Part 6: Once a jerk, always a jerk

35.5K 1.6K 20
                                    

So outside my misery, I think I'll find a way of envisioning a better life

- XXXtentacion, Hope





[LINDA]

"Lin, tolong ke Roscorp dong" ucap Seto di depanku. Roscorp adalah singkatan yang kami gunakan untuk menyebut Rosco Corporation, lebih singkat dan mudah diucapkan.

"Ngapain?" tanyaku malas.

"Barusan sekretaris Pak Oliver nelpon gue, babe minta waktu buat diskusi untuk digital planningnya. Gue terlanjur bilang iya, gue lupa kalo udah ada janji sama Loretta. Gak bisa digeser pula Loretta nya." ucap Seto sambil menyebutkan nama brand bakery besar yang juga menjadi klien kami.

Aku mendengus sambil bertanya balik "Ya udah, jam berapa?"

"Sepuluh" jawab Seto di depanku sambil nyengir.

Aku melirik jam tanganku sekilas sebelum akhirnya mendelik menatap Seto "Ini udah jam 9.30 Seto dan loe baru bilang sekarang! Gue gak bakal nyampe ke Sudirman setengah jam doangan jam segini, ish!" aku mulai ngomel – ngomel tapi sambil membereskan barang – barangku.

"Lunch on me tomorrow?" tawar Seto yang langsung bikin aku terdiam seketika. Ini orang sialan emang, tau aja aku lemah sama gratisan.

"Ya udah!" dengusku sambil meninggalkan ruangan.

"Naik Gojek biar gak telat Lin!" teriak Seto dibelakangku.

Aku tetap berjalan sambil mengacungkan jari tengahku ke Seto, dibelakangku Seto tertawa terbahak – bahak.





Ditengah kegilaan Jakarta di pagi hari, bahkan Gojek pun gak bisa bantu banyak. Pada kenyataannya aku tetap aja terlambat. Aku memang berhasil sampai di Roscorp jam 10 pas tapi itu cuman sampe di lobby nya doang. Menukar ID card pake kartu pengunjung dan ngantri nungguin lift butuh 15 menit sendiri. Aku menatap nanar ke arah lift executive yang seolah menantangku dengan sombong di tengah lautan manusia yang ngantri di depan lift regular. Sial! Bikin inget kejadian beberapa hari lalu aja.

Aku masuk ke meeting room lantai 20 dengan tergesa, beberapa kali meeting dengan Oliver bikin aku sadar kalo dia termasuk orang yang on time. Dan benar saja, waktu aku masuk Oliver dan jajaran stafnya sudah duduk manis sambil sibuk dengan perangkat elektronik masing – masing. Semua mata terangkat dari device nya masing – masing saat aku masuk ke dalam ruangan bikin aku menelan ludah seketika saking gugupnya. Sumpah deh, aku terlihat sangat tidak professional saat ini karena membuat klien menunggu.

"You're late" ucap Oliver saat aku masuk. Itu pernyataan bukan pertanyaan.

"Maaf Pak" jawabku pelan "Liftnya ngantri banget tadi".

Oliver tampak tersenyum sekilas waktu denger aku nyebut – nyebut soal lift bikin aku meradang seketika karena inget kejadian malam itu lagi.

"Shall we start?" tanyanya beberapa detik kemudian.

Aku menarik nafas panjang, mengeluarkan laptop lantas merubah gesture menjadi Linda sang Account Director yang percaya diri dan tidak takut diintimidasi walau sebenarnya aku gentar.

[OLIVER]

Perempuan di depanku ini benar – benar menarik. Memang dia kira aku gak tau kalo dia senewen. Hari ini dia hanya datang sendiri, sementara kami dari Rosco Corp bertujuh, aku dan stafku yang sebagian besar dari divisi IT dan marketing communication. Aku mengamatinya dengan cermat saat stafku menyecarnya dengan berbagai pertanyaan seputar strategi digital yang akan dikerjakan Resolve untuk perusahaanku.

Perusahaanku, Rosco Corporation, adalah perusahaan warisan dari kakek buyutku. Perusahaan yang bergerak di bidang transportasi udara. Yep, we had airlines and so. Perusahaan ini telat diwariskan turun temurun ke kakekku, ayahku dan beberapa tahun lalu turun ke aku setelah ayahku mendadak memutuskan untuk menghabiskan masa tuanya di Eropa timur dengan pacar barunya.

Kebalikan dengan sahabat - sahabatku yang cenderung malas melanjutkan bisnis orangtuanya, Aku justru senang saat dipercaya untuk memegang Rosco Corporation menggantikan ayahku. Kesibukan yang luar biasa di kantor membantu mengalihkan ingatanku akan Ally.

Si Linda ini boleh juga, kepercayaan diri dan keberaniannya membuatku terpukau. Gak banyak orang yang bisa bertahan diserang berjam – jam untuk mempertahankan strategi di depan tim ku. Setelah 2 jam penuh perdebatan, Meeting berakhir dengan Linda yang berhasil meyakinkan semua orang yang hadir bahwa strategi yang ditawarkan oleh Resolve cukup solid dan minim celah gagal. Aku tersenyum dalam hati, team ku mungkin bisa diyakinkan tapi aku masih menangkap beberapa celah yang berhasil ditutupi dengan baik oleh Linda. I have to give it to her, she's a very good account director.

Saat meeting berakhir dan semua team ku keluar dari meeting room, aku memutuskan untuk tetap tinggal sampai Linda selesai membenahi laptopnya. Jelas terlihat bahwa keberadaanku disana menunggunya selesai berbenah membuat Linda tidak nyaman, dan kenyataan itu justru membuatku senang. Walaupun dia sama sekali bukan tipeku, tapi aku sangat senang menggodanya. Aku suka wajahnya yang memerah setiap kali dia merasa aku bohongi dan juga omelannya yang sangat cerewet.

Sudah lama banget gak ada orang yang bisa mengomeliku langsung dan membuatku merasa normal selain sahabat – sahabatku. Omelan Linda di lift saat kami pertama kali bertemu adalah omelan pertama yang aku terima langsung di depanku setelah sekian lama. Dan alih – alih membuatku marah, hal itu justru membuatku senang.

"Bapak masih ada perlu sama saya?" tanya Linda saat ia selesai berberes. Hmm.. tipe yang lugas, suits her.

"Temani saya makan siang, sekarang sudah lewat jam 12." ucapku singkat.

"Gimana?" tanyanya bingung.

"Kamu terlambat 15 menit, dan gara – gara itu saya harus membatalkan janji makan siang saya. Kamu harus tanggung jawab, temani saya makan siang." jelasku sambil berjalan keluar ruangan.

"Sekarang Linda." Teriakku dari luar ruangan saat menyadari dia tidak menyusulku keluar.

Aku tersenyum dalam hati begitu akhirnya mendengar suara hentakan kaki Linda di belakangku. Wanita satu ini benar – benar tidak bisa menyembunyikan perasaannya, aku jamin dia pasti kesal.

---

Note: Beberapa part sengaja dihapus untuk menghindari plagiator. Sudah dipilih sedemikian rupa sehingga part yang dihapus tidak akan mengganggu makna cerita.

If you love happy ending, please bear with me.
Thanks for supporting! 🙏🏻

HeartbeatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang