Part 32: Not like this

20.4K 1.4K 67
                                    

Some people write in their spare time, not me.

I read in my spare time, but always write in between my most hectic schedule. Writing has and always been my escape to calm the voices in my head and to keep me sane in my insane real life.

Short chapters as always, happy reading guys ..







I never fall for girls but you got me tripping. Will I want you when I'm sober?

-        Bazzi, Sober





[LINDA]

"Kita pulang" ucap Oliver di telingaku.

"Nggak" jawab gue tegas.

"Sekarang Linda."

"NGGAK!" teriak gue keras.

Teriakan gue bikin team gue pada noleh dan langsung kaget nemuin Oliver ada di dekat kita, biar gimana dia klien penting Resolve.

"Malam semuanya" sapa Oliver sambil tersenyum. "Saya pinjam Linda sebentar." Pamitnya sambil narik gue keluar dari dance floor.


"Oli please..." rengek gue.

Oliver terlihat kaget, gue jarang banget manggil dia pake namanya langsung, seringnya sih ada embel – embel kata bapak di depan namanya.

"Aku masih mau disini."

Oliver menarik napas panjang dan akhirnya menyerah sambil menarikku ke areal VIP.

Dia mesen Vodka sambil duduk diam dengan lengan yang merangkul gue erat. Gesture-nya posesif. Dalam kondisi sadar, gue mungkin gak akan seneng diginiin. Tapi nggak disaat gue setengah mabuk, dia malah bikin gue pengen lebih.

Gue baru aja bergerak mendekat ingin mengecup pipi Oliver waktu mendengar suara yang familiar memanggil gue.

Gue mendongak, di depan gue berdiri Aric dengan tatapan bingung menatap bergantian ke gue dan Oliver. Ups!

"Ric.." sapa gue sambil nyengir. Perlahan bergerak menjauh dari Oliver.

Gue menatap bingung waktu ngeliat Aric dan Oliver saling menatap dalam bingung, mereka kayak lagi komunikasi tanpa suara gitu. Aneh banget sumpah.

"Adrian? Ethan?" tanya Aric setelah akhirnya menghempaskan pantatnya ke sofa.

"Adrian ngurusin kawinan, Ethan.. ke Budapest."

"Budapest? Kok tumben gak bilang di group?" tanya Aric bingung. Oliver nyengir di sebelahku.

Kita ngobrol seru sebelum Aric memutuskan untuk pergi entah kemana. Mungkin dia gabung sama teman kantorku yang lain yang juga lagi ada di club yang sama kali. Kentara banget dia bingung sama keberadaanku di samping Oliver. I mean everyone knows that we have business relation, tapi yaa... cuman sebatas itu aja. We don't actually be friend, jadi pasti aneh buat Aric nemuin aku berdua doang sama Oliver disini dengan posisi seintim tadi.

           


"I know you wanna kiss me back then" bisik Oli sesaat setelah Aric pergi.

"Hmmm?"

"Aku tau kamu mau cium aku tadi. Sebelum Aric datang. Gak mau diterusin?"

Gue menoleh, di samping gue Oliver sudah mendekatkan wajah. Gue menatapi wajahnya yang seperti dewa yunani, sumpah ganteng banget. Oliver terpejam, dan gue gak bisa nahan diri buat gak nyium dia. Blame it on the alcohol, but I cannot stop.


Aric sempet balik tadi, tapi langsung cabut lagi begitu ngeliat kita make out.

"Mau naik?" bisik Oliver di telinga gue. Suaranyaparau. Ada hotel bintang lima diatas klub ini.

Gue menggeleng. Dan langsung tersenyum dalam hati waktu ngeliat wajah kecewanya Oliver.

"Di rumah aja" bisik gue kemudian bikin senyum iblisnya Oliver datang lagi.





[OLIVER]


Aku menatap Linda yang sedang tertidur dengan pikiran berkecamuk. Untuk kedua kalinya dia tidur di ranjangku, dan untuk ketiga kalinya aku bercinta sama dia tanpa pengaman. Ya, 3 kali. Yang pertama waktu malam jahanam itu. Malam pernikahanku. Aku cuman punya stok kondom ngepas sementara aku meniduri Linda berkali – kali malam itu. Yang kedua seminggu lalu, dan yang ketiga malam ini. Aku bahkan gak sempet ngecek Linda minum pil KB apa nggak, pake spiral apa nggak. Ya ampun, aku emang bener – bener teledor. Aku gak kebayang kalo dia sampe hamil, aku gak siap jadi bapak. Jadi suami aja aku gak siap. Dadaku berdebar cuman ngebayangin doang.

           

Aku menghisap rokok dengan pikiran penuh. Beberapa minggu terakhir yang kuhabiskan bersama Linda berhasil membuatku mempertanyakan perasaan yang aku punya buat dia.

Semua orang pasti punya sumber kebahagiaan dan juga sumber kegelisahan. Selama ini aku pikir sumber kebahagiaanku cuman ibuku, dan Ally, dan sahabat – sahabatku, dan piano, dan Roscorp. Selama ini aku pikir sumber kegelisahanku adalah para BOD, atau Valian, atau musuh – musuh Valian, atau kesalahan apapun di armada pesawatku, atau bahkan mimpi – mimpi buruk ku yang selalu menghantui. Tapi sepertinya aku salah. Ngeliat Linda yang lagi tertidur dengan nyenyak di sampingku, aku mulai ngerasa bahwa dia adalah keduanya. Dia adalah kedua sumber itu buatku.

Dan itu bahaya. Aku gak bisa ada di posisi itu, karena kalo aku ngebiarin dia seperti itu dia bisa jadi sumber kehancuranku, and I cannot let that happen.


---


Komen gue buat babang Oli: Terlanjur bang! masa mau mundur sekarang? Awas loe ya!

           


Btw, mau nanya dong, kalo Heartbeat kelar (masih lamaaa, rencana gue chapter Heartbeat kudu ngalahin FMN), bagusnya gue lanjutin ceritanya River yang emang baru prolog doang di lapak gue, atau malah mendingan nulis ceritanya Ethan dulu? Comment yaa... your opinion matters guys..

PS.Valian is not an option ye, doi jatahnya belakangan.. karena nulis tentangValian bakal bikin gue mengkhianati idealisme gue buat nulis cerita yang happyending doang. I mean, he's a criminal, what do you expect guys?

TBC, Voments please

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang