#3

7.3K 1.7K 203
                                    

Lagi ada stock-nya jadi update wkwkwkwkwk

Maaf yang keberisikan karena notifku, semoga kalian memaklumi :')


Jangan lupa,
Vote dulu sebelum membaca~

Happy reading~












"Jangan terima itu!"


Mendengar suara lantang itu dari belakangku, tentu saja seketika aku langsung menghentikan tanganku untuk meraihnya dari sang pengantar barang. Mataku langsung memicing melihat Jeong Han yang langsung merebut dan menandatangani bukti penerimaan barang, dan iapun mengambil semua barang-barang dari tangan si kurir.


Ini terlalu banyak dan aku tak tahu siapa pengirimnya.


Setelah menutup pintu, Jeong Han langsung menjatuhkan barang-barang yang diterimanya tadi ke lantai. Sang pengirim rasanya mengirimkan terlalu banyak mulai dari flower bucket, boneka, paper bag berisi kotak hadiah yang entah isinya apa dan satu lagi ada kotak berisi mainan crane truck.


Crane.


Aku semakin merasa aneh menyadari ada mainan itu yang dikirimkan kesini bersamaan dengan barang-barang lain.


Di umur yang masih terlalu kecil, kendaraan besar seperti crane, truk container truck, bulldozer dan sejenisnya sudah menjadi ketertarikan anak kami, Yoon Ji Han. Aku sedikit heran, mainan seperti itu bisa sampai disini. Pastinya aku mencurigai si pengirim adalah orang yang mengetahui kalau Ji Han menyukai mainan seperti itu.


Apa mungkin orang tua Jeong Han?


Tapi kami masih tinggal satu kota, begitupun juga orang tuaku dan keluargaku. Mereka bisa datang ke apartemen kami tanpa harus memakai jasa pengiriman barang.


"Barang-barang ini siapa yang mengirim?" tanyaku kepada Jeong Han yang masih terlihat mengerutkan dahinya itu memandang barang-barang itu.


Tak bisa ditutupi, pandangan Jeong Han itu sangat menunjukan kalau ia tak menyukainya. Sepertinya ia benar-benar tak menyukai barang-barang itu ada di sini atau mungkin ia tak menyukai si pengirim barang.


"Salah alamat." Jawabnya singkat dan ia segera berbalik menuju laci lemari yang berada di ruang tengah.


Jeong Han pasti akan mengakhiri riwayat barang-barang ini di tempat sampah. Sekarang aku rasa Jeong Han   akan mengambil kantung sampah. Karena kami memang meletakannya di lemari berisi 5 laci berwarna putih itu. Aku tak setega itu untuk membuangnya tapi seharusnya Jeong Han juga takkan membuang barang-barang yang rasanya masih baru ini.


Ia harus menghargai si pengirim barang.


Tapi, mungkin saja karena Yoon Jeong Han kalau sudah dalam mode marah ia akan melampiaskan semuanya meski mulutnya itu tak berbicara.


Mataku mengikuti pergerakannya sejenak yang terlihat melangkah dengan kasar itu. Tapi kemudian saat aku menoleh kembali ke arah barang-barang yang dikirimkan entah oleh siapa itu, mataku mendapati seperti surat berwarna putih gading di dalam bucket bunga lily berwarna putih.


Hendak menyentuhnya tetapi kegiatanku harus terinterupsi. Sebelum tanganku menyentuhnya, Jeong Han telah mengambilnya lebih dahulu. Tanpa berkata apapun, ia langsung memasukannya ke dalam kantung plastik berwarna hitam yang biasa ia gunakan untuk membuang sampah.


S I R E N || Yoon Jeong Han & Jeon Won WooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang