Devi dan Audre tidak benar-benar bertemu dengan Daffa di pusat perbelajaan tepat mereka menghabiskan waktu bolos mereka berdua, tapi mereka bertemu dengan Daffa di pengisian bensin, satu kilometer dari sekolah. Tas yang pertama di sodorkan oleh Daffa adalah tas milik Devi, gadis itu menerima tasnya sambil mengucapkan terima kasih tapi Daffa memandangnya dengan tatapan yang cukup intes."Lo gak di apa-apain kan sama nih bedebah kan?"
Devi mengelengkan kepalanya. "Kita cuma jalan-jalan kok."
Namun saat Daffa menyerahkan tas milik Audre, pemuda ini melemparkannya secara kasar–untungnya Audre bisa menangkap dengan baik. "Jangan ngajak anak orang sesat, dre."
"Gue cuma ngajak jalan buat nonton, doang. Udah gitu aja."
Daffa memutar matanya. "Sama aja ogeb!" ujar Daffa, "Eh, tapi lo berdua harus tahu pas Ridwan–pacar lo, Dev. Ngamuk-ngamuk nyariin lo, dre. Gara-gara lo nyulik pacar orang, gila ngakak gue sama yang lain ngelihatnya, tau gak lo?"
"Gak," jawab Audre, "gue duluan." Setelah pamit, Audre langsung menarik gas dan pergi dari sana.
Lain dengan Devi yang dari tadi sibuk melihat ratusan pesan dari Ridwan, ia menengak ludah secara kasar setelah membaca semua pesan spam itu. Bagaimana nasibnya besok? Ia lebih mencemaskan hal ini dibandingkan berita yang baru ia dapatkan dari teman sekelasnya yang mengatakan jika besok ada ulangan fisika.
Audre juga melihat sikap Devi dari kaca spion yang ia lirik berapa kali kemudian kembali fokus untuk mengemudi. Baiklah dibandingkan memusingkan peraturan yang tadi, lebih baik ia menyingkirkan satu bocah itu dulu kemudian menyelesaikan masalah HIfive agar bisa berjalan seperti sedia kala. Sepuluh menit perjalanan, Audre perlahan menurunkan kecepatan saat hampir sampai di rumah Devi.
Audre mematikan mesin motor, kemudian menurunkan standar motor. Devi juga langsung turun saat Audre mematikan kendaraan beroda dua itu, lalu melepaskan helm dan meberikannya pada Audre.
"Lo gak usah mikirin masalah Ridwan, biar gue yang ngurus." Audre mengatakan itu untuk menenangkan pikiran gadis yang ada di depannya ini.
Devi tersenyum lalu mengangguk. "Gak papa kok. Kakak juga tahukan saya bener-bener serius gak punya perasaan sama dia, apalagi niat buat suka sama adik kelas kayak dia."
"Gue tahu," ucap Audre, "gue duluan."
***
Kemarin acara bolosnya dengan Audre berhasil membuat pertanyaan dari teman-temannya dan juga kekaguman dari mereka karena mengetahui catatan hitam pertama di sekolah, lalu hari ini ia berhasil melewati ujian fisika dengan baik, walaupun ia hampir menangis karena tidak mengerti beberapa soal, semalam ia belajar dan semalam juga hilang tanpa jejak. Ia pasrah apa dengan jawaban yang ia tulis tadi, lolos dari remidian saja sudah sangat bersyukur–Devi tidak memiliki obsesi yang berlebihan dengan prestasi yang membanggakan–yang terpenting ia tidak memalukan kedua orang tuanya sudah cukup.
Pelajaran fisika selesai berarti ulangan telah terselesaikan dengan pasrah, waktu istirahat yang mereka dapatkan lebih awal delapan menit daripada biasanya. Devi mengeluarkan ponsel, namun ketika ia menghidupkan benda tersebut sebuah pesan terpampang jelas di layar. Mata gadis itu awalnya terpicing karena melihat nama dari pengirim, tapi melihat isi dari pesan tersebut. Devi rasa ia sepertinya hendak untuk melakukan salto ke belakang sebanyak tiga kali, tapi sayang Devi tidak bisa salto ke belakang tetapi tetap saja pesan yang ia terima dari Audre seperti menwujudkan dari pertanyaan yang tidak terjawab oleh Audre kemarin.
KAMU SEDANG MEMBACA
BANDMATE✅ [ Day6]
Teen Fiction-selesai- Hifive hampir secara resmi dibubarkan. Masalah mereka bukan hanya latihan yang tidak pernah terjadi, tapi juga hubungan antar vokalis, gitaris, dan drummer mereka. Akan berakhir bagaimana mereka? Day6