Sekali lagi, menikmati kesakitan orang lain adalah keindahan dan seni untuk menyembuhkan diri. Abad kehilangan empati, menghasilkan bibit-bibit keegoisan yang subur. Kematian orang lain adalah hiburan. Penderitaan orang banyak menjadi bahan bersenda gurau.
Tidakkah, dengan mengabaikan orang lain dan mencemooh mereka, manusia hari ini bisa mengajari topengnya untuk sedikit dewasa?
Agar tidak bosan. Semakin banyak moral kini menjadi terbalik dan manusia memuja segala yang dulunya buruk.
Menyakiti orang lain, adalah gairah tinggi manusia dalam kewajarannya yang paling murni. Keseharian adalah ulangan dari mengisap jerih payah orang lain.
Saat seseorang yang lebih kuat berdiri di atas puncak paling tinggi. Mereka yang lemah tak lebih dari makanan yang tersedia bagi jiwa-jiwa yang menginginkan kebesaran dan hidup enak.
Selama masih terdapat manusia lemah dan miskin. Hiburan akan perasaan sedih dan gagal, masih bisa dijalankan. Kebutuhan akan orang miskin begitu besarnya. Tanpa mereka, segala jenis kesenangan akan berkurang dan dunia akan menjadi jauh lebih membosankan.
Empati. Lalu di mana empati dalam dunia ulangan sehari-hari ini?
Ah, mungkin, hanya para monster-lah yang lebih tahu di mana letak ia berada.