Mom...
Aku sedang bersantai di kamar hotel sendirian. Baby melarangku pergi dengan Marco.
"Martin?" menatap nama itu di layar ponsel. "Hai."
"Hai, sudah sampai?"
"Sudah, satu jam yang lalu. Aku pergi sendiri."
"Loh, aku kan minta Marco temenin kamu..."
"Baby melarangku pergi dengan Marco."
"Apa." tertawa. "Kenapa?"
"Entahlah. Katanya nggak boleh, ya nggak boleh."
"Ya ampun manjanya...!" tertawa lagi.
"Martin--tolong kamu percepat urusan kepindahanmu. Aku nggak mau terlalu sibuk. Selama menggantikanmu, aku jadi kurang bersama Baby. Dan, sudah mulai ada perubahan. Beberapa hari yang lalu, aku dipanggil ke sekolah."
"Oh astaga. Sayang percayalah, saat ini juga aku ingin sekali terbang dan ada di dekatmu. Tapi, urusanku masih banyak. Aku akan percepat semua, oke. Atau... begitu sampai nanti, kamu ingin kita menikah."
"Martin kamu jangan macam-macam! Anakku benci sama kamu."
"Dia bukan benci, dia hanya marah. Apa perlu aku telepon dan jelaskan semua?"
"Jangan, kalau kamu mau menjelaskan jangan di telepon. Aku minta dengan sangat, jangan ganggu dia sekarang. Nanti saja setelah kau datang."
"Oke, terserah kau saja. Sepertinya kamu lelah, sayang. Ya sudah kamu istirahat sekarang."
Menarik napas dalam. "Yah..., aku sangat lelah, oke bye, selamat malam!"
"Selamat tidur, sayang."
Memijat pelipisku setelah pembicaraan berakhir. Entahlah, panggilan sayang itu masih terdengar kaku sebelum aku benar-benar menerimamu Martin. "Maafkan aku..., semua demi putriku. Hhhfff..., sudah jam tidurnya dia." Menelepon Baby-ku. Teleponnya sibuk. "Pasti sedang bicara dengan sahabatnya, aku telepon sebentar
lagi."Berdiri menatap ke luar jendela. Andai saja kau tidak meninggalkan saat ulang tahunnya, Mart--andai
saja....***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mom and Me Without Daddy
RomanceBaby seorang anak tunggal yang hanya memiliki single Mom, ia dibesarkan tanpa ayah. Baby sama sekali tak tahu seperti apa sosok ayahnya. Sejak kecil ia mengenal om Martin, baginya gambaran seorang ayah adalah om Martin. Namun semua berubah ketika da...