Selamat pagiiii... up pagi-pagi banget saking kangennya sama Oliver 😊
—-
Whenever I'm alone with you. You make me feel like I am whole again.
- 311, Love Song
[OLIVER]Aku berjalan cepat ke dalam JFK Airport New York tanpa sekalipun melepaskan pandangan dari ponsel, membaca report yang dikirimkan Danar tentang masa lalu Linda.
Report yang Danar kirim masuk tepat saat aku akan tiba di Airport dan membacanya membuatku menyesal karena gak ngotot minta Jet pribadi Roscorp untuk ada disini mengantarku pulang ke Jakarta. Jet itu lagi dipake Daddy dan Isabella ke manalah sehingga aku harus puas dengan penerbangan komersil yang pasti akan memakan waktu begitu lama.
Aku masuk ke first class RAI (Rosco Air International), maskapai milik Roscorp dan langsung disambut dengan senyum manis para pramugari yang sumpah demi apapun tidak bisa aku balas. Aku hanya mengangguk kecil sebelum langsung terduduk di kursiku dan kembali membaca report dari Danar. Damn it! Kenapa selama ini aku gak nyadar apa yang pernah terjadi sama Linda. Aku terlalu terpaku dengan kenyataan Linda berhutang ke Valian saat itu sehingga tidak membaca tuntas apapun itu yang ada di report Danar saat aku minta full background check nya Linda.
Aku terduduk gemas sambil meremas rambutku, aku gak bisa nunggu 22 jam cuma buat nunggu ketemu dia, aku bisa gila.
Dengan gemas aku mengambil ponsel dan menelpon sekretarisku, langsung diangkat pada dering kedua, ingatkan aku untuk memberinya bonus besar saat yearly appraisal untuk dedikasinya melayani jadwal kerjaku yang gila, mengingat di Jakarta sekarang sudah nyaris jam 4 subuh.
"Ya Pak?" sahut suara diujung sana.
"Please check if there's any Jet available around JFK right now and rent it. Saya butuh segera tiba di Jakarta. Pay whatever amount they want."
Aku menutup telepon dan menunggu, karena dijamin sekretarisku yang taktis itu akan menjalankan perintahku dengan baik.
10 menit berikutnya kulalui dengan gelisah. Pesawat yang kutumpangi mulai terisi dengan penumpang yang masuk dan memenuhi kursi – kursi kelas bisnis dan ekonomi. Tepat saat kurasa kesabaranku akan habis dan aku nyaris redial nomor sekretarisku, tiba – tiba ponselku berbunyi. Nama Renata sekretarisku, berpendar di layar.
"Ya" jawabku tergesa.
"Sudah siap semua Pak, nanti bapak akan dipandu oleh team kita disana."
Aku menghela nafas lega.
"Terima kasih Renata" ucapku sebelum menutup sambungan.
Aku jamin sekretarisku disana pasti lagi bengong maksimal. Aku jarang berterima kasih padanya atas apapun. Selama ini aku yakin kenaikan gaji yang signifikan yang selalu kuberi setiap tahunnya sudah cukup menjadi bukti rasa terima kasihku kepadanya, tanpa perlu lagi kuucapkan.
Tambah lega lagi saat tidak lama seorang pramugara RAI menghampiriku dan mengambil koperku dari Luggage Bin serta langsung meng-escort ku keluar dari pesawat yang akan segera berangkat. This flight will take around 22 hours tapi Jet akan memangkas setengah waktu perjalanan. Setelah apa yang kubaca tentang masa lalu Linda, dan terutama dengan kondisi Linda yang lagi sakit, aku gak bisa menunggu selama itu. I'll do anything to get to her faster.
[LINDA]
Aku gak ngerti kenapa aku terus menerus memuntahkan apapun yang masuk kedalam perutku. Aku tahu selama ini aku punya maag akut dan seringkali kambuh saat kerjaan kantor lagi peak kayak sekarang, tapi ini keterlaluan. Aku bahkan sampai pulang tenggo hari ini, sesuatu yang nyaris gak pernah aku lakukan. Aku terduduk lemas di ruang keluarga Oliver saat Surti, salah satu maid nya Oliver lewat dan langsung bengong ngeliat aku yang pucat pasi.
"Bu Linda.. Ibu gapapa? Ibu pucat banget"
Aku tersenyum sekilas, titik – titik keringat mulai bermunculan di keningku. "Saya gapapa bik."
"Tadi... tuan Oliver telpon, katanya Ibu sakit. Saya disuruh manggil dr. Sony, dokter keluarga."
"Jangan... jangan panggil dokter Sony, saya gapapa. Beneran bik. Bikinin teh manis panas aja boleh? Saya lebih butuh yang hangat – hangat dibanding dokter." ucapku keras kepala.
Bayangan kehadiran seorang dokter di sekitarku membuatku seketika terkena panic attack. God knows apa saja yang sudah terjadi di masa laluku yang melibatkan dokter.
Bik Surti tampak meragu tapi melihat senyumku yang berusaha meyakinkannya ia pun mengangguk dan berlalu ke dapur.
Aku baru saja selesai menyesap teh manis Bik Surti dan merasa jauh lebih baik waktu pintu depan rumah Oliver terbuka. Siapa yang bertamu saat maghrib begini? Demi apapun Oliver nyaris gak pernah menerima tamu di rumahnya.
Aku berusaha bangkit namun langsung terduduk lagi karena masih lemas saat melihat wajah yang sangat familiar memasuki ruangan keluarga. Oliver pulang.
And I'll be damn, he looks good.
Aku menatapinya dalam diam waktu ia berjalan lurus ke arahku. Tubuhku memang masih lemas, tapi tidak jantungku. Jantungku berdentam kuat hanya dengan menyadari bahwa Oliver, yang sudah hampir 2 minggu menghilang tanpa aku tahu kabarnya, kini hadir di depanku. Aku rindu.
"Linda..." panggilnya saat dia ada di depanku.
Aku mendongak menatapnya. Ingin berdiri tapi aku tahu aku masih lemas. Lemas karena lagi gak enak badan dan lebih lemas lagi karena jantungku yang masih berdebar terlalu kencang. Entahlah setelah beberapa hari gak ketemu, keberadaannya di hadapanku terasa gak nyata. Aku mencubit tanganku keras – keras untuk meyakinkan bahwa beneran Oliver yang ada di depanku, bukan cuman ilusiku semata.
"Linda..." bisiknya lirih.
Aku beneran tersesat dalam tatapannya, Oliver gak pernah menatapku seperti itu sebelumnya. Dia terlihat... lapar? Aku nyaris pingsan waktu Oliver langsung menarikku berdiri dan memelukku erat, tanpa basa – basi ia langsung melumat bibirku dalam – dalam di depan Bik Surti dan Jaya yang lagi wara – wiri di sekitar kita dengan koper dan tas kerja Oliver. Tampak bingung apakah harus pergi atau tetap menaruh barang – barang walau akhirnya mereka semua menghilang.
"I miss you..." bisik oliver lembut sambil mengelus pipiku.
God, me too.. jawabku dalam hati sambil tersenyum. Me too, Oliver.
Sebelum akhirnya kembali tersesat dalam sesapan bibir Oliver yang kembali menciumku ganas.
---
Yaolo, Me too Oliver (gue ikutan jawab boleh gak? Wkwkwk)..
Happy Wednesday guys, itu bintang kecil dibawah dipencet dulu boleh :D
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat
RomanceWarning 21+ Highest rank #1 in CEO (24 Dec'18), rank #1 in office (18 sept'19), rank #1 in work (2 oct'19), rank #2 in chicklit (12 feb'20), rank #1 in bahasa indonesia (6 oct'20) "I know what i want when i saw one" ucap Oliver tegas sambil menatap...