1

2.1K 111 7
                                    

Menelan hari ini. Kemudian hari esok. Mengulangi langkah kaki seperti seorang tua yang telah kehilangan sisa terakhir kewarasannya.

Menjadi hidup. Bertahan mati. Berulang-ulang dalam ketololan yang sama.

Oh, segala yang mengalir. Suara yang tertahan. Dan gemetar jiwa yang sekarat. Untuk apa memamah yang tak lagi manis? Mengisi yang hambar dengan kehambaran baru.

Kehangatan manusia yang menyusut. Tatap mata yang penuh rasa sakit. Kebohongan yang terlampau biasa dan menjadi keseharian. Kepura-puraan yang menjadi tubuh. Mencipta yang tak lagi bergairah.

Sekedar menatap. Berjalan. Bangkit. Di tempat yang sama. Ulangan dari segala ulangan. Mencatat hidup. Mencatat mata yang terbuka. Tak seperti manusia. Sekedar boneka yang berlagak memiliki jiwa.

Ah, manusia menggelengkan kepala dan bergerak mundur. Bersembunyi di atas kegilaannya. Memindahkan semua yang ditahu. Menuju tidur dan halusinasi.

Esok hari. Dunia kembali berulang. Seribu kali. Miliaran kali. Segalanya sekedar tiupan kecil dari ketidakberdayaan yang terlampau tak berhingga.

Di musim semi yang terakhir. Umat manusia memicingkan segala inderanya. Kenyataan yang sungguh bodoh. Dan perlu kita tertawai.

KEHIDUPAN TANPA TITIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang