Lima bulan yang lalu, bulan Juni.
Bulan lalu mereka sama sekali tidak melakukan latihan band, karena Ujian Akhir Semester menunggu mereka. Kemudian, dua minggu mereka sudah latihan tanpa drummer ataupun vokalis–atau hanya salah satu dari mereka–dan itu berdampak buruk dengan keadaan HIfive sekarang karena seperti di ketahui seorang bassis tidak akan menemukan ketukan yang tepat jika tidak ada drummer. Tapi saat Raka dan Devi bisa melakukan latihan, keadaan mereka terasa asing, dua orang itu seperti tidak menemukan ke fokusan mereka.
Mereka seperti kehilangan formasi mereka.
Sekarang di sinilah Audre sedang duduk di ruang musik dengan Daffa dan Shawn, mereka sedang menunggu ke datangan Devi, agar bisa kembali melakukan latihan band secara bersama. Sedangkan Raka sedang ada urusan dengan toilet jadi ia hanya meninggalkan laptop dalam kondisi menyala. Awalnya benda canggih itu hanya menampilkan folder yang berisi video-video mereka, tapi saat layarnya berkedip sekali satu persatu sebuah foto muncul di layar itu, sebagai screen saver.
Audre hanya melihat dari ujung mata pada mulanya, tapi saat muncul foto Devi–vokalis mereka–muncul keningnya berkerut. Pemuda ini benar-benar tidak minat untuk memerhatikan screen saver pada di laptop seseorang, namun saat ia melihat Devi pada gambar setelah foto mereka berlima. Perasaan marah tiba-tiba muncul, ia bahkan menarik komputer jinjing milik Raka kemudian membuka pada pengaturan screen saver mencari di mana foto Devi berada.
Saat ia menemukan sebuah folder yang berisi lima puluh foto Devi sendiri maupun bersama mereka berlima. Audre sudah menekan tombol ctrl dan A, dan jari telunjuknya sudah hampir menekan tombol delete yang berada di ujung kanan atas. Namun jarinya malah bergerak pada touch-pad kemudian mengerakkan anak panah yang ada di layar laptop ke arah tanda silang yang berwarna merah kemudian menutup benda canggih itu dengan kasar.
Shawn dan Daffa yang juga ada di situ terkejut ketika mendengar Audre menutup laptop Raka dengan kasar, dua orang itu memandang Audre dengan heran dan bingung. Karena merasa di perhatikan, Audre menatap mereka secarra bergantian. Ia menghelanafa panjang.
"Gue keluar bentar."
Di sini keberadaan Audre yang sedang duduk di sofa tempat mereka menyewa studio musik selama dua jam. Pemuda ini berharap bisa menurunkan segala emosi yang ia miliki di luar sini, sambil menghilangkan ingatan tentang foto-foto Devi yang ada di laptop temannya sendiri, dan juga menghilangkan segala asumsi tentang Raka yang menyukai Devi.
Audre merasa seperti ia kehilangan start sebelum memulai perlombaan mereka.
"Kak Audre, ngapain di sini?"
Suara itu membuat Audre menoleh, Devi sudah berada di dekatnya dan menatap dengan bingung. Audre awalnya ingin menarik senyum–karena ini adalah Devi–tapi kemudian ia mengingat asumsi tengan Raka menyukai Devi, ia langsung mengalihkan pertahiannya.
"Udah sana langsung masuk."
Mendengar itu Devi mengangguk, lalu gadis tersebut kembali meninggalkan Audre sendiri.
Raka datang, tubuhnya langsung bergerak dengan cepat dan menggam kerah baju pemuda tersebut matanya menatap tajam seakan menatang Raka untuk adu jotos dengannya.
Itu semua hanya ada di imajinasinya, bahkan ketika pikiran itu datang ia hanya bisa mengepal kedua tangannya. Hingga Raka datang, merangkul Audre agar masuk bersama ke dalam lalu memulai latihan mereka. Pada awal intro, semuanya baik-baik saja.
Hingga Audre kehilangan semua fokusnya, karena melihat Raka yang menatap Devi dengan tatapan memuja–kenapa ia tidak menyadari hal ini?–ia langsung melepas gitar yang ada di pelukannya kemudian memasukan alat musik petik itu ke dalam tas gitar yang ia bawa dari rumah dengan kasar.
Orang yang pertama menghentikan permainannya adalah Raka, lalu yang lain menyusul karena bingung dengan sebab suara drum sudah tak mengiringi mereka. Saat menoleh, tiga orang itu malah menemukan Audre yang sudah mengedong tas gitar lalu keluar dari ruangan ini dan meninggalkan dengan debuman pintu yang kuat.
"AUDRE!" teriak Shawn sambil melepas bass yang ada padanya, kemudian mengejar Audre.
Sedangkan Devi menoleh untuk melihat reaksi Raka dan Daffa, yang juga tengah kebingungan seperti dirinya.
"DRE!"
Shawn masih terus meneriaki nama Audre, walaupun temannya sudah berada setengah turun menuju lantai satu dan Audre sama sekali tidak berherhenti. Shawn baru bisa mengejar ketika mereka sudah benar-benar turun dari tangga. Shawn berhasil menghentikan langkah Audre, karena ia menghalangi motor dari sang pemilik. Raut wajah Audre terlihat marah dan tak suka dengan apa yang di lakukan Shawn.
"Lo kenapa, dah?" tanya Shawn dengan kening berkerut, dan nafas yang masih tersengal-sengal. "Ada masalah?"
"Gue ke inget, kalau gue ad urusan penting."
"Apaan?"
"Bukan urusan lo," putus Audre, lalu mendorong Shawn menjauh dari motornya.
***
Devi mencuci tangan setelah membantu sang mama membereskan ruang tamu–karena sore mereka ke datangan tamu yang merupakan teman kerja sang papa–setelah ia rasa kedua tanganya telah bersih gadis itu langsung menuju kamar sambil menunggu sang mama menyiapkan makan malam. Ia membuka pintu kamar, lalu membaringkan tubuhnya di atas kasur dan memandangi langit-langit kamar.
Gadis ini mulai berfikir tentang kejadian tadi siang. Latihan mereka tetap berlanjut, walaupun tanpa Audre. Saat Shawn kembali dari luar, dan mengatakan jika Audre mempunyai urusan tersendiri mereka bertiga hanya mengangguk mengerti kemudian melanjutkan latihan mereka yang terpotong.
Lalu ia teringat dengan pertanyaan Raka, ini pertama kalinya selama gadis ini menjadi seorang siswi SMA. Devi senang tapi juga bingung, karena selama ia mendapatkan pertanyaan yang seperti itu mungkin ia langsung menjawab 'iya' kemudian mereka berpacaran, setelahnya tak lebih dari sebulan mereka putus. Devi tidak bisa menjalani hubungan dengan seseorang tanpa memiliki perasaan yang sama.
Omong kosong dengan terbiasa, gadis ini tidak bisa melakukannya.
Devi menghela nafas sejenak, lalu bangun dan mengambil ponsel yang terus-terusan bergetar di meja belajarnya. Ketika melihat seluruh pemberitahuan yang ada di layar ponselnya, keningnya berkerut karena bingung.
Audre : Gue putusin buat, ngebreakin kegitan band kita. Gue mau balik ke Jogja lusa.
Raka : Anjiir, tiba-tiba gini?
Daffa : Lo gak perlu ngebreak HIfive hanya karena lo pulang ke Jogja, kita masih bisa latihan sambil nungguin lo pulang, kan?
Shawn : Lo harusnya ngasih tahu tadi, bukannya kabur.
Audre : Gue lupa, keburu inget buat ngebooking tiket.
Audre : Sorry, gue mau nambahin satu peraturan lagi kali ini.
Audre : Gak ada yang namanya pacaran dengan sesama anggota HIfive.
Audre has left in grup
Entah kenapa perasaan kecewa datang padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANDMATE✅ [ Day6]
Fiksi Remaja-selesai- Hifive hampir secara resmi dibubarkan. Masalah mereka bukan hanya latihan yang tidak pernah terjadi, tapi juga hubungan antar vokalis, gitaris, dan drummer mereka. Akan berakhir bagaimana mereka? Day6