07 Letting Go

11 12 1
                                    

Sebuah rumor itu akan cepat tersebar jika penyebarannya secepat penularan virus melalui darah, dan rumor yang sedang hangat-hangatnya adalah majunya ujian tengah semester untuk tahun ini. Ini masih rumor, belum ada konfrimasi dari guru-guru yang mengajar. Hal itulah Devi coba katakan, tapi mungkin memang dasarnya teman-temannya memang suka melebih-lebihkan sesuatu. Jadi Devi hanya duduk dan mendengarkan dengan baik.

Pagi yang cerah ini, akan di sambut dengan pelajaran olahraga. Jadi kelasnya–Devi, dan satu kelas yang tepat di sebelah kelas gadis itu juga akan olahraga hari ini. Mereka akan bermain bola basket, lebih tepatnya anak cowok-cowok yang akan bermain. Karena itulah yang dilihat oleh Devi. Sejujurnya juga, tak ada satupun dari anak perempuan di kelasnya yang berniat olahraga. Lagipula guru yang menjagar tidak ada. Tapi guru yang berbeda–tapi masih mengajar olahraga, memberikan kebebasan untuk memilih materi mereka sehingga terpilih lah permainan bola orange itu.

"Dev," panggil Dinar, dan sontak membuat Devi menoleh.

"Ada apa?"

"Gue mau nanya, boleh?" Devi lalu memberikan anggukan singkat. "Lo pacaran sama Kak Audre?"

Kelopak mata Devi bergerak sedangkan otaknya mencoba menyerap pertanyaan dari temannya sendiri. Dia pacaran sama Audre? bagaimana pemikiran seperti itu bisa ada!"Ya enggaklah, ngaco lo!" ujar Devi yang berusaha terdengar tertawa, dan mencoba menganggap hal tersebut sebagai lelucon konyol.

Dinar tidak suka dengan reaksi dari Devi. "Ih! Gue serius!"

"Ih, sama gue juga serius."

"Terus kenapa lo kemaren di anterin pulang sama Kak Audre?"

"Dia yang pengen anteri gue pulang, udah gitu aja katanya."

"Gue gak percaya."

"Emang gitu ceritanya."

"Ya gak mungkinlah, pasti lo ada sesuatu sama Kak Audre!" pekik Dinar, yang mencoba dengan keras mempertahankan opini yang ia miliki adalah kebenaran.

Devi memutar bola matanya sekali, dan menatap kesal pada Dinar. "Gue gak ada hubungan darah. Selain hubungan adek kakak sama kak Audre. Oh ya, sama satu lagi. Gue sama Kak Audre itu satu band. Selesai."

Sejak Dinar mendelik karena masih tidak terima–atau tidak puas–dengan jawaban dari Devi akhirnya mereka berdua berdebat, bahkan mereka saling menerikaki dan kemudian berakhir saat bell istirahat berbunyi dengan keras. Saat itu juga mereka kelelahan lalu memutuskan untuk makan bakso. Mereka mungkin berdebat hanya untuk membuang tenaga mereka sendiri, dan kemudian Dinar dan Devi kembali seperti biasa setelah jam istirahat selesai. Tambahan lagi, mungkin karena mereka kelaparan, jadi tekanan darah mereka meningkat secara derastis. Jika masalah sudah menyangkut masalah perut, emosi kadang bisa meningkat secara hebat.

***

Hal yang paling berat adalah memutuskan seuatu, apalagi jika di berikan beberapa pilihan yang akan membuatmu lebih memilih mengabaikannya dibandingkan harus memilih. Hal itu yang membuat Raka terlihat uring-uringan sejak datang ke sekolah–sebenarnya sejak semalam. Semuanya ini karena seseorang merekomendasikan sebuah film untuknya, ralat. Sebuah drama korea yang menemaninya selama masa skrosing pemuda ini, dan karena sebuah makna yang sangat ia pahami akhirnya Raka membuat sebuah keputusan.

Yaitu kembali menyatakan perasaannya lagi pada Devi, yang membuat ini terlihat berbeda adalah ia akan meminta langsung jawabannya. Apapun hasilnya, sedangkan hal yang berhasil pemuda ini terlihat uring-urningan hanya satu. Bagaimana mengatakannya kembali, jika melihat kondisi Raka yang hampir tidak pernah ada percakapan dengan Devi. Perlukah ia meminta bantuan dari Shawn? Ah, tidak. Lebih baik ia mengerjakan semua ini sendiri. Agar jika hasilnya tidak sesuai dengan harapannya, setidaknya ia tidak akan dijadikan lelucon.

BANDMATE✅ [ Day6]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang