2

1.4K 72 4
                                    

Kita harus belajar menjadi kejam dan gila. Kembali kedalaman kenormalan hanyalah kejijikan yang begitu mewabah. Untuk dirimu sendiri, rasa sakit yang lebih abadi dari segala usia manusia. Menakar yang berhati tak lagi menggembirakan.

Oh, tertawalah anak manusia dalam keacuhan kawan-kawanmu. Segala derita hanyalah milik. Bukan mereka. Lalu datanglah kesombongan yang bengis. Saat yang baik terlalu tersakiti. Perasaan muak menghibur hati yang sekarat.

Ke mana kita, pesakitan kecil harus melangkah?

Kegelapan tak berujung! Rasa sepi yang lebih luas dari pada amuk samudra. Di sanalah, dan hanya di sanalah, jantung kita berdenyut dan menunggu untuk membalas.

Di dunia yang bisu dan telinga yang mampat. Menoleh ke yang lainnya adalah dosa. Aib kita yang terakhir. Aib segala manusia. Membunuh yang lainnya untuk bertahan hidup.

Tidakkah gairah akan balas dendam hari ini begitu memesona? Mengurapi segala dahaga kita akan sebentuk pembebasan.

Di hari terakhir dan yang terujung. Suara langkah kaki tak lebih dari gema tipis sebuah keberadaan.

Sampai akhirnya, kematian tak lebih dari ketidakcukupan bersama. Kesepakatan ketidakberartian kita.

Belajarlah menjadi monster. Saat manusia-manusia sekitar lebih monster dari pada amarahmu.

Di pijakan terakhir kau akan mengerti. Hubungan sosial tak lebih dari sekedar omong kosong. Kepura-puraan yang elegan. Kebohongan yang begitu berisi.

Kau tahu? Umat manusia adalah penyakit bagi dirinya sendiri.

KEHIDUPAN TANPA TITIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang