#3. LAMPU TAMAN
.
.
.
Byuurr!!
Satu ember air membilas bersih lantai kamar mandi yang dipenuhi busa sabun bekas dibersihkan.
Kesialan untuk Dawon di hari senin ini. Setelah disemprot bagian kebersihan dan kerapian -Jung Eunha atas porak porandanya kamar tidur mereka akibat isi lemari Dawon yang tumpah ruah di depan lemarinya, penanggung jawab taftisy senin ini untuk anak-anak 'Aliyah dipegang oleh ustadzah Bona.
Tanpa Dawon sempat mengutarakan alasan sebagai bentuk usaha pembelaan, beliau langsung memberikan putusan.
"Bersihkan kamar mandi bawah tangga jam istirahat!"
Sama guru tidak boleh melawan pokoknya.
"Uhh ya Allah, itu papan nama kemana, ya? Kesel banget! Sampai kapan coba musti begini." Dawon menggerutu. Lengan seragamnya tergulung sampai bawah siku. Rok bagian bawahnya sedikit basah karena cipratan air saat menyikat lantai kamar mandi bawah tangga.
Kamar mandi terasingkan.
Ya, setidaknya sekarang ada kamar mandi tambahan yang bisa dipakai setelah dibersihkan ukhti Dawon. Mengurangi panjangnya antrian mandi tiap pagi.
Selesai menyelesaikan hukuman dan minta tanda tangan ustadzah Bona karena tugasnya selesai, Dawon kembali ke kelas. Jam istirahat memang waktu yang tepat sekali untuk gadis-gadis muda ini bergosip. Di kelas sudah ada satu kelompok yang terdiri dari Sujeong, Chaeyeon, Solbin, Suyeon dan Eunha, entah apa yang mereka bincangkan.
"Udah selesai bersihin kamar mandinya, Won?" Sujeong langsung keluar dari jama'ah gosip dan kembali ke bangkunya, menyambut kedatangan Dawon yang sebangku dengannya. Menatap miris wujud karibnya yang lemas persis petugas bersih-bersih setelah selesai melakukan SIKLUS kegiatan bersih-bersih.
Tanpa menjawab pertanyaan basa-basi Sujeong, Dawon langsung duduk di kursinya lantas mengambil botol air Sujeong.
"Minta ya."
Botol yang tadinya penuh tinggal setengah.
"Kasihan banget Miss Language abadi habis bersih-bersih." Goda Solbin yang hari ini sudah bisa kembali beraktivitas.
"Kesel iih. Papan nama aku kemana, ya?" Entah sudah berapa kali Dawon menanyakan hal yang sama pada dirinya sendiri atau pada orang lain yang merasa ditanya.
"Terakhir taruh dimana sih, Won?" Jihyo yang tadinya sibuk menyalin catatan di bangku belakang Dawon ikut penasaran.
"Masih di khimar* semalam pas pulang sholat Isya'. Aku pulang pakai mukena. Khimarnya ku sampir di lengan sambil bawa dus." Jawab Dawon yang kini menyembunyikan wajahnya di atas meja. Pikirannya benar-benar buntu.
Bahkan di saat ustadz Seokjin menerangkan fiqih nikah tadi, yang mana selalu menjadi favorit santriwati kelas akhir, Dawon seolah tersesat di alam antah berantah.
Terlihat berlebihan memang karena Dawon sebenarnya bisa saja membuat papan nama baru. Tapi, sejak ia dapatkan papan nama itu di kelas satu, belum penah sekalipun papan nama itu hilang. Nyaris enam tahun dan ketika statusnya sebagai santri tinggal menghitung bulan, papan nama itu malah lenyap.
Kan sayang duitnya. Masih bisa dipakai buat bayar rentalan karya tulis, lho. Atau beli lauk?
"Jatuh kali semalem." sahut Chaeyeon. Dawon menggeleng masih menyembunyikan wajahnya "Gak mungkin."
![](https://img.wattpad.com/cover/139096650-288-k975703.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
[[ASTRO x WJSN FF]] SANTRI (boleh) JATUH CINTA
Fiksi PenggemarDawon dan Eunwoo memang tidak seberat perjuangan Adam untuk menemukan Hawa. Tidak pula selama Zulaikhah menunggu kepastian mimpinya bahwa Yusuf adalah takdir yang benar. Dawon dan Eunwoo hanyalah dua anak manusia yang harus mengambil hikmah bahwa y...