Cowok yang sedaritadi mengamati buku cetak setebal 500 halaman itu terlihat sangat serius hingga kamu tak berani mengganggunya. Karena Harsa ganteng kalau lagi serius, sebenarnya memang ganteng setiap saat sih tapi entah kenapa kacamata yang membingkai wajahnya itu membuat wajah serius Harsa terlihat lebih memukau dari biasanya.
"Ngeliatinnya jangan gitu banget dong, sampe ngiler tuh" ucapnya saat memergokimu sedang menatapnya dengan iler yang mengalir.
"Ih apaan! Ngarang" protesmu sambil memegang sudut bibirmu yang -untungnya- masih kering.
"Lo gak mau cari buku atau apa? Biar sekalian"
"Enggak, awal kuliah udah kebeli semua bukunya"
"Ck iyaya enak yang duitnya masih ngalir, hidupnya sentosa walaupun anak kos" sindirnya sambil memasang wajah bercanda.
"Ya pasti sentosa lah, kan kalo sore makannya yang bayarin elo"
"Lah lo gak tau?"
"Tau apa?" bingungmu saat air mukanya tiba tiba berubah serius lagi.
"Kan gue ngutil duit dari dompet lo dulu"
"Ooh jadi lo? Pantesan duit gue abis terus! Padahal baru gajian dari cafe kemarin. Ngambilnya kapan? Malem jumat ya sekalian ngepet?"
"Kurang ajar" ucapnya sambil menyentil dahimu, namun kemudian ia terdiam sebelum kembali mengklarifikasi ucapanmu.
"Bentar, gajian dari cafe? Emang lo masih nyanyi disana?"
"Masih"
"Kok gue gaktau?"
"Ya makanya kalo pacarnya pamit berangkat cari duit tuh didengerin bukannya malah jadi generasi hape miring!" sungutmu saat teringat sudah beberapa kali kamu pamit untuk tak pulang bersamanya karena mau nyanyi di cafe eh Harsa malah main PUBG. Udah kayak ngomong sama arca kalo Harsa mulai mantengin hape miring.
"Laah kan bisa si ibuk deketin saya terus bilang mau ke cafe, eh ini malah ditinggalin gitu aja"
"Yee emang kalo udah gue deketin lo mau nganterin gitu?"
"Ya iya dong, masa mau ditelantarin?"
"Yakali kan lo kadang jahat sama gue"
"Eh! Jahat darimana?!"
"Dari--"
Drrrt Drrrrt
Ucapanmu terhenti saat hp yang sedang kamu genggam bergetar dan menunjukkan kontak Bunda di layarnya. Entah sudah getaran keberapa tapi kamu hanya memandang kotak ajaib itu dengan wajah datar dan tanpa minat, bahkan Harsa sudah memanggilmu beberapa kali namun kamu tak merespon karena otakmu yang kosong.
"Le? Gak diangkat telfonnya?"
"Le?"
"Sayang?" hanya dengan sentuhan jari telunjuk Harsa di bahumu saja kamu sudah melompat kaget dan membuat siempunya telunjuk ikut kaget.
"Eh iya kenapa?"
"Gak diangkat telfonnya?" tanyanya dengan alis terangkat satu.
"Baru mau diangkat kok, bentar ya" Harsa mengangguk saat kamu beranjak keluar dari toko buku untuk mengangkat telfonnya. Entah hal apa yang akan dibicarakan Bunda denganmu namun cowok itu sudah merasa tak enak hati.
"Halo Bun?"
"Halo Le, bisa pulang hari ini?"
"Pulang? Tapi kan ini masih hari Selasa bun"
"Ayah yang minta kamu pulang"
"....." keheningan selama beberapa detik itu kamu gunakan untuk memikirkan hal penting apa yang akan Ayah bicarakan, karena Ayah hanya akan bicara padamu disaat saat penting saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Moanster [Kim Hanbin iKON]
Fiksi PenggemarDon't! Coz if you fall fall fall too deep to him, it might be dangerous. I warned you #2 Hanbin on 15 September 2018 #1 iKON on 16 November 2018