#50__Saling Mengungkap Rasa

1K 33 0
                                    

Mom...

Aku diam membiarkannya menikmati makannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku diam membiarkannya menikmati makannya. Dia minum kemudian membersihkan bibirnya dengan tisu.

"Kamu memang belum mengerti, tapi aku yakin kamu akan mengerti. Aku pergi dari kalian itu ... atas dasar cinta. Aku sangat mencintai kamu Biancha, dan aku sangat menyayangi Baby. Tapi aku takut, aku tak bisa membahagiakan kalian."

"Jadi itu sebabnya kamu lebih memilih menyakiti kami, dengan cara menghilang dari kami, hm?" tuntutku. "Aku berbicara begini lebih karena Baby, bukan diriku sendiri."

"A...aku minta maaf, tapi sungguh bukan itu tujuanku." Martin mendorong piringnya lalu minum lagi. "Inilah yang ingin aku jelaskan." Martin menatap dalam dan menggenggam tanganku. "Mungkin sulit untuk dimengerti. Aku..., meninggalkan kalian karena--ingin berpikir dulu. Menjauh dari kalian--ingin benar-benar menguji ketulusanku. Takut ketika aku terburu-buru mengambil keputusan, ada hal-hal yang tidak kita harapkan. Aku... hanya ingin benar-benar memberikan yang terbaik untukmu--terutama Baby. Aku ingin tau seberapa besar cintaku padamu, seberapa besar keinginanku untuk memiliki kalian sebagai bagian terpenting dalam hidupku. Karena...," dia menarik tanganku lebih dekat, menatapku seperti sungguh-sungguh ingin memperlihatkan keyakinannya, "... aku tidak ingin kejadian 17 tahun lalu--terulang lagi..., tidak ingin apa pun menimpamu lagi, terlebih... jika itu aku yang melakukan. Aku takut melakukan hal yang sama seperti mantan suamimu yang bodoh itu! Maaf...."

Aku menarik tanganku dari genggamannya. Meminum lemontea. Keadaan ini mulai membuat tak nyaman, kutarik napas dalam.

"Aku tau posisiku seperti apa, dan aku ngerti keadaanmu. Dan aku yakin kamu tentu--berbeda dengannya. Apa berpikir harus selama itu?" protesku.

"Itu sebabnya aku menjauh dulu. Aku pikir lebih baik menjauh dalam waktu yang lama, daripada aku terburu mengambil keputusan kemudian meninggalkan. Kamu mengerti maksudku, kan...?"

Aku hanya menekan pelipis. Aku sangat mengerti. Tapi keadaan ini cukup berat bagiku. Kehilanganmu 10 tahun tak peduli apa kau punya rasa atau tidak padaku. "Aku butuh kamu dan kamu menghilang..." kataku lirih, tak bisa mencegahnya.

"Sayang."

"Mart, aku nggak pernah merasakan kehilangan, seperti saat kau pergi." Mataku mulai terasa basah.

"Lalu kenapa kamu belum menerima lamaranku?"

"Aku tidak ingin lagi gegabah dalam mengambil keputusan. Tapi seandainya kamu tidak menghilang dan membuat Baby-ku kecewa, andai saja--kau melamarku saat itu..., mudah bagiku untuk menerimamu, mengingat kamu sangat sayang pada Baby. Justru... kau pergi meninggalkan kami...."

"Sayang aku tau itu salah. Maafkan aku. Aku hanya... tidak mau kesalahan lebih besar terjadi." Menarik lagi tanganku. "Aku janji setelah ini--hanya akan ada kebahagiaan untukmu dan Baby kita." Diam sejenak menatap dalam mataku. "Banyak cara kulakukan untuk melupakan kalian berdua, apakah aku sanggup tanpa kalian. Aku kuliah lagi sampai S3. Memantapkan karirku. Itu aku lakukan karena tak ingin berbuat hal yang sama seperti mantan suamimu yang bodoh itu! Seperti yang dikatakan Lala, David meninggalkanmu demi ambisinya. Mungkin karena usianya masih labil saat itu. Tapi jelas, aku tidak akan seperti dia. Jadi lebih baik aku menghilang dulu, demi keputusan terbesar dalam hidupku.
Dan... aku juga mencoba dekat dengan wanita lain. Setiap kali mencoba dekat dengan wanita lain, hatiku selalu melarang. Hati ini selalu berkata bahwa--sudah ada seseorang di dalamnya dan tidak bisa menggantinya. Ketika keyakinanku semakin kuat, saat itulah aku putuskan untuk mengungkapkannya meski hanya lewat telepon tapi aku mengungkapkannya dengan sepenuh hati. Tulus. Hampir setahun yang lalu aku mengungkapkan itu, tepat jam 12
malam saat ulang tahunku ke 37. Aku yakin kamu masih ingat jelas kata-kataku. Sebenarnya aku mengharap-kan jawabanmu saat itu menjadi kado terindah. Tapi ternyata...." Menggeleng. Tatapannya sendu.

My Mom and Me Without Daddy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang