Part 1: That son of a b*tch

64.6K 2.5K 7
                                    

You just get me like I never been gotten before

- Slash, Gotten





Oliver turun dari Jaguarnya dan berjalan cepat memasuki gedung Rosco Corporation di daerah Jendral Sudirman. Entah mengapa ia malas menyetir hari ini. Mimpi buruknya yang tidak pernah berakhir tentang Ally membuatnya lagi – lagi tidak bisa tenang.

Orang – orang yang berpapasan dengannya berusaha menghindar sebisa mungkin, tapi yang sudah terlanjur bertemu terpaksa menunduk dalam – dalam menghindari tatap muka dengannya. Yep, sang multibilioner memang bukan orang yang tepat untuk diajak beramah tamah. Oliver mendengus menatap pemandangan di depannya sambil berjalan menuju lift executive saat handphone nya berbunyi nyaring, nama Aric berpendar – pendar di layar.

"Ric.." sapanya

"Apaan loe subuh-subuh tadi udah miscall?"

"Ntar lunch bareng yuk, gue jemput"

"Dih, geli banget, kayak orang pacaran aja. Loe pasti punya hidden agenda kan? Loe mau cari Ayu?"

Oliver tertawa, Aric bukan orang yang mudah dibohongi.

Ya, setelah beberapa tahun terjebak dengan kenangan kelam tentang Ally dan mencoba mengubur kenangan dengan berganti – ganti pasangan tanpa hasil, tahun lalu Oliver akhirnya menemukan satu orang wanita yang berhasil membuatnya penasaran. Wanita cantik bernama Ayu itu bertemu dengannya di sebuah night club di Jepang. Wanita cantik yang meninggalkannya begitu saja setelah ia orgasme. Wanita cantik bersuara merdu yang secara kebetulan ditemuinya lagi beberapa malam lalu di sebuah beer café di Jakarta. Namun sayangnya wanita cantik itu tampaknya lebih tertarik dengan Aric temannya dan Oliver berniat untuk membuat wanita itu berbalik kepadanya.

Pintu lift berdenting terbuka membuat Oliver bergegas masuk ke dalam. Tepat sebelum lift menutup suara teriakan seseorang membuatnya menahan pintu.

"Thanks, hampir aja gak keburu" ucap wanita cantik di hadapannya.

Oliver memandangi wanita itu dengan bingung masih tidak sadar jika panggilan teleponnya dengan Aric masih terhubung.

"Oli.." panggil Aric di seberang sana.

"Gue di lift, ntar gue telepon lagi" ucap Oliver sambil menutup telepon dan memencet lantai 35. Lantai teratas di gedung ini, lantai khusus dirinya sebagai sang CEO.

Wanita di depannya menatapi jajaran angka di depannya sambil bingung. "Kok lantainya gak ada yang bisa dipencet ya?"

Oliver tertawa dalam hati. Ya jelas aja, ini kan lift executive, gak semua orang punya akses menuju semua lantai karena harus pake ID card khusus. Dia aja bingung kenapa wanita ini bisa memilih masuk lift ini. Oliver menatapi wanita itu lagi, perempuan di depannya ini bukan hanya cantik namun juga menarik.

"Kamu bisa bantu aku?" tanya wanita cantik itu lugu.

"Well, sayang sekali aku cuman bisa menuju lantai 35 saja. Kamu salah naik lift. Ini lift executive, mestinya kamu naik lift reguler tadi." Lies, Oliver bisa saja membantu wanita itu kalau dia mau.

Oliver tidak menyangka bahwa dia akan begitu menikmati wajah terperangah wanita di depannya dan betapa menariknya saat wanita itu malah memarahinya balik.

"Kenapa gak bilang dari tadi sih? Buang – buang waktu aja" ucapnya kesal sambil menatapi lift yang masih merangkak naik di lantai 27.

Oliver tersenyum miring saat lift akhirnya tiba di lantai 35. "Saya duluan" ucapnya ke si wanita cantik yang tampak kesal dan terpaksa turun lagi ke lantai dasar.





LINDA POV

Aku nyaris berlari saat keluar dari lift executive menuju lift regular di jejeran sebelah dan menyelipkan diriku masuk di saat – saat terakhir sebelum pintu lift tertutup. Handphone-ku berbunyi nyaring dengan nama Seto Gunadi berpendar – pendar di layar.

"Shit!" makiku sebelum mengangkat telpon. Orang – orang di sekitarku mengernyit melihatku mengumpat. Aku cuman bisa nyengir.

"Yes" jawabku saat mengangkat telepon.

"Lin, loe dimana? Gila.. ini proyek besar Lin, masa loe pake telat segala sih" ucapnya kesal.

Aku menghela nafas panjang, "Di lift, tadi.. ada kecelakaan" ucapku lesu.

"Loe gak papa?" suara Seto mendadak memelan.

"Bukan kecelakaan kayak gitu. Aduh... udah deh ribet entar aja gue ceritain. Gue udah di lift kok" ucapku terburu – buru sambil menatapi Lift yang kembali berhenti di lantai 8. Sial.. sial... sial... Aku emang sampe pas jam masuk kantor sehingga lift ini berhenti begitu sering padahal tujuanku masih jauh.

"Buruan, Pak Oliver udah masuk ruangan" ucap Seto lagi sambil menutup sambungan.

Beberapa kali berhenti kemudian lift yang aku tumpangi akhirnya sampai di lantai 20, lantai yang sejak awal disebutkan Seto untuk pitching brief pagi ini.

Aku memasuki meeting room perlahan karena proses briefing yang tampaknya sudah berjalan dan langsung bertatapan muka dengan wajah menyebalkan pria di lift executive tadi pagi.

"Good morning" ucapnya menyindir.

Aku mendengus.

"I'm Oliver Rosco" ucapnya memperkenalkan diri.

Aku terkesiap. I'll be damn. You've got to be kidding me. Dia Oliver Rosco? The Oliver Rosco? Siallll... semesta pasti sedang bercanda denganku.

Aku menarik nafas panjang sebelum mengangkat wajah dan memperkenalkan diri "Dan saya Linden Aparaditha."

---

Hmmm... mulai lagi sama cerita baru... first 10 chapter will be an introductory as always...

yang pengen ceritanya lanjut, voments yaa...

kalian pasti tau kan kalo gue terobsesi sama bintang kecil dibawah ini *ahayyy*

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang