06 I'm Serious

16 11 5
                                    

Bel itirahat berbunyi dengan nyaring di setiap sudut sekolah, dan sebagai bunyi terompet kemerdekkaan setelah menghabiskan tiga jam awal setelah masuk kelas dan akhirnya bisa mengisi perut yang kosong, atau juga sebagai bahan bakar tambahan untuk otak. Audre menekan tutup pulpen–agar ujung tinta dari pulpen itu masuk, sebelum menyelipkannya di salah satu halaman buku paket kemudian memasukkan ke dalam kolong bangku. Lalu ia mengambil ponsel yang ada di dalam saku baju seragamnya.

"Dre."

Audre menoleh lalu mendapatkan temannya sudah ada di samping meja pemuda ini. "Kenapa, Daff?"

"Ada yang harus kita omongin sekarang,"ujar Daffa dengan juga bersama wajah seriusnya.

"Yaudah, tinggal ngomong. Ada apa?"

Tiba-tiba saja mata Daffa bergerak tak nyaman melihat kondisi kelas mereka. "Gue tunggu lo di ruang musik."

Kening Audre berkerut seraya Daffa meninggalkan pemuda tersebut dengan raut wajah bingung. Tapi, kemudian Audre langsung berdiri dari bangkunya dan menyusul Daffa yang sudah ada di depan pintu ruangan itu saat pemuda ini ada di luar kelas. Audre melangkah kaki menuju ruang musik, kemudian saat ada di depan ruangan itu ia mengegam kenop pintu–menekan kenop pintunya kebawah–lalu memdorong pintu tersebut.

Kening dari pemuda itu berkerut dan wajahnya langsung berubah menjadi ekpresi tak suka. Hanya karena sesuatu–atau mungkin karena seseorang. Di dalam ruangan ini ada yang berhasil membuat Audre tak suka, hanya karena melihatnya. Ada Raka di sini, langkah kaki Audre berniat untuk melangkah mundur dan keluar dari tempat ini. Ia lebih baik menghindar, pemuda itu takut jika emosinya melonjak dengan tiba-tiba.

Sedangkan Raka menatap Audre dengan tatapan canggung, sebelum akhirnya mata pemuda ini bergerak menatap ke arah lain. Entah kenapa¬–setiap bertemu ataupun bertatap muka dengan temannya yang satu ini rasa kecangunggan tiba-tiba terasa, dan ia di serang oleh rasa takut yang sedikit berlebih. Mungkin karena kesan dingin dari Audre yang tiba-tiba muncul dan juga tatapan yang tajam dan menusuk.

"Dre, jangan nyoba buat ngindar dari masalah," ucap Shawn.

"Gue gak punya masalah sama kalian." Suara pembelaan tersebut berasal dari Audre.

"Karena lo itu masalahnya."

Tubuh tersebut bergerak maju dengan cepat, mendorong seseorang hingga tubuhnya menabrak dinding yang keras, gengaman tangan menarik kerah baju lawannya dengan erat hingga baju itu tertarik mencekik. Sedangkan matanya menatap tajam¬–seakan laser yang akan membolongi kepala lawannya.

Seandainnya begitu yang terjadi mungkin semua luapan emosinya tidak akan hanya sampai di kepalan tangan Audre. Ia malah berakhir duduk di atara tiga teman-temannya, sambil mengepalkan kedua tangan dengan erat dan mencoba menahan sumpah serapan yang ada di dalam pikirannya–agar tidak berakhir menjadi kata-kata yang akan menluncur melalui lidah.

Lain dengan Daffa dan Shawn yang–sangat–bisa merasakan aura di ruangan ini berubah secara drastis. Shawn menarik nafas panjang, lalu menghelannya setelah menoleh ke arah Audre dan Raka.

"Ini ide gue sama Daffa," ucap Shawn sebagai pengakuannya dan memberi jeda beberapa saat pada perkataannya, "gue mau lo berdua nyelesain masalah kalian." Ketika Audre hendak membuka mulut dan memberikan pembelaan pada dirinya sendiri, sudah terpotong oleh Shawn. "Kalau lo masih bilang kalau lo gak punya masalah sama Raka, gue bakalan bilang sekali lagi kalau lo itu masalahnya–kalian berdua masalahnya."

BANDMATE✅ [ Day6]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang