#13

6.4K 1.5K 457
                                    

Hello~

Aku minta maaf sebelumnya untuk keterlambatan update. Tapi pagi ini aku usahain langsung update wkwkwk

Kayanya sebagian kecil ada yang tau aku revisi sama publish chapter ini di krl 😂

Mari vote dulu sebelum membaca,

Happy reading ❤️













Tak mampu membuka mulutnya atau lebih tepatnya mengatakan sejujurnya, sepertinya menjadi hal yang bisa di deskripsikan darinya saat ini. Di jam makan siang, aku izin untuk menemui seseorang yang belakangan sangat kucurigai. Memancingnya dengan mengatakan kalau aku sudah mengetahui identitasnya malah membuat nyalinya ciut dan pada akhirnya menemuiku.


Tangannya yang berada di atas meja sejak tadi hanya mengusap punggung tangan kirinya dengan ibu jari tangan kanannya. Matanya tak berani untuk menatapku berlama-lama. Hanya sesekali ia menatapku dan tak sampai 2 detik, matanya kembali beralih.


Aku tak mampu menutupi rasa kesalku kepadanya, karena rasanya aku telah dipermainkan olehnya. Mataku memandangnya sinis dan tanganku terlipat, bahkan sesekali tanganku meremas lenganku karena menahan amarahku. Ia tak juga membuka mulutnya ketika sudah jelas-jelas aku mengetahui identitasnya.


Apa dia tak berniat membela diri?


"Apa maksudmu mengirimkan hadiah-hadiah itu kepadaku?" tanyaku sinis kepadanya.


Ia menatapku sekilas, tapi kemudian matanya kembali beralih menghindari tatapan mataku dan memilih memandang ke arah bawah. Aku tak mengerti. Bagaimana ia bisa tak mengatakan apapun saat ini ketika sudah berada di hadapanku yang jelas-jelas sudah mengetahui segalanya.


"Memangnya aku berada di bawah meja sampai kau melihat ke bawah terus. Lawan bicaramu ada di depanmu saat ini tuan Kwon Soon Young." Sindirku lagi mulai merasa jengah karena tingkahnya, kemudian sindiranku berefek kepadanya yang akhirnya benar-benar membuatnya menatapku. Aku memajukan tubuhku dan melipat tanganku di atas meja, "Aku sudah tahu kalau kau yang mengirimkan hadiah-hadiah itu, apa kau tak berniat menjelaskan atau membela dirimu agar membuat dirimu tak bersalah di mataku?" kembaliku lagi menyindirnya.


Ia masih bungkam.


Ya Tuhan.


Kalau membunuh itu tak berdosa, bolehkah aku mencekoki mulutnya itu dengan racun?


Tak guna sekali rasanya ia memiliki mulut ketika ada orang lain yang bertanya kepadanya tapi tak dijawab olehnya. Aku merasa benar-benar seperti berbicara dengan seekor hamster yang tak mampu bersuara dan hanya berbunyi kecil karena menahan sakit. Tapi, Hamster satu ini saja tak mau membuka mulutnya meskipun aku menyindirnya seperti tadi.


"Kau tahu? Aku bisa membawa ini ke jalur hukum karena membuat keluargaku resah." Ancamku dan dia sedikit tersentak mendengarku.


Baguslah, kali ini sedikit berefek lagi kepadanya.


"Ibu Won Woo... Ibu dari Won Woo memintaku untuk mengirimkan itu semua kepadamu." Ucapnya dengan nada sedikit meninggi karena panik akan ancamanku.


Ibu?


Maksudnya, mantan mertuaku?


Aku mengerutkan dahiku heran, "Ibu?" ulangku memastikannya dan Soon Young langsung mengangguk berulang kali. Aku mengusap wajahku kasar karena mulai dibuat pusing memikirkannya, "Aku belum bisa menangkap alasannya, tolong jelaskan semuanya kepadaku." ujarku kepada Soon Young mulai putus asa karena tak mengerti titik terang permasalahan ini.


S I R E N || Yoon Jeong Han & Jeon Won WooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang