Sebuah gaun putih yang panjang lengkap dengan tudung kepala melekat pada tubuh mungil Lee Ji Eun, gadis itu nampak cantik dengan balutan gaun tersebut. Pesona nya benar-benar terpancar di kala ia memakainya, bahkan polesan make-upnya pun sangat membuat orang-orang yang melihatnya pangling.
“Woah kau sungguh cantik, sayang.“ puji pria itu.
Apa? Sayang?! Apa telinga Ji Eun tidak salah dengar? Baru saja pria itu memanggil nya sayang dan bertingkah kalau mereka adalah pasangan yang amat serasi di depan orang-orang termasuk Wendy yang sejak tadi terus memperhatikan interaksi mereka.
Rasanya Ji Eun ingin menjahit mulut Haneul dengan jarum agar ia tidak asal bicara.
“Ah begitu kah? Tapi kau merasa risih karena gaunnya terlalu panjang.“ sela Ji Eun yang merasa kesulitan berjalan dengan gaunnya yang terlalu panjang.
"Tapi tidak akan panjang bila kau memakai heels.“ Wendy ikut bersuara.
Haneul mengangguk benar, gaunnya tidak akan terlalu panjang apabila Ji Eun memakai heels.
“Wendy benar, kau bisa memakai heels.“
Mau tak mau Ji Eun mengangguk pasrah, berusaha menerima masukan Wendy meski sebenernya ia tidak begitu pandai dalam menggunakan sepatu berhak. Terakhir kali ia memakainya saat graduation kelulusan, kakinya langsung keseleo.
Saat itu Ji Eun menghela nafas panjang, sejujurnya ia ingin bilang 'tidak', pada sepatu berhak namun apa boleh buat? Jika ia menolaknya bisa saja Haneul marah padanya dan akan ada perdebatan yang tak berujung nantinya hanya karena sepatu. Jadi Ji Eun putuskan untuk mengiyakan apa yang Haneul suruh.
“Ah Baiklah, tapi bolehkah aku berganti pakaian? Karena ku pikir semuanya telah selesai jadi apa aku boleh?“ gadis itu sempat melirik Haneul sambil menunggu jawaban apa yang di berikan oleh pria yang tengah duduk di sofa tersebut.
“Ya baiklah, kau boleh mengganti pakaian mu. Setelah ini ikutlah dengan ku, untuk membeli kue pesta pernikahan kita di kota.“ gadis itu mengangguk sebelum akhirnya pergi bersama sang desainer dan dua pelayan.
Selepas kepergian Ji Eun, Wendy langsung melangkah mendekati Haneul dan menjatuhkan bokongnya di sofa yang bersamaan dengan pria itu.
“Jadi kapan gerhana bulan itu tiba?“ tanya Wendy penasaran, karena gadis itu sudah benar-benar ingin terbebas kerjasama oleh Haneul dan fokus penyembuhan ayahnya.
Haneul melirik sebelahnya. “Ya itu sangat dekat, kita hampir mendekati gerhana bulan. Dari insting ku, gerhana bulan itu terjadi pada hari kamis nanti.“ imbuh Haneul yang membuat Wendy tertegun, itu berati dua hari lagi ritual akan segera terjadi dan peluang bagi ayahnya selamat akan semakin dekat.
“Persiapkan diri mu, pasti para serigala tengil itu akan mengacaukan acara ku. Tolong beri penjagaan ketat saat acara pernikahan ku berlangsung, oke?“ Haneul memerintah Wendy, dan tanpa penolakan sedikit pun gadis itu lalu mengangguk.
}{
Semua orang telah berkumpul di ruang tengah berunding tentang gerhana bulan yang akan tiba dua hari lagi, mereka juga tak segan membuat denah untuk menyelinap masuk ketika penjagaan istana lengah.
Jimin selaku pemiliki rencana tengah menjelaskan posisi-posisi mereka yang berada di ruang tengah termasuk Jong Suk.
“Jadi gini,“ Jimin menghela nafasnya. “Kita harus bisa memasuki istana apapun caranya, dan aku sudah meletakan kalian di pintu-pintu yang penjagaannya lemah.“ Jimin menerangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
The werewolf ✓
Hombres Lobo[meskipun cerita ini sudah selesai, tapi tolong berikan vote dan komen nya] [Masih terdapat sedikit typo, dan akan di perbaiki secepat nya] Mungkin jika bukan malam itu mereka tidak akan bertemu- Kisah seorang gadis yang begitu percaya kalau werewol...