Me...
Aku terus berlari tak peduli lagi apa yang ingin Mommy jelaskan. Bagiku semua sudah jelas.
"Sayang tunggu dulu!" Mom terus memanggil, "... sayang dengerin Mommy!"
Aku berhenti di dekat meja kerja Mom, saat melihat ke belakang kulihat Mom sedang mencoba menjelaskan apa yang sedang terjadi padanya di telepon. Saat seperti ini pun Mommy masih mengkhawatir-kan perasaannya. Saat Mom lengah aku mengambil kunci mobil yang selalu Mom letakkan di meja kerjanya. Aku menarik secepat kilat lalu berlari keluar kamar Mom.
"Honey please...! Baby dengerin Mommy, nggak begini caranya kalau punya masalah. Kita bicarakan baik-baik. Kamu ada masalah apa sayang?" kata Mom sambil terus mengejar. "Mbok... kunci pintunya!" teriak Mom menuruni tangga. "Halo, nanti kutelepon lagi. Nanti aku jelasin." Katanya.
"Masalahku sudah jelas Mom!" jawabku terus berlari. Terlambat. Aku sudah lebih dulu mancapai pintu sebelum Mbok sampai. Berjalan cepat, tanganku menekan remot untuk membuka pintu mobil yang masih terparkir di halaman. Dengan cepat juga kubuka pintu pagar. Mommy berterian semakin lantang, tapi entah mengapa mendengarnya aku malah makin ingin menghindar.
"Cukup Mom! Cukup sudah aku jadi pendengar! Cukup sudah aku bersabar! Mom selalu menganggapku bayi yang lemah!"
"BABY DENGERIN MOMMY!" Mom berhenti di ambang pintu dan terperangah melihatku masuk mobil. "Ya Tuhan...!" menekan pelipis, terlihat wajahnya sangat panik. "No Baby please honey!"
"Aku nggak peduli lagi Mom mau bilang apa! Maaf Mom." tetap menyalahkan meski aku tak bisa menyetir, aku tau teorinya dari Kania dan Pak Min. Aku harap bisa sampai, itu saja. Aku mundur lalu banting stir ke kiri, ke luar pagar. Terlihat dari balik spion Mommy berlari mengejar. "Aku minta maaf Mom. Karena Mom merahasiakan dariku, aku nggak butuh lagi penjelasan Mommy. Aku mau ketemu Mama, aku mau tau apa alasannya setuju? Kenapa Ma?" sebenarnya aku nggak tega liat Mommy, tapi aku sudah nekat sekarang, dan memgabaikannya.
"Baby stop! kamu nggak bisa nyetir sayang...!" teriaknya. Dengan kaki telanjang Mommy berlari ke luar pagar. Berdiri di tengah gang lalu tangannya melambai menghentikan laju mobil Pajero Sport yang datang dari arah berbeda. "Jerry!"
Mommy menghentikan Mas Jerry yang datang dari belakangku. Pasti ingin mengejarku. Baiklah Mom. Sudah terlanjur, kejar saja, aku akan tetap menuju rumah Opa Santoso, aku ingin marah juga pada Mama di sana. Ada apa dengan kalian berdua? Akan kutanyakan semua pada Mama. "Bagaimana mungkin bisa setuju padanya. Daddy? Aku harus memanggil--Daddy? Itu hanya kemustahilan! Sekuat apa pun keinginan untuk melengkapi sayapku, bukan berarti aku setuju dengan yang seusia dia yang pantas kupanggil kakak!" kata-kata kesal terus saja meluncur sambil aku berusaha mengendalikan stir.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mom and Me Without Daddy
RomansaBaby seorang anak tunggal yang hanya memiliki single Mom, ia dibesarkan tanpa ayah. Baby sama sekali tak tahu seperti apa sosok ayahnya. Sejak kecil ia mengenal om Martin, baginya gambaran seorang ayah adalah om Martin. Namun semua berubah ketika da...