"Zifa, bangun Sayang..." panggil Ica.
Zifa mengerjapkan matanya. "Eh? Sudah sampai ya, Tante?""Ih, sudah berapa kali Mama bilang, jangan panggil Mama tante," omel Ica.
"Eh? Maaf Ma, soalnya aku belum terbiasa."
"Iya, tidak papa deh. Yuk kita turun."
Zifa mengangguk lalu turun dari mobil, dia merasakan hawa di sini sangat dingin. Perasaan dulu tempat kelahirannya tidak sedingin ini, malah cenderung panas. "Di sini dingin sekali, Ma. Perasaan dulu pas aku tinggal di Cianjur tidak sedingin ini," ujar Zifa."Oh, dulu kamu kan tinggal di Cianjur kotanya, tapi sekarang juga masih di Cianjur, namun di pedesaannya yang jauh dari kota, di sini juga kan di kelilingi gunung dan kebun teh," jelas Ica.
"Oh, begitu ya, Ma." Zifa menganggukkan kepalanya paham sambil memeluk dirinya yang kedinginan. "Ini jam berapa ya, Ma?" tanyanya.
"Jam 2 pagi, tuh rumah kamu, dan di sebelahnya rumah Mama." tunjuk Ica.
"Kirain, rumahku yang sederhana, yang satu tingkat itu. Soalnya aku beli dari Mama murah sekali."
"Bukan lah, rumah yang itu masih ada yang tempatin. Lagian... Kalau Mama jual mahal, pasti kamu tidak akan beli. Jadi Mama jual murah saja padamu."
"Eh? Bisa seperti itu ya? Terus, yang tinggal di rumah sederhana itu siapa?"
"Ssssstt... Jangan berisik. Kapan-kapan Mama ceritakan, oke?"
"Oh iya, Ma."
"Sudah. Yuk masuk, di luar dingin sekali kalau jam segini," ajak Ica.
Zifa mengangguk lalu mengikuti Ica dari belakang sambil menggeret kopernya."Waaah... Nyaman sekali rumahnya," gumam Zifa senang.
"Ya sudah, kamu masuk kamar gih, terus istirahat. Mau di kamar yang mana? Kamar di lantai satu ada 2 dan di lantai 2 ada 4, kamu pilih saja."
"Aku kamar itu deh, yang di lantai satu, biar tidak capek naik turun tangganya."
"Oke kalau begitu, kalau ada apa-apa panggil Mama ya, Mama ada di kamar sebelah."
"Oke, Ma...."
Zifa menggeret kopernya memasuki kamarnya. "Woaah, nyaman sekali, pas sekali ukurannya, tidak besar maupun kecil."
Tiba-tiba perut nya bergejolak, Zifa berlari menuju kamar mandi.
Huek... Huek....
Zifa tidak memuntahkan apa pun, hanya mual-mual saja. Bagi Zifa itu sudah tidak aneh lagi karena semenjak kehamilannya dia sering begini. "Ugh... Kamu jangan rewel ya Sayang." Zifa mengusap lembut perutnya yang membuncit.
Zifa mencuci mukanya lalu menggosok gigi. Setelah itu dia mengganti pakaiannya dengan baju tidur di lapisi sweater rajutnya. Zifa merebahkan dirinya di kasur dan menutupi tubuhnya dengan selimut tebal.
"Ugh... Hangatnya...."
Zifa mengusap perutnya lembut penuh kasih sayang.
"Sekarang, mari kita mulai lembaran baru, Sayang... memulai semuanya dari awal dan Bunda akan berusaha melupakan masa lalu yang terlalu menyakitkan bagi Bunda."
KAMU SEDANG MEMBACA
My Baby Triplets✔
RomanceAl Chaxiel✔ 🔗🔗🔒🔗🔗 Zifa Scicilias. Wanita yang memperjuangkan anak-anaknya agar tetap bahagia walaupun lahir tanpa seorang Ayah. Semuanya akan dia berikan demi buah hatinya tersayang, bahkan, dia rela menyerahkan nyawa demi anak-anaknya. Triple...