22. KITA BERPISAH UNTUK KEMBALI, YAKIN?
.
.
.
Dawon mencengkeram erat pagar pembatas tepian loteng. Matanya berkaca menatap jalan raya di depan asrama putra yang terlihat dari loteng. Sebuah mobil putih terparkir di halaman masjid putra. Meski Dawon tidak yakin siapa pemilik mobil itu, tapi dalam hatinya terasa sangat sesak.
Loteng sepi. Hanya hembusan angin yang cukup kencang menerpanya. Suara hanger besi saat bergesekan dengan kawat jemuran dapat dengan jelas Dawon dengar. Sunyi. Perasaannya pun demikian.
Eunwoo pergi. Mustahil dan amat sangat tidak mungkin Dawon bisa kembali melihatnya. Sedih tentu saja. Setelah semua yang terjadi tak kurang dari 24 jam sampai sekarang, Eunwoo malah pergi. Dawon berpikir itu adalah hukuman untuk Eunwoo, dikeluarkan. Namun, kenapa sekejam itu? Kenapa memutus harapan sesorang yang sudah hampir 6 tahun belajar di pesantren dengan hukuman seperti itu?
Sejak semalam, Dawon sudah membayangkan banyak hal. Eunwoo yang dihukum dengan dipangkas rambutnya, atau diasingkan dan disruh menghafal beberapa juz dari al-Quran, tapi tidak dengan hukuman dikeluarkan.
"Dawon?"
Cengkeraman Dawon pada pagar pembatas mengerat mendengar namanya dipanggil. Sejak kejadian kemarin, Dawon sedikit gugup setiap kali mendengar seseorang memanggil namanya.
"Dawon, kamu nangis?" Begitu tahu yang memanggilnya adalah Sujeong, Dawon langsung memeluk teman sebangkunya itu.
Sujeong menepuk pelan punggung Dawon mencoba menenangkan. Selama mengenal Dawon, sekalipun Sujeong belum pernah melihat karibnya ini menangis sampai seperti sekarang ini. Sujeong jadi ikut sedih membayangkan betapa rumit dan tak karuan kondisi pikiran dan hati Dawon.
Dawon dan Sujeong duduk di tengah-tengah loteng setelah Dawon sedikit tenang. Duduk di pojokan bukanlah sesuatu yang baik kalau tiba-tiba ada adik kelas mereka yang ingin ambil jemuran.
"Dawon, kamu suka juga dengan Eunwoo, ya?" tanya Sujeong memulai obrolan. Dawon tidak menjawab melainkan menatap Sujeong penuh kegamangan.
"Iya. Kamu suka sama dia juga," Sujeong mengangguk paham. "Tapi cara kalian salah, kamu sadar kan?" Dawon lagi-lagi tidak menjawab. Sujeong jadi gemas, tapi dia mencoba mengerti.
"Ini tadi Eunha kasih aku. Katanya dari Ustadzah Kei. Ternyata beliau kakaknya Eunwoo." Sujeong menyerahkan amplop yang diterimanya dai Eunha pada pemilik sebenarnya.
Dawon menerima amplop itu dengan hati tak karuan. Dia tidak berani membukanya karena takut jika isinya adalah sebuah salam perpisahan.
"Coba dibuka."
Dengan perasaan takut, Dawon membuka amplop. Selembar kertas dari bagian buku yang terlipat jadi 4 bagian Dawon buka.
tengah malam sabtu
untuk Nam Dawon
Setelah semua pertemuan singkat yang menyebabkan masalah ini, aku sungguh minta maaf. Ketidaksabaranku dalam menunggu waktu untuk bebas tanpa aturan berakhir menyusahkan banyak pihak termasuk kamu. Aku merasa amat bersalah pada ustadz Woohyun sebagai seorang yang aku hormati dan juga sebagai ayah Dawon. Jelas aku turut mencoreng nama baik beliau jika orang-orang mulai membicarakan ketidakmampuan beliau menjaga satu-saunya putri yang ia miliki.
Dengan tulus aku minta maaf, Dawon. Untuk perasaanku yang terburu-buru. Aku tidak sanggup untuk menahannya karena ini pertama kalinya untukku. Aku menyesali kecerobahan dan keberanianku melanggar aturan yang ada. Tapi aku tidak menyesal jatuh cinta pada Dawon.

KAMU SEDANG MEMBACA
[[ASTRO x WJSN FF]] SANTRI (boleh) JATUH CINTA
FanficDawon dan Eunwoo memang tidak seberat perjuangan Adam untuk menemukan Hawa. Tidak pula selama Zulaikhah menunggu kepastian mimpinya bahwa Yusuf adalah takdir yang benar. Dawon dan Eunwoo hanyalah dua anak manusia yang harus mengambil hikmah bahwa y...