#16

5.6K 1.5K 155
                                    

Hello~

Yuk mari vote dulu sebelum membaca,

Happy reading~





Happy reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.










Ini bukanlah hal yang bisa dibilang main-main. Aku tak tahu bagaimana ini bisa menjadi separah ini. Awalnya kupikir membawanya ke rumah sakit dan akan dengan mudahnya diperiksa, diberi obat dan pulang. Tapi kurasa ini tidak mungkin, setiba kami di rumah sakit, Hae Won justru harus dibawa ke dalam Emergency Room.


Di tengah perjalanan membawanya ke rumah sakit, ia menangis kencang dan mengatakan kalau perutnya terasa sakit. Tentu aku panik bagaimanapun anak sekecil Hae Won tak kuat menahan sakit, dan melihatnya meremas perutnya seakan menahan sakit luar biasa.


Setelah tiba di rumah sakit kamipun langsung membawanya ke emergency room dan bisa dibilang cukup lama.


Mungkin ini sudah sekitar 15 menit.


Panik?


Tentu saja. Ini masalah nyawa seseorang dan aku tak tahu menahu alasan dibalik ia bisa sesakit ini. Satu lagi yang membuatku harus menambahkan rasa was-wasku kali ini. Jeong Han menghubungi Won Woo lagi dan dengan ponselku tentunya. Dia mengambil alih ponselku dan tak membiarkan aku bicara dengannya.


Itu ponselku.


Selama ada kontak milik Jeon Won Woo di dalamnya, ada atau tanpa Yoon Jeong Han pastinya aku masih bisa menghubunginya. Seharusnya ia bersyukur aku memiliki rasa takut kepadanya bahkan aku juga enggan berurusan lagi dengan Won Woo. Tapi kembali lagi, anaknya berada di bawah bimbinganku.


Kalau saja aku tak butuh uang, aku takkan pernah mau melanjutkan pekerjaan ini lagi dan berurusan lagi dengannya.


"Dia akan segera kemari." Ucap Jeong Han setelah menyelesaikan sambungan teleponnya dan memberikan ponselnya kepadaku. Aku hendak mengambil ponselku darinya tapi terasa sulit ketika Jeong Han masih saja menahan ponselku di tangannya, "Jangan hubungi dia lagi." ujarnya kepadaku.


Aku mengambil ponselku paksa hingga membuatnya terlepas dari tangan Jeong Han, "Aku juga takkan menghubunginya kalau saja tak darurat." Balasku ketus dan memasukan ponselku ke dalam totebag hitam di pundak kananku.


"Kalau saja aku menjemputmu dan langsung pulang mungkin aku bisa beristirahat di atas kasur lalu tidur dengan nyaman." Dengusnya mengeluhkan dirinya yang terlihat lelah sembari sesekali meregangkan lehernya ke kanan dan kiri. Kini ia memijat pelipisnya, "Ayah dan anak sama-sama merepotkan. Haruskah sampai kita melakukan ini untuknya?" lagi ia mengeluh dan sedikit membuatku tersindir.


S I R E N || Yoon Jeong Han & Jeon Won WooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang