#32__Berjalan dengan Skenario Mom

789 22 0
                                    

Me...

Waktu demi waktu, mulai terasa ada jarak yang lebih besar antara aku dan Mom, atau diriku sendiri lebih tepatnya. Mom terlihat lebih sering menerima telepon dari seseorang di belakangku, sembunyi-sembunyi dariku. Hal yang tak biasanya, kini aku mulai terbiasa. Seperti pagi ini saat mengantarku sekolah, aku sempat menunggu sebentar untuk berpamitan, Mom sibuk menjawab teleponnya dengan wajah hampir menempel pada kaca jendela mobil. Aku sendiri kesal hendak turun tanpa mencium tapi lalu Mom mencegah,  aku menatap tangan Mom yang menahan pergelanganku. Mom menempelkan layar ponsel di dadanya seolah takut aku mengenali suara si penelepon, kemudian mencondong untuk menciumku.

"Bye honey!"

"Bye Mom...," balasku lemas.

Turun dari mobil. Untuk sementara aku hanya bisa mengabaikan tatapan tanya sahabatku.

Kami pulang sekolah satu jam lebih cepat karena ada rapat dewan guru mengenai UAS. Lalu kami memutuskan untuk lunch di Gold Kafe, memesan vegetarian mie dan es durian.

"Gimana misi kedua?" tanya Kania.

"Gatot lagi?" sambung Tania.

"Bukan. Gue pikir-pikir percuma ngejalanin misi-misi nggak penting itu. Kayaknya lebih baik kita..., biarin aja semua berjalan, dan biar waktu yang ngejawab semua." Terdengar pasrah.

"Maksud lo apa, By?" tanya Rasya.

"Soal jas emang kantor yang bayar gue nemu nota di meja kerja Mom. Cuma aja..., gue masih mikir itu memang keperluan kantor. Dan gue masih nggak begitu yakin bahwa, nyokap gue bisa meneruskan hubungan yang salah itu." Kepalaku hampir meledak menahan semua ini, Mom berkata akan menyerahkan keputusan padaku, dan aku yang makin melihat kedekatan Mom di belakangku.

"Jadi, maksud lo, kita nunggu sampai nyokap sadar sendiri. Atau nunggu sampai nyokap mengakui hubungannya," ucap Kania.

"Gue setuju!" kata Rasya tegas."Nyokap nggak bakal nerusin hubungan kalo tau elo nggak setuju!"

"Terimakasih," ucapku pada pelayan yang datang menyajikan hidangan. "Terlalu riskan kalau kita terus jadi mata-mata Mommy. Gue takut kalau ketahuan malah menimbulkan masalah lebih besar. Jadi,  biar aja semua berjalan dengan skenario Mommy. Sampai kapan dia akan bertahan dengan hubungannya. Yang gue harap bukan lagi pengakuan, tapi keputusan untuk segera mengakhiri hubungannya. Demi gue."

"Aamiin!" ucap Kania.

"Ya. Will see," imbuh Tania.

"Lagian sebentar lagi kita ujian. Gue nggak mau ngebebanin pikiran kalian dengan hal-hal yang ngerusak konsentrasi. Selanjutnya kami mengganti topik pembicaraan sambil menghabiskan pesanan tadi.

Memang sih, Mom bukan orang egois yang bakal mengorbankan perasaanku demi kebahagiaannya. Tapi di sisi lain aku pun sebagai putri semata wayangnya juga ingin berkorban untuknya. Entahlah, memikirkan ini kepalaku hampir pecah.

Oh Tuhan... berikan aku jawaban...!

***

My Mom and Me Without Daddy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang