Emosi terpendam tidak akan pernah mati. Mereka akan tetap ada seperti di kubur hidup hidup dan dapat muncul sewaktu waktu dengan cara yang lebih buruk -Sigmund Freud
Alert: 19+ and contains violence
Disarankan untuk baca perlahan lahan biar gak bingung. Happy reading ^^
"El tolong ambilin buku Marnath dong yang tebel warna putih" Seila menjulurkan tangannya tanpa melihat ke arah Daniel karena fokus pada laptop dan hasil tes BAUM milik subjeknya, namun setelah beberapa detik tangannya tetap dibiarkan menggantung tanpa menerima buku yang dia minta.
"El?" ia mendongak dan menghela nafas.
"El, kamu jadi bantuin aku ngerjain gak sih? Kalo cuma bengong aja mending aku ngerjain bareng anak-anak" gadis itu mendumel namun Daniel tetap tak bergeming.
"Daniel!!" Seila meninggikan suaranya.
"Y-ya? Mana lagi yang mau dibantuin?"
"Ck, gak usahlah aku mau ke kos Rina aja" Daniel terlihat kebingungan saat Seila mulai membereskan laptop dan bukunya.
"Loh kenapa? Sama aku aja disini"
"Gak mau! Daritadi kamu tuh cuma bengong aja, bilangnya iya iya mau bantuin nyatanya diem doang ngeliatin pojokan" Daniel menahan tangan Seila yang hendak meraih charger laptopnya dan menatapnya memohon.
"Maaf, tadi aku banyak pikiran" sebenarnya Seila tau bahwa ada banyak hal yang Daniel pikirkan dan salah satunya adalah masalah kepergianmu dari rumah. Cewek itu sudah berulang kali bilang untuk datang menemuimu tapi Daniel justru menolaknya dengan alasan bukan kamu yang sedang ia pikirkan. Saat itu Seila hanya memutar bola matanya kesal karena ia sudah hafal diluar kepala bahwa seseorang akan selalu menghindari pemicu utama masalahnya.
"El kamu gak pernah kayak gini loh dulu"
"Aku?" Seila mengangguk.
"El, kalo kamu mau kamu bisa cerita ke aku"
"Aku udah cerita semuanya" bebalnya.
"Jadi kamu udah nyeritain semuanya ke aku?" cowok itu sejenak terdiam.
"Emm.. kayaknya udah" Seila menegakkan punggungnya puas karena Daniel sudah menggigit umpan yang dia lempar.
"Kamu keliatan gak yakin" mata sipit Daniel melirik ke arah pacarnya yang merupakan mahasiswi psikologi itu. Ah memang sulit untuk menyembunyikan sesuatu terlalu lama pada Seila. Lagi lagi ia menghembuskan nafasnya sebelum menatap Seila dalam dalam.
"Hhh.. Lena belum pulang kerumah sama sekali la. Dia gak mikirin Ayah Bunda gitu? Gak mikirin gue juga? Gue kecewa sama dia" ucapnya berapi api hingga lupa menggunakan aku-kamu pada Seila.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moanster [Kim Hanbin iKON]
FanfictionDon't! Coz if you fall fall fall too deep to him, it might be dangerous. I warned you #2 Hanbin on 15 September 2018 #1 iKON on 16 November 2018