Thanks for the voments guys, although i don't have much readers yet but you guys are so engaging and that made me feel honored. You know, to be able to share my thoughts with you is awesome.
So... karena di part kemarin banyak banget yang ngomelin Linda, termasuk gue. Gue jadi kasian sama si eneng, nih deh ya klarifikasinya doi. Happy reading :)
---
I'm sorry that I hurt you, I never meant to do those things to you
- Hoobastank, The Reason
[LINDA]
Seumur hidupku, aku sering berhadapan dengan ketidak adilan. Aku nyaris harus selalu berjuang untuk membuktikan diriku, kemampuanku, eksistensiku. Wajahku yang cantik dan tubuhku yang molek tidak membuat segalanya mudah, bahkan cenderung menyulitkan karena hampir semua kemudahan yang ditawarkan kepadaku harus dibalas dengan diriku. Almost every man that I know wants a piece of me, dan aku menolak memberikannya, sehingga aku akhirnya selalu dihadapkan pada jalan yang lebih sulit. Apapun, asal tidak memberikan diriku, tubuhku.
Dan dari segalanya, aku paling benci diremehkan. Tidak semua wanita cantik itu bodoh, dan aku menghabiskan seluruh hidupku untuk membuktikan persepsi itu salah. Itu juga alasannya mengapa senyum meremehkan yang selalu diberikan Oliver sejak hari pertama aku bertemu dengannya tak pernah gagal mengusikku.
Aku juga masih perawan. Aku menjaga diriku dengan baik walaupun lingkup pergaulanku membuat segalanya lebih sulit. Aku tidak pernah melakukannya dengan siapapun sebelumnya, dan tidak berencana untuk melakukannya dengan siapapun selain dengan Adrian. Ya, bodohnya aku. Bahkan setelah menyadari kenyataan pahit bahwa Adrian bahkan tidak mengingatku, aku masih mendambakannya.
Namun senyum meremehkan Oliver malam ini saat dia menantangku membuatku dengan gila bersedia menyerahkan diri kepada Oliver. Oliver tidak bermain adil, aku dan dia tahu itu. Bercinta tidak pernah ada di dalam kontrak dan aku berhak menolaknya. Tapi Oliver benar, tanpa bantuannya hutangku tidak akan pernah lunas, dan sudah pasti akan kubawa mati. Jadi jika tubuhku bisa membuat semuanya impas, biarkan dia menikmatinya sehingga semuanya impas. Setelah itu aku bisa selesai dengannya. Lagipula, bercinta mestinya gak sesulit itu kan?
Aku mungkin menyesalinya nanti, tapi aku tidak pernah sudi diremehkan, terutama oleh Oliver.
Oliver menelanjangiku dan memperlakukanku dengan sangat lembut seolah aku adalah boneka porselen yang bisa pecah kapan saja, dan perlakuannya yang sangat tidak Oliver itu membuatku takut.
Aku tahu Oliver seperti apa, reputasinya dengan wanita sudah terdengar oleh seantero negeri, dan tidak ada satupun hati yang selamat saat bermain – main dengan Oliver Rosco. Dan fakta itu membuatku gentar, walau aku yakin aku tidak mencintainya. Tapi bercinta dengannya adalah hal yang berbeda. Pria bisa bercinta hanya dengan nafsu, tapi wanita? Aku bukan pelacur, aku butuh hati agar bisa bercinta. Dan aku butuh membayangkan sesuatu atau seseorang, agar aku bisa bercinta dengan Oliver malam ini. Maka aku menguatkan tekad, dan menutup mata, karena aku takut. Aku sungguh takut.
Ya, dari awal aku memang sudah takut. Meskipun masih perawan, namun aku sering mendengar pengalaman bercinta teman kerjaku, dan mereka semua bilang yang pertama itu sakit. Aku gak ngerti sakitnya seperti apa, tapi saat Oliver berusaha memasukiku, detik itu juga aku langsung paham. Emang beneran sakit. Apalagi Oliver termasuk salah satu pria beruntung dengan aset luar biasa di bawah sana.
Aku nyaris mundur, namun membayangkan Oliver menertawakanku karena menyerah membuatku bertahan. Jadi alih – alih berteriak kesakitan aku memilih untuk memejamkan mata, meremas seprai kuat – kuat dan memikirkan satu – satunya hal yang membuatku tenang dan bahagia. Aku memikirkan Adrian.
[OLIVER]
Apa – apaan! Brengsek Adrian! Seberapa jauh sebenarnya Linda mencintai Adrian? Kenapa dia sampai mendesahkan nama Adrian saat aku berusaha keras tidak mendesahkan nama Ally. F*ck!
Aku menggeram kesal. Linda menguji kesabaranku sampai batas terakhir. Tidak ada wanita yang mendesahkan nama pria lain saat aku ada di ranjangnya. Apalagi pria itu adalah sahabatku sendiri.
Jadi mari kita lupakan balas budi, norma kesopanan atau apapun itu, aku akan membuat Linda menyesal sudah berani membawa nama Adrian ke ranjang ini.
Dengan satu desakan kasar, aku memaksa diriku memasuki Linda, membuat Linda sontak membuka matanya dan mendesis lirih karena kesakitan. Aku bisa melihat Linda melotot kaget dibawahku, aku membuang muka kebawah dan langsung menemukan jejak darah diatas seprai. Jadi dia beneran perawan. Aku tersenyum sinis dan mulai bergerak cepat. Biarkan! Biarkan Linda merasakan betapa marahnya aku.
Linda berteriak namun aku tidak berhenti, aku bisa melihat tatapan bingung Linda tapi aku menolak menatapinya, aku terus menggerakkan diriku dengan liar. Tidak lagi menyentuhi tubuhnya, tidak lagi menciumnya, kali ini aku murni hanya mengejar kenikmatanku sendiri.
Aku baru berhenti beberapa saat kemudian setelah melenguh keras saat mencapai pelepasanku dan roboh di samping Linda. Tidak memberikannya kesempatan untuk beristirahat karena beberapa saat setelahnya aku kembali menyetubuhinya dengan liar. Lagi... dan lagi.
Cahaya matahari yang menyelinap masuk dari sela – sela jendela membangunkanku. Aku memang tidak menutup horden sepenuhnya semalam, hanya vitrasenya saja yang tertutup penuh sementara aku menyisakan sedikit celah diantara gorden, membiarkan cahaya alami malam masuk menyinari kamar yang gelap.
Tanganku meraba – raba sisi tempat tidur di sampingku yang kosong dan bingung saat menyadari tidak ada Linda disana. Aku bergegas bangun, kamar terlihat kosong. Dimana Linda? Aku menemukan brief ku dan memakainya saat kembali bertatapan dengan bercak darah yang terlihat nyata diatas seprai. Damn! Berarti semalam bukan mimpi. Stupid Oliver, makiku dalam hati.
Aku mencari Linda di kamar mandi dan tidak menemukannya, semakin resah saat aku menyadari tidak ada satupun barang Linda yang tertinggal di kamar ini. Seolah – olah kejadian semalam tidak nyata. Hanya bercak darah di seprai dan memo singkat yang tertinggal di dekat telpon yang menandakan bahwa Linda memang disini semalam dan semuanya itu nyata. Aku meremas memo yang bilang kalo dia udah pulang duluan dengan hati meradang, gak bisa menahan rasa bersalah yang menyeruak tidak terkendali.
Aku terduduk di ujung tempat tidur dan mengusap wajah dengan kesal. Aku jarang merasa bersalah. Biasanya aku hanya merasa bersalah pada orang – orang yang kusayangi saja. Tapi ini, aku merasa bersalah ke Linda? Apa artinya aku juga mulai sayang sama dia?
---
Yaelah... itu barusan pertanyaan apa peryataan sih babang Oli? Kudu banget disebut? Yaeyalah elo juga sayang sama dia. Noh, gue aje yang bantu jawab dah.. Gemes akutuh lama – lama.
*Author yang lagi bete sama Oli*
**tapi tetep butuh bintang kecil**
KAMU SEDANG MEMBACA
Heartbeat
RomanceWarning 21+ Highest rank #1 in CEO (24 Dec'18), rank #1 in office (18 sept'19), rank #1 in work (2 oct'19), rank #2 in chicklit (12 feb'20), rank #1 in bahasa indonesia (6 oct'20) "I know what i want when i saw one" ucap Oliver tegas sambil menatap...