#18

6K 1.4K 279
                                    

Hello~
Mari vote dulu sebelum membaca

Happy reading~



Happy reading~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Hening.


Begitulah yang seketika terjadi ketika ia berhasil mengusir istrinya dari ruang rawat anak mereka. Aku tak mampu berkutik dan hanya menjadi saksi dalam perdebatan mereka. Perlahan tubuhku berbalik dan sedikit menjauh darinya tapi saat aku menatapnya, kini ia tengah terdiam lurus memandang hampa ke arah pintu dimana istrinya keluar tadi.


Dadanya bergerak kembang kempis seakan dirinya kini tengah mengatur emosinya. Hanya saja tatapannya itu terlihat sulitku artikan. Dia mengatup bibirnya rapat-rapat dan bungkam tak seperti sebelumnya di saat ia mengusir istrinya sendiri. Ia terlihat kalut dan sorot matanya itu bergetar penuh keraguan.


"Jeon? Kenapa kau mengusirnya? Hae Won membutuhkannya." Tanyaku heran dan kini ia masih terlihat tak bergeming masih tetap pada posisi yang sama. Aku menyentuh lengannya mencoba menyadarkannya, "Jeon.. Kaupun juga membutuhkannya.." jelasku mencoba meyakini dirinya.


Aku mengatakan ini bukanlah karena sesuatu yang tak memiliki dasar. Apa yang terjadi pada Hae Won hingga membuatnya seperti ini adalah salah satu dasar alasan mengapa Hae Won membutuhkannya dan juga Hae Ra. Di lain sisi, aku tahu Won Woo juga membutuhkan sosok Hae Ra untuk menyokong kehidupannya yang mulai berantakan ini.


Ia tak mampu berdiri sendiri tanpa seseorang disisinya. Ia tak mampu mengurus semuanya sendiri, dan semua faktor dari tuntutan pekerjaannya yang membuatnya tak bisa bertemu atau mengurus Hae Won. Seharusnya sosok keluarga Won Woo seperti orang tuanya bisa membantu, tapi aku tak tahu mengapa ia tak melibatkan orang tuanya dalam merawat Hae Won.


Satu lagi, perlahan situasi tadi sedikit dapat kubaca. Hae Ra menginginkan untuk tetap mengurus anaknya layaknya seorang Ibu, tapi situasi tak menginginkannya untuk terlibat.


Perlahan Won Woo bergerak menghadap ke arahku dan menatapku, "Jangan sok tahu." Sinis Won Woo mengelak dugaanku sebelumnya.


Won Woo menepis tanganku dari lengannya, dan bukannya menjauh ia malah menggenggam pergelangan tanganku untuk menarikku semakin dekat kepadanya. Semakin keras ia menahanku semakin kencang menggenggam pergelangan tanganku.


"Yang kubutuhkan itu dirimu." Ucapnya penuh penekanan, dan pergelangan tangannya yang semaking kencang membuatku meringis menahan sakit. Ia menaikan tangannya dan menarik tanganku ke dadanya hingga membuatku mau tak mau semakin mendekat kepadanya, "Kau mudah mengatakan demikian, karena kau tak tahu apa yang kurasakan." Tekannya kepadaku dengan suara yang nyaris berbisik.


Aku menggeleng tak menyutujuinya, "Terlihat jelas dari sorot matamu Jeon, kau menginginkannya hanya saja kau tak mengatakannnya." Elakku pada dirinya yang membohongi dirinya sendiri.


S I R E N || Yoon Jeong Han & Jeon Won WooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang