#19

6.5K 1.5K 417
                                    

Hello~

Agak sedikit lebih panjang, sabar ya (?)


Yuk vote dulu sebelum membaca,
Happy reading~









Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.













"Pagi."


Sapaan pagi hari seharusnya menjadi kata terindah, tapi kali ini tidak bagi diriku begitu menyadari pemandangan di depan mataku. Aku membuka mataku ketika cahaya dari balik tirai mulai menyilaukan mataku, dan mungkin ini sudah mulai siang karena cahaya dari balik tirai itu sudah sangat terang. Aku terlonjak menyadari aku yang tertidur di sofa rumah sakit dengan tubuhku yang terselimuti oleh jas berwarna biru tua yang cukup kukenal, meskipun aku tak pernah lagi menyentuhnya.


Jas seragam milik Won Woo.


Dan pastinya yang menyapaku pagi tadi adalah dirinya. Ia yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan kemeja putih yang ia masukan ke dalam celana bahan hitamnya, dan lengan kemejanya tergulung beberapa cm di bawah sikutnya. Kuyakinkan kalau dirinya baru saja mandi karena rambutnya terlihat basah dan tubuhnya sudah rapih dibaluti seragamnya.


Melupakan dirinya yang berada di hadapanku, ingatankupun mulai teringat kepada Jeong Han dan Ji Han. Handphone-ku mati, aku tak mengabarinya dan aku tak pulang sampai esok hari. Aku sudah membayangkan apa yang akan terjadi nanti ketika tiba dirumah.


Ia akan mendiamkanku, hanya saja ketika membuka mulutnya ia akan menghujatku dengan kata-kata yang begitu telak untuk orang yang membuat kesalahan kepadanya.


Bodoh sekali, dan bisa-bisanya aku tertidur di rumah sakit. Rasanya pikiran negatif sudah mengisi isi kepalaku. Yoon Jeong Han pasti mengira aku mengurus Won Woo dan anaknya. Kemudian ia akan berpikir kalau aku akan mementingkan mereka ketimbang keluargaku sendiri.


"Aku terlambat." Gegasku menyingkirkan jas milik Won Woo dari atas tubuhku dan segera berdiri lalu merapihkan tasku.


"Aku akan mengantarmu." Ucap Won Woo, dan ia juga bergegas mengambil sesuatu dari atas meja kecil yang berada di sebelah ranjang Hae Won berbaring saat ini.


"Tidak perlu. Aku bisa sendiri dan kau harus menemani anakmu disini. Hae Won membutuhkanmu." Elakku berbalik menghadap ke arahnya, tapi sepertinya ia mengabaikan penolakanku karena ia tetap merapihkan dirinya.


Menghela nafasku sejenak pada akhirnya akupun memilih mempercepat langkahku, "Aku pergi. Permisi." Pamitku melangkah cepat ke arah pintu, tapi suara derap langkah kaki terburu beserta tangan yang memegang lengan kiriku menghentikanku. Mataku menatapnya heran, "Sudah kubilang. Aku bisa berangkat sendiri." Ulangku lagi mulai jengah.


S I R E N || Yoon Jeong Han & Jeon Won WooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang