan suka jika aku menyentuh miliknya."

"Semua ini tidak ada hubungannya, Jungkook. Aku jatuh, dan sebagai manusia kau harus membatuku. Dimana rasa kemanusiaanmu itu?"

Jungkook memilih mengabaikannya.

Yerim bangkit, menatap punggung Jungkook yang kian menjauh. Dia ingin menangis, dadanya sesak. Kenapa bisa sesakit ini diabaikan oleh Jungkook? Dia ingin Jungkook menjauh, tapi setelah Jungkook benar-benar menjauh Yerim tak dapat menerimanya. Yerim ingin hubungannya dengan Jungkook kembali seperti dulu. Dia rindu dengan hubungannya yang seperti itu.

Kakinya kebas, tidak lagi bisa menopang berat tubuhnya. Yerim berjongkok, menangis sendu dalam dekapan tangannya. Banyak siswa dan siswi yang melihatnya dengan tatapan aneh, bahkan menghujat. Tapi, Yerim sama sekali tidak peduli. Dia terus menangis. Meluapkan segala rasa emosi yang bergejolak di hatinya saat ini.

"Jungkook... kenapa kau jahat sekali, eoh? Aku tidak mau kau abaikan seperti ini. Aku ingin kita seperti dulu...," gumam Yerim dengan parau.

*
"Sana, kau kenapa? Apa yang terjadi?!" Mina terkejut bukan main lantaran ia menemukan Sana dalam kondisi perut yang berdarah. Ada luka tusukan di sana.

Kondisi Sana sudah lemah. Matanya tidak mampu lagi terbuka. Sana tak sadarkan diri. Dengan panik Mina berteriak meminta pertolongan. Tapi akan percuma, karena disini tidak akan ada yang datang.

Mereka berada di atap. Kawasan terlarang untuk di kunjungi. Mina tidak tahu mengapa Sana bisa ada di sini, dengan kondisi seperti ini. Tadi, Sana menelponnya, suaranya terdengar begitu lemah. Sana meminta bantuannya untuk menolongnya di atap. Tanpa ba-bi-bu Mina langsung saja berlari menuju atap.

Mina membuka ponselnya, mencari nomer yang kira-kira bisa membantunya untuk membawa Sana dari atap. Mina memilih nomer Jungkook. Dengan gemetar Mina menekat tanda telpon. Beberapa detik menunggu akhirnya Jungkook mengangkatnya.

"Hallo?"

"Jung-Jungkook, tolong aku...," lirihnya. Air mata Mina tidak lagi bisa dibendung. Dia ketakutan.

"Ada apa?"

"Sa-Sana... tolong aku, aku ada di atap. Sana pingsan, Jungkook. Cepat kemari, kumohon."

"Ada apa dengan Sana? Dan kenapa kau ada di atap?"

"Datang saja kemari! Kita harus cepat, Sana bisa meregang nyawa bila kau tidak cepat kemari, Jungkook!" Mina berteriak histeris. Dia mengusap wajahnya gusar.

"Baik, aku akan segera kesana. Kau tetap lah di sana."

Sambungan terputus.

Mina sedari tadi tidak bisa diam. Dia terus menepuk-nepuk pipi Sana agar perempuan itu tersadar. "Sana, bangunlah, kau tidak boleh pingsan!" jeritnya histeris.

Beberapa menit kemudian, Jungkook datang dengan panik. Peluh keringat bercucuran membasahi tubuh dan seragamnya. Ia melebarkan matanya melihat kondisi Sana yang memprihatinkan. Perut gadis itu mengeluarkan banyak darah. Di samping Sana sudah ada Mina yang berurai air mata. Mata gadis itu juga sembab. Dia menatap nanar ke arah Jungkook.

"Jung... kook, To-tolong Sa-Sana...," suaranya terdengar parau. Tubuh Mina bergetar hebat.

Jungkook langsung mendekatinya. "Ada apa sebenarnya? Kenapa dia bisa begini?" tanya Jungkook berusaha tenang.

"Bukan saatnya membicarakan itu! Sekarang ayo angkat dia dan kita harus cepat membawa dia ke rumah sakit, Kook. Aku tidak mau terjadi apa-apa dengan Sana. Aku tidak mau kehilangan Sana!"

Jungkook segera menggedong tubuh Sana yang sudah tak berdaya. Sebisa mungkin Jungkook berlari keluar area atap. Mina mengekor di belakangnya. Gadis itu tidak berhenti menangis, bahkan saat Jungkook sudah datang sekali pun.

*

1 kata buat Jungkook?


Ada yang kangen gak sama aku? Gak ada? Ok...

Jadi Sana itu kenapa guys? Hehehe

Semoga kalian gak bosen yaaaaa
Jangan lupa vote dan komennya. Kritik dan saran aku terima dengan senang hati. Cuma ya jangan nyolot.

Mau next kapan nih?

Hehehe

-Titah❤

Hate? (Hiatus) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang