9

522 31 2
                                    

Kesedihan menyuling usia menjadi ampas bagi kini dan nanti. Perasaan hampa ditekan agar omong kosong menjadi sedikit lembut.

Tidak cukup untuk sekedar berpura-pura hidup. Kita harus membayangkan tersenyum lebar dan membuka mata. Satu topeng untuk satu menit. Satu tawa untuk kebohongan berikutnya.

Kekayaan hanya sekedar untuk melewati tahun. Hanya itu. Tak lebih. Cinta menggerogoti jiwa yang sudah rentan sejak awal. Ah, manusia mendidik dirinya sendiri untuk menjadi boneka.

Di pijakan berikutnya. Kita hanya berputar-putar. Di taman besar rasa bosan. Sedikit kegembiraan menemani kita di kala sakit. Hanya sedikit. Keberlangsungan yang menuju pada yang berhenti. Tertahan. Selalu bertahan.

Bertahanlah wahai manusia. Bertahanlah. Lewatilah tahun demi tahun. Dalam kebosanan yang sama. Dalam kehilangan yang sama. Dalam kebencian yang berganti. Dalam segala kelelahan yang tanpa ujung.

Lewatilah. Sampai usia memakannya. Dan akhirnya kau tersadar. Mati sekarang atau besok pun tak ada bedanya.

Pejamkanlah mata di kala hari esok adalah usia baru. Ah, seandainya dunia ini adalah kecerobohan. Kita akan senang jika menjatuhkan diri dari atas tebing adalah kegembiraan terakhir.

Dari manusia yang sekarat. Dari sejarah hidup yang tak lagi menarik.

KEHIDUPAN TANPA TITIKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang