Part 11: Seal the deal

23.6K 1.5K 28
                                    

Neng Linda dikala puyeng, biar acak-acakan tetep aja ketjeh *tunjukmulmed*

Di hari minggu ini ternyata suamih sibuk dengan laptop, alhasil gue juga boleh dong ketak-ketik juga dan up 1 chapter :)

Maapkeun short chapter, happy reading beauties...

---


She calls out to the man on the street, Sir can you help me?

- Phil Collins, Another Day in paradise



[LINDA]

Gue duduk dengan gelisah di kursi meeting room Roscorp di lantai 20.

Yep, setelah telpon nekad gue di taksi tadi, Oliver langsung meminta gue untuk datang ketemu dia di Roscorp, saat ini juga. Dan disinilah gue sekarang, di dalam meeting room kantor Oliver, di hari Sabtu, menunggu si milyuner gila yang baru aja gue terima lamarannya.

Gue menatapi wajah gue di kaca kecil compact powder gue, memastikan gak ada sisa air mata di wajah gue. Oliver gak boleh tau kalo gue mengiyakan tawaran dia karena ditinggal nikah sama Adrian. Keputusan impulsif yang sampai saat ini gue pun gak ngerti alasannya kenapa.

But the call has been made, dan gue gak bisa mundur lagi. Gak sekarang.

Gue menutup compact powder gue waktu melihat Oliver masuk ke dalam meeting room bersama seorang pria paruh baya yang tampil sangat rapih dengan tuxedo di hari sabtu ini.

Oliver menarik kursi di depan gue sementara pria itu duduk di sebelahnya.

"So.." ucap Oliver begitu pantatnya menyentuh kursi "what makes you change your mind?" tanyanya langsung sambil menatap gue dalam – dalam.

Gue menarik nafas panjang sebelum akhirnya membalas tatapan dia dengan dingin "Gue capek dipukulin sama Leon dan dikejar – kejar debt collector. Sampe mampus juga itu hutang gak bakal bisa gue lunasin. Rate bunganya lebih tinggi dari rate kenaikan gaji gue. " Half lies, semoga Oliver gak nyadar.

Oliver tersenyum tipis di kursinya, "I see" jawabnya. Is it just me atau emang nada suaranya berubah dingin?

Oliver mengerling ke pria di sampingnya sebelum akhirnya memperkenalkan pria itu ke gue "Kenalkan, Sapto Djojokusumo, my lawyer"

Gue mengangguk ke pria tersebut. A very familiar name. Satu lagi pembuktian kalo Oliver emang beneran Milyuner. Pengacaranya kelas kakap bo.

"Gue ajak Om Sapto sekalian coz.. There are documents you need to sign. Pre-nup and so" ucap Oliver lagi. "Loe jadi mau nikah sama gue kan? Gak bakal mendadak mundur?"

Pria di samping Oliver mulai menyodorkan beberapa berkas dan sebuah pulpen ke hadapan gue.

Gue menunda menjawab pertanyaan Oliver dan alih – alih memilih untuk memperhatikan dokumen dari Pak Sapto, membacanya sejenak sebelum akhirnya berucap "Loe gak akan mikir gue senaif itu mau nikah sama elo kan? Berapa banyak yang akan loe terima kalo loe nikah sama gue?" tanya gue sambil memicingkan mata menatap Oliver.

Di depan gue, senyum tipis Oliver sudah berubah menjadi senyum lebar.

"Kenapa loe bisa ngomong gitu?" pancingnya.

"Karena loe gak akan secara random ngajak gue nikah kalo gak ada untungnya buat elo. Like you said, kalo loe bisa sama 1,000 wanita kenapa puas hanya dengan 1 wanita, right?" tantang gue.

Oliver terkekeh kini. "Sekarang om ngerti kan kenapa saya pilih dia?" tanya Oliver ke pengacaranya. "Karena dia cerdas".

Di sebelah Oliver, Pak Sapto hanya tersenyum tipis.

Oliver kembali menatap gue sekarang "Look Linda, this conversation is private. Jadi gue akan menyangkal kebenarannya kalo sampai elo bocorin ini keluar."

Gue mengangguk.

"30 persen dari saham ayah gue akan turun ke gue saat gue menikah. Right now I only have 30 percent share in this company."

"And the rest?" tanya gue gak bisa menahan kepo. I mean, 30 tambah 30 baru 60 kan? Sisanya?

"The rest belongs to River and the boards"

"River?"

"My brother"

Gue mengangguk paham "I see now, but I have conditions"

Oliver menaikkan satu alisnya.

"Gak boleh ada yang tau kita nikah. Families only."

"Sahabat – sahabat gue harus tau" tawar Oliver setelah tampak berpikir sejenak.

Dada gue kembali berdenyut nyeri, Adrian termasuk salah satu sahabat Oliver.

"Families only or it's off" ucap gue final. "Gue tau elo butuh 30% itu, dan gue gak yakin you wanna stay married with me for long" paksa gue.

Di depan gue Oliver tampak berpikir. "Emang enggak, 6 month until 1 year only, terus kita cerai."

Brengsek! Gue tahu pernikahan ini gak beneran. I mean, gue butuh solusi yang ditawarin Oliver and vice versa. Tapi tetep aja, denger kalimat barusan keluar dari mulut Oliver bikin gue ngerasa kayak sampah.

Di tengah pembicaraan, ponsel gue mendadak bergetar. Nama Adrian berpendar di layar bikin gue pucat seketika. Udah ada beberapa miscall dari Adrian sejak gue berlari keluar dari Loewy tadi, sengaja gue cuekin karena gue gak tau harus bereaksi gimana.

Oliver mendengus melihat reaksi gue. "Jadi gitu?" ucapnya lirih.

Gue menatap dia bingung.

"Elo bilang iya ke tawaran gue bukan cuma karena hutang 5 Milyar loe. Tapi juga karena Adrian mau nikah sama Ira?" Shit! He knew?

Gue duduk dengan kikuk di kursi gue sambil menatapi ponsel di tangan yang masih bergetar dengan nama Adrian di layar.

"Just sign the God damn paper Linda" ucapnya ketus sebelum beranjak berdiri dari kursinya.

"Gue setuju sama elo Linda, families only. Kalo perlu, kita nikah sebulan aja terus bubar. Elo bener, temen – temen gue gak perlu tau. Sekretaris gue akan menghubungi elo untuk persiapan pernikahan. Sampai bertemu di altar." Setelah mengucapkan itu Oliver berlalu setelah sebelumnya membanting pintu ruang meeting dengan keras, meninggalkan gue yang masih terduduk kikuk.

---

Eaaaa.... Oliver baper.. gue mencium bau-bau babang Oliver mulai kena pesonanya Linda nih. Wkwkwk... if that happens bang, gue bantu doa deh elo *peace*

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang