03 Better Better

30 21 3
                                    

Pagi menjelang siang saat itu, ketika waktu istirahat di kantin. Tadinya di sini ada empat orang, dan sekarang hanya tersisa dua orang di meja ini. Dua orang ini sedang memikirkan satu hal yang saling berkaitan, berkaitan karena hal yang mereka pikrikan adalah teman mereka sendiri. Mereka berdua memikirkan Raka dan Audre.

Setelah tahu dari Audre–setelah pemaksaan keras–akhirnya temannya itu mau mengakui pada Daffa, jika Audre memiliki perasaan–yang aneh dan susah di jelaskan–kepada Devi dengan penjelasan yang berbelit-belit. Sedangkan Shawn, setelah kemarin ia menanyai masalah Devi ada sedikit kecurigaan muncul apalagi di tambah wajah Raka agak terlihat tidak suka di sana. Jadi yang paling ia ia kemarin setelah introgasi yang tidak di sadari oleh Raka, Shawn akhirnya menyimpulkan jika temannya itu memang menyukai Devi. Ia memiliki keyakinan sebesar delapan puluh persen.

"Daff,"ujar Shawn yang berhasil membuat Daffa menoleh ke arahnya, "gue rasa Raka suka sama Devi deh."

Daffa berkedip beberapa kali, sebagai reaksi terkejut yang ia miliki. "Audre juga sama itu cewek."

Mereka kembali berfikir, mencoba menarik benang merah yang mulai terlihat ujungnya. Menurut Shawn jika Daffa dan Audre–memang benar­–menyukai Devi, jadi masalah mereka hanya karena perempuan yang berujung tidak ada aktifitas di band mereka. Entah kenapa mereka berdua agak sedikit kesal, dan kaget–mungkin kagetnya akan seperti di kartun yaitu dagu mereka akan menyentuh tanah.

"Menurut lo, dari mereka berdua udah ada yang ngomong ke Devi?"

Shawn mengangkat kedua bahunya sebagai jawaban 'tidak tahu' kepada Daffa, dan cowok itu menghela nafas kecewa. Menurut Daffa, puzzle masalah mereka telah terkumpul semua hanya perlu mereka satukan hingga mereka berdua tahu apa pusat masalahnya. Walaupun ini bukan masalahnya dan Shawn tapi ini menyakut band mereka berlima–berenam jika Brian di hitung.

"Kita harus ngomong ke Devi juga?" ucap Shawn yang mengutarakan ide yang tiba-tiba muncul.

"Gila lo?!" pekik Daffa yang berhasil menarik perhatian sekitar mereka.

"Gue cuma mengutarakan ide gue, lo punya ide emang?"

Daffa berdecak, lalu mengeleng hingga berhasil membuat Shawn berdengus kesal melihatnya. Mereka kemudian terdiam, lalu sebuah ide datang pada Daffa. "Kalau buat mereka diskusi, terus buat mereka jujur dan bersaing secara sehat, gimana?"

Shawn memutar kedua bola matanya dengan sebal. Ide buruk datang juga dari Daffa. "Lo tahu kayak gimana Audre."

Daffa jadi ingin memukul kepalanya dengan palu agar berjalan dengan baik. Semoga masalah ini tidak terjadi padanya dengan Shawn, kasian Raka dan Audre nantinya. Cowok itu menoleh pada Shawn. "Lo jangan diem kalau lo suka sama cewek, entar gue bantuin deketin," ujar Daffa secara spontan bahkan tanpa berfikir.

"Ogah, nanti palingan lo nikung gue." Terkadang Shawn memang terlalu pintar, atau dirinya yang terlalu transparan pikirannya–seperti buku yang terbuka.

***

Sedangkan di saat yang sama. Devi mengigit bibirnya dan mencoba mengintip ke dalam ruang musik, yang di dalamnya ada seseorang yang ia hindari. Garis keras ia hindari–walaupun yang satu ini lebih bersahabat daripada Audre tapi tetap saja, bukan? Mereka dari grup yang sama jadi jika bertemu salah satu dari mereka ini terasa seperti terlambat dan ia ketahuan oleh guru BK mencontek.

BANDMATE✅ [ Day6]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang