ROOBI'AH WA 'ISYRUN

103 17 29
                                    

24 MENGURAI PERLAHAN

.

.

.

"Aku lega," gumam Bona nyaris tak terdengar. Suaranya tercekat, bibir bawahnya ia gigit menahan bulir airmata yang siap jatuh kapan saja.

"Maaf. Sekali lagi aku minta maaf, Bona." Jika Bona benar-benar menangis saat ini, bertambah sudah rasa salah dan sesal dalam dadanya karena telah melukai perasaan murni 2 perempuan yang baik.

"Menangislah," lanjut Jimin. "Kamu harus menangis supaya hatimu lebih baik." Jimin melupakan rasa sesalnya semata-mata ingin gadis di hadapannya tenang dan lega. Jimin kerap kali membaca buku yang mengatakan bahwa tangisan perempuan saat sedih lebih bisa membuatnya lega.

Bona menggeleng dan tersenyum penuh paksa sampai membuat hati Jimin nyeri melihatnya.

Di kelas 4 dulu saat pelajaran bahasa Arab, Jimin masih ingat sebuah cerita pendek yang memiliki hikmah bahwa untuk mengenal seseorang dengan baik, kamu hanya perlu mengetahui siapa saja yang menjadi temannya.

Bona dan Kei berteman baik. Jimin sudah pernah mengenal Kei. Ketika ustadzah Jisoo mengenalkannya pada Bona, Jimin tak ragu bahwa gadis ini pun baik meski pada beberapa hal Bona lebih terkesan blak-blakan ketimbang Kei. Jimin berharap dengan megenal Bona, ia bisa melupakan Kei yang diharapkan Minhyun.

Ponsel Jimin di atas meja bergetar, menampilkan nama Minhyun disana yang memanggil.

"Assalamu'alaikum." Jimin mengucap salam duluan. Meski menerima panggilan, Jimin sesekali masih mencuri lihat pada Bona yang terus menunduk. Sesekali gadis itu menoleh kanan kiri.

"Ente disini? Sekarang?" Mendengar Jimin yang sedikit terkejut membuat Bona menatap laki-laki di hadapannya itu dengan bingung. Mata Bona sudah berkaca.

Namun tidak jauh dari tempatnya duduk dengan Jimin, Bona melihatnya. Seseorang yang telah ia coba lupakan berdiri mengedarkan pandangan sekeliling dengan ponsel di telinga.

"Aku pergi." Bona segera meraih tas selempangnya, tapi tangan Jimin lebih cepat menahannya untuk tidak pergi.

"Aku sama Bona. Kenapa ente cari Bona?"

Jimin masih belum tahu Minhyun telah berjalan ke arahnya dan Bona saat ini. Hanya Bona yang melihat dengan perasaan berkeccamuk tak karuan dalam hati.

"Siapa suruh ente pegang tangan perempuan bukan mahrom?" Minhyun dengan kasar menepis tangan Jimin yang erat mencengkeram pergelangan tangan Bona.

Bona mengelus pergelangan tangannya yang baru terasa perih. Saat ia lihat, sudah ada tanda kemerahan. Saking gugupnya menatap Minhyun yang berjalan mendekat, Bona menyadari dirinya mati rasa

Apalagi sekarang ia kembali duduk, bersebelahan dengan Minhyun dan Jimin di hadapannya.

Bona ingin pulang sekarang.

"Jim, ana udah pernah bilang kan kalau suka dengan Jiyeon? Kenapa ente setuju-setuju aja waktu dikenalin Mba Jisoo?"

Jimin mengerutkan kening. Mencoba mencerna dengan baik apa yang dimaksud Minhyun.

"Jiyeon—maksudku Bona juga, kenapa gak bilang sama Jimin kalau aku sudah pernah minta kamu?"

Tidak ada nada amarah dalam setiap pertanyaan yang Minhyun utarakan, tapi Bona bisa merasakan laki-laki di sampingnya ini tengah terburu dan terkesan ragu untuk bertanya. Namun, ada keharusan yang memaksanya.

[[ASTRO x WJSN FF]] SANTRI (boleh) JATUH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang