Hai... ada yang kangen Oliver sama Linda? Jadiii... gue ceritanya kena DB dan harus opname seminggu lebih. Jadi yaa... boro2 mau up, kliyengan banget sumpah.
But i am okay now so hopefully jadwal up bisa normal kembali 😊Play the song please, this singer will be one of my reference for River's voice in my other book, I Want You. So kewl!
—-
So what's the deal, are we just fucking or do you want something real?
- Jake Hope, What's the deal
[OLIVER]"Gimana?" - itu Adrian
"Bo'ong!" - itu Aric
"Kok dia malah nyebut nama Adrian sih?" – dan itu Ethan
"Bini kontrak nya Oli, cinta mati sama Adrian" jawab Aric ke Ethan.
"Ric.." tegur Adrian.
Aric nyengir.
Aku terpekur di kursiku sambil menerawang membayangkan malam – malam gila yang kulalui bersama Linda. The sex was great, tapi Linda selalu kelepasan nyebut nama Adrian. Selalu, gak pernah nggak. Dan yang lebih mengenaskan lagi, dalam setiap desahan dan erangan yang terlepas dari mulut cantiknya, dia nyaris gak pernah nyebut namaku.
Aku, Oliver Rosco, the lifetime womanizer, finally get pranked sama wanita cantik polos yang bahkan baru bercinta sama aku doang.
Beberapa kali aku nyaris off setiap Linda kelepasan nyebut nama Adrian, tapi setelah malam itu aku sudah bersumpah tidak akan menyakiti Linda lagi sehingga aku memutuskan untuk diam. Walau untuk membalasnya, aku akan membuat Linda orgasme berkali – kali setiap kali kita bercinta. Biar dia inget bukan Adrian yang bisa bikin dia merasakan itu, tapi aku. Cuman aku yang bisa bikin dia orgasme. Mungkin itu juga sebabnya aku selalu sengaja gak pake kondom. Biar dia bisa ngerasain aku, raw, inside her.
God knows aku gak pernah segila itu sama siapapun sebelumnya. Cuma sama dia.
Mikirin bercinta sama Linda aja udah bikin gairahku naik. Aku melirik Rolex ku sekilas, lagi apa ya Linda sekarang?
"Jadi sekarang gimana? Loe mau terusin sampe resepsi beneran?" pertanyaan Aric bikin aku balik ke saat ini, khayalan bercinta sama Linda langsung nguap entah kemana.
"Gue mau berangkat ke U.S lusa"
"Ngapain?"
"Ada meeting annual budget di kantor sana, sekalian gue mau ke makam Ally. I need to explore my feelings. I need to know what I want."
Sahabat – sahabatku mengangguk paham.
"Setelah ada Linda, apa elo masih suka mimpi.. err.. itu?" tanya Adrian ragu.
Aku menggeleng ragu "It's not like that Yan. Gue... gak tidur sekamar sama Linda."
"What?" Ethan yang duluan protes. "Tapi elo ML sama dia? Kampret banget lo!"
"Elo belom jawab pertanyaan gue" kejar Adrian. Dia tampak tenang, tapi reaksi wajahnya berubah setelah dia denger omongan Ethan barusan.
"Gue masih mimpiin Ally. Every single night. Tapi sejak ada Linda emang agak mendingan. Dia.. sering masuk kamar gue dan bangunin gue setiap gue mimpi buruk."
"Ya terus, dia balik lagi ke kamarnya gitu? Kenapa gak tidur bareng aja sih Li? Sekamar? Biar kontrak tapi kan dia bini loe." Ethan langsung protes.
"Dia bisa suka sama elo Li, dan demikian juga sebaliknya. Loe berdua cuman sama – sama takut untuk mulai, takut untuk jatuh cinta." Ucap Adrian lagi. "Menurut gue, Linda bahkan sebenernya gak pernah cinta sama gue. Suka mungkin. I think she just likes the idea of falling in love with me."
"Gak lah." Akhirnya Aric nyaut. "Kenapa loe bisa bilang gitu Yan? Orang dia cuman natap elo doang. Trust me I know, Lah orang gue yang ganteng gini aja gak dilirik sama sekali sama Linda."
"Yee..." kali ini Ethan menoyor Aric. "Elo ya, kebangetan banget pede nya emang."
Adrian bergerak dan duduk di depanku kali ini. Memutuskan untuk sepenuhnya mengacuhkan kata – kata Aric.
"Listen Li, go to U.S then let see what happens when you return. Kalo Linda sampe nyariin loe atau bahkan elo yang kangen mampus sama dia selama loe disana then there is definitely something between you two terlepas dari apapun yang Linda kira dia rasa buat gue. Saat itu terjadi, loe harus janji sama kita buat nerusin ini tanpa kontrak. Give yourself a chance to be happy Oliver, elo berhak untuk bahagia, gue yakin Ally juga pengen hal yang sama buat loe."
[LINDA]
Aku lagi siap – siap buat check out dari hotel waktu bel di kamar ku berbunyi. Aku mengintip dari balik pintu dan nemuin Oliver disitu. Setengah hati aku membuka pintu. Mood ku lagi jelek banget beberapa hari ini. Selain karena kelelahan akibat proses shooting iklan dari kantor yang baru kelar pas sehari sebelum Adrian nikah, juga karena fakta bahwa Adrian beneran nikah.
Beda banget rasanya antara ngerelain orang yang loe sayang bakal nikah sama orang lain dan ngeliat langsung dia nikah right in front of your very eyes. Sakitnya beda. Banget. Seharian kemarin aku ngerasa jantungku di rampas keluar dari tubuhku, dan belum balik lagi sampe sekarang. It hurts like hell.
Aku tahu seharusnya aku ikut bahagia ngeliat Adrian bahagia, but I can't. I cannot fake it. Udah bagus aku gak nangis gerung – gerung di depan semua orang kemarin.
Untung juga kemarin Oliver menempel ketat sama aku, mungkin dia udah prediksi kalo aku mau nangis kejer, dan aku yang anti terlihat lemah di depan Oliver akhirnya menahan diri walau tetap meneteskan air mata saat Adrian dan Ira saling mengucapkan janji setia.
"Udah?" tanya Oliver saat pintu berdebam menutup.
Aku menarik nafas panjang. Lesu.
"Sebentar lagi.." sambil kembali membereskan barang yang gak banyak.
Sesaat setelah aku mengunci koper kecilku, tiba – tiba aku merasakan tubuh Oliver yang besar memelukku dari belakang. Aku menegang.
"Oli.."
"It's okay to cry Linda, I know you're not okay now. Nangis sepuasnya sekarang tapi cukup sampai disini aja. Mulai besok aku gak mau lagi kamu netesin air mata kamu buat Adrian, karena aku gak tahan lihatnya."
---
Gue jadi berasa pengen nangis nulis ini. Hu.. hu... hu.. I feel you Linda, gue juga pernah ditinggal kawin. Ihikss.. rasanya tuh ya, nyesss...
Be strong ya neng...
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat
RomanceWarning 21+ Highest rank #1 in CEO (24 Dec'18), rank #1 in office (18 sept'19), rank #1 in work (2 oct'19), rank #2 in chicklit (12 feb'20), rank #1 in bahasa indonesia (6 oct'20) "I know what i want when i saw one" ucap Oliver tegas sambil menatap...