08 When You Love Someone

10 11 1
                                    

Beberapa bulan yang lalu, bulan maret.

Enam puluh lima.

Itu angka yang tertulis dengan tinta merah yang sangat, sangat, sangat, sangat-lah menonjol dibandingkan tinta hitam pada soal dan jawabannya pada kertas ulangan. Kedua tangan dari pemilik nilai dibawah standar itu memengang kedua kepalanya, mencoba membaca ulang soal dan jawaban secara acak. Kemudian berharap ia menemukan kesalahan pemeriksaan pada jawabanya, namun memang dari awal semua jawaban yang ia miliki itu–memang–salah. Isi kepalanya rasanya ingin meledak.

Sejak kertas–terkutuk–ini dikembalikan pada pemilik masing-masing, banyak dari teman-temannya yang mencoba mencocokkan jawaban mereka lalu berdebat tentang jawaban yang benar. Sedangkan dirinya sedang dalam ketepurukan yang mendalam karena nilai rendah ini. Nilai yang dibawah KKM. Orang itu menggaruk kepalanya yang terasa gatal karena rasa kesal pada nilai yang ditulis dengan tinta merah tersebut.

Ia melipat kertas tersebut, setelah itu memasukkannya ke dalam tas dan berniat membakar kertas ini setelah pulang sekolah.

"Jadi yang dibawah KKM, besok remidi. Ketua kelas."

Yuda–si ketua kelas–itu berdiri kemudian disusul oleh seluruh orang di kelas ini, memberi salam pada guru yang tadi mengajar–sekaligus memberikan kertas kutukkan itu–setelahnya guru tersebut keluar dengan beberapa barang bawaan lalu tepat saat langkah dari guru itu di luar kelasnya bel istrirahat langsung berbunyi dengan keras dan terdengar di seantero sekolah.

"Dev, dapet berapa lo?"

Devi menoleh ke arah belakang dan menemukan Gayatri dengan wajah yang cerah–sepertinya orang yang satu ini lolos dari ajang remidi. Devi menghela nafas dengan berat, kemudian membereskan buku-buku miliknya. "Pokoknya gue remidi." Setelah itu ia memasukkan semua bukunya ke dalam tas, "Gue kantin duluan."

Ini baru satu bulan setelah ia bergabung dengan HIfive dan nilainya mulai tak kontrol dengan baik, ini mungkin karena ia terlalu sering belajar bermain gitar dan juga sering melupakan aktifitas belajarnya. Kalau begini, menyesal pun percuma . Niatan untuk ke kantin pun hilang begitu saja, dan Devi lebih memilih untuk duduk sambil melihat hilir mudik warga sekolah yang sibuk dengan dunia mereka sendiri.

Gadis itu bersender pada dinding dan menelengkan kepala dengan wajah yang terlihat sangat jenuh. Ia tak habis fikir dengan aktifitasnya sebagai vokalis baru dari HIfive, dan setiap mengingat hal tersebut setruman kebahagian ada pada setiap syaraf, di tambah lagi berhasil menarik senyumnya. Bagaimanapun HIfive menjadi salah satu alasannya berada di sini, sebagai siswi.

Alasan yang konyol.

Niatan setelah pulang sekolah Devi akan langsung pulang dan belajar, menebus nilai-nilai yang menyedihkan itu. Tapi saat ia keluar dari kelas, seseorang telah menunggunya di depan kelas. Ada Raka yang tiba-tiba datang dengan nafas yang terlihat terengah-engah.

"Dev, jalan yuk!" ucap Raka sambil tersenyum.

Kening Devi berkerut. "Mau ke mana?" sepertinya melupakan sejenak nilai 65 dengan keluar sebentar sepertinya tidak akan berpengaruh apapun pada Devi, pikir gadis itu.

"Makan?"

Devi terdiam, ia mencoba mengingat-ingat berapa sisa uang bekalnya hari ini. Tidak lebih dari enam belas ribu, itupun untuk ongkos bayar ojek online yang akan ia pesan. Kecuali jika Raka mau–

BANDMATE✅ [ Day6]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang