Devi awalnya berfikir masalah yang di kantin tidak perlu diselesaikan di ruang BK, namun sayangnya harus. Ia, Audre, dan Ridwan kembali bertemu setelah ia membersihkan luka Audre di ruangan itu. Ridwan yang pertama menjelaskan masalahnya, dengan versinya sendiri. Di cerita itu pihak Audre dan Devi terlihat bersalah–dirinya memang bersalah karena sudah bolos kemarin–tapi saat Devi mulai menceritakan kejadian yang terjadi, Ridwan mendapatkan masa skrosing selama dua hari. Sedangkan ia dan Audre mendapatkan hukuman membersihkan toilet sepulang sekolah.Inilah yang di namakan hidup.
Devi adalah orang pertama yang langsung menuju kamar mandi, ia terlalu bersemangat untuk hukuman pertamanya di kelas sebelas ini. Gadis itu memerhatikan kondisi kamar mandi yang sangat nampak berbeda, jika pada toilet perempuan seperti terlihat baik-baik saja–walaupun noda tanah kering terlihat di ubin–namun toilet laki-laki yang berhasil membuat ia berdecak kesal sekaligus ingin menangis karena kondisinya, mereka semua terlihat seperti selesai terkena bencana alam banjir.
Telunjuk kanan Devi mengacung menujuk ke kamar mandi perempuan, lalu ia merapalkan mantra capcipcup sepanjang yang ia bisa sambil mengerakkan jarinya mengarah kamar mandi siswa bergantian, hingga berakhir menuju pada kamar mandi laki-laki. Devi akan mulai membersihkan dari tempat yang paling jorok itu.
Gadis itu melepaskan tas dan meletakannya di kolidor gedung kelas sebelas yang sudah sepi, kemudian melepas sepatu dan kaos kaki putih yang ia kenakan lalu ia taruh di dekat tas. Devi sudah siap tempur. Ia mendekati ke sebuah–entalah–untuk mengambil ember, pembersih lantai, pel, sikat dan squish. Siang ini akan menjadi hari terberat bagi Devi. Gadis itu masuk ke salah satu toilet laki-laki kemudian mengisi ember dengan air kemudian ia menyiram secara asal ke lantai, lalu ia kembali mengisi ember dengan air tapi kali ini ia sambil menuangkan pembersih lantai setelah itu ia menyikat lantai–yang sangat dekil ini.
"Lo kayaknya emang gak ada bakat buat jadi anak bandel, ya?"
Devi menoleh lalu menemukan Audre sedang berdiri di belakangnya, senyum gadis ini seketika itu juga mekar. Ada bantuan datang, tapi Audre kelihatan datang bukan untuk membantu.
"Kakak dateng kesini niat mau bantuin, atau cuma ngelihatin aja?" ucap Devi, namun diperkataan terakhir gadis itu terdengar nada sinis.
"Bantuin doa."
"Pulang sono kalau gitu!" Devi kembali melanjutkan menyikat ubin-ubin kamar mandi.
Beda dengan Audre yang tertawa sejenak melihat betapa juteknya Devi, lalu ia menjauh meletakan tas miliknya tepat di sebelah milik gadis itu dan tidak lupa juga melepaskan sepatu dan kaos kakinya. Mana tega ia membiarkan Devi membersihkan ini semua sendiri?
"Udah sana lo, mending siramin lantainya semua abis itu kasih sabunnya biar gue yang nyikat." Audre datang dan langsung merebut tongkat dari sikat yang sedang dipakai oleh Devi.
"Oke, bos!"
Setengah jam untuk membersihkan toilet bagian kedua toilet ini, dan Audre sudah terlihat berpeluh bahkan seragamnya terlihat basah di bagian punggung. Sedangkan kondisi gadis itu tidak jauh beda, rambut basah dan lepek, kulit yang mengeriput karena kedinginan. Mereka berdua memilih istirahat setelah membersihkan bagian toilet terdekil yang pernah Devi bersihkan. Audre dan Devi duduk di dekat tas mereka dan bersender, mencoba merilekskan tubuh mereka.
"Kak, tolong ambilin tas punya saya."
Audre menoleh ke arah gadis itu lalu ia mengambil tas milik Devi dan memberikan pada pemiliknya, setelah benda itu sudah ada di tangan sang pemilik, Devi langsung membuka zipper kemudian mengambil botol minum di dalam tas.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANDMATE✅ [ Day6]
Fiksi Remaja-selesai- Hifive hampir secara resmi dibubarkan. Masalah mereka bukan hanya latihan yang tidak pernah terjadi, tapi juga hubungan antar vokalis, gitaris, dan drummer mereka. Akan berakhir bagaimana mereka? Day6