17. Kembali Berdamai

58.8K 3.6K 12
                                    


Zifa mengusap air matanya setelah selesai menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dulu.

"Coba saja dari dulu kau bicara tentang hal ini padaku, pasti aku akan menjelaskannya dan kau tidak membenciku begitu saja," ucap Zifa.

"Aku masih tidak percaya," ujar Rina membuat Zifa kesal.

"Kau! Aku sudah menceritakan semuanya! Jika kau masih tidak percaya kau bisa tanya sendiri pada ibumu! Dia itu bukan ayah kandungmu! Aku memang membunuhnya! Tapi aku membunuhnya untuk melindungi ibumu!" cerocos Zifa kesal.

"Wait, wait, wait! Maksudku aku tidak percaya kau seberani itu untuk melindungi ibuku, sampai-sampai menusuk ayah–ah maksudku bajingan itu. Sebenarnya aku sudah lama mendengar cerita ini dari ibuku, 7 tahun yang lalu aku mencarimu untuk meminta maaf. Tapi kau tidak ada di rumah dan katanya pindah ke Bandung, aku juga tidak percaya bahwa kedua orang tuamu kecelakaan, dan sudah meninggal, namun saat ke Bandung mencarimu, kau tidak ada dan aku kehilangan petunjuk kau pergi ke mana lagi," jelas Rina panjang lebar membuat Zifa mengernyit bingung dan semakin kesal.

"Lalu apa maksudnya kau kemarin menghina anak-anakku sampai anakmu juga menghina anakku!" desis Zifa, Rina hanya terkekeh membuat Zifa semakin kesal dan dongkol.

Rina malah cengengesan. "Hihihi, hampir sepuluh tahun kita tidak bertemu, ternyata kau berubah drastis, Zifa. Aku sempat kaget saat melihatmu dan anak-anakmu masuk sekolah yang sama dengan anakku."

"Jadi, kau sudah tidak membenciku? Bukannya dulu kau tinggal di Cibeber? Lalu apa maksudmu menghina anakku kemarin?" tanya Zifa lagi.

"Tenang-tenang, aku akan menjelaskannya."

"Ya sudah jelaskan," ketus Zifa.

"Aku pindah ke Sukanagara beberapa minggu lalu, awalnya aku kaget melihatmu minggu lalu mengantarkan 3 orang anak yang sangat mirip walaupun yang satunya sedikit tidak mirip. Lalu untuk memastikan, aku mencari informasi tentangmu. Aku kaget bukan main saat tahu kau sudah mempunyai 3 anak dan suamimu sudah meninggal, maaf."

"Ya, tidak papa, itu memang kenyataan," ujar Zifa.

"Aku tidak menyangka penampilanmu sekarang jauh berbeda dengan penampilanmu yang dulu, sekarang kau tampak modis dan anggun. Jadi aku penasaran, apa penampilan berubah sikapmu juga berubah? Aku juga penasaran dengan anak-anakmu, apakah sikapnya sama sepertimu dulu atau berbeda? Jadi aku bekerja sama dengan anakku dan anakku mengerti, kemarin anakku tidak sungguh-sungguh menghina kalian. Anakku hanya ingin memancing emosi anak-anakmu."

Penjelasan Rina membuat Zifa tidak habis pikir, bisa-bisanya Rina senekat itu untuk mengobati rasa penasarannya akan dirinya dan anak-anaknya.

"Dan ... BOOM!! Ternyata anak-anakmu mengerikan juga kalau marah, mereka sangat pemberani. Sikapmu juga berubah drastis, kau jadi lebih pemberani, dingin, angkuh dan sinis. Kau tahu, Fa? Anakku bisa saja membalas balik pukulan anakmu kalau itu bukan sandiwara, untung saja anakku bisa menahan diri untuk tidak menghajar anakmu. Anakku sudah kumasukkan ke perguruan beladiri karate sejak umur 4 tahun."

"Astaga ... kau ini, aku tak habis pikir, kau nekat sekali sampai-sampai mengorbankan anakmu masuk ke selokan dan dipukul oleh anakku." Zifa geleng-geleng kepala tak percaya.

"Hey ayolah ... aku selalu suka berbuat nekat dan sifatku ini turun pada anakku, anakku juga sangat penasaran saat melihat anak perempuanmu. Katanya anak perempuanmu itu cantik dan imut tapi sayang jarang tersenyum," jelas Rina lagi membuat Zifa melongo tak percaya.

"Aku sudah tidak bisa berkata-kata lagi saat mendengar penjelasanmu yang sangat-sangat absurd."

"Jadi kau sudah memaafkanku, kan? Maaf soal dulu aku membulimu sampai-sampai kau pindah sekolah, dulu aku sangat marah saat melihat kau membunuh ayah–maksudku bajingan itu. Dulu aku tidak tahu bahwa bajingan itu bukan ayah kandungku, aku juga tidak tahu bajingan itu sangat brengsek selalu menyiksa ibu," ujar Rina dengan penuh penyesalan.

My Baby Triplets✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang