S.E.M.B.I.L.A.N

4.7K 469 53
                                    

Pagi ini, Jo memutuskan untuk sarapan di bawah dan ia bersikap biasa saat melihat Sehun duduk disana dengan kopi hitam dan roti bakar. Selama sisa pernikahannya dengan Sehun, Jo memutuskan untuk bersikap baik. Seperti sekarang, ia menyapa Sehun dengan kalimat selamat pagi calon mantan suami yang membuat Sehun hanya menatapnya datar dan kembali menyibukkan diri dengan laporan yang dikirmkan Albert pagi ini.

            Alette J Lorraine is calling...

            “Aduh...” Jo melihat layar handphone dan melihat Sehun yang menatapnya dengan masih tatapan datar. Bisakah pria di depannya ini mengubah raut wajahnya sedikit saja? Jo menggeleng dengan pemikirannya sendiri.

            “Siapa” tanya Sehun membuat Jo kembali terkesiap karena hal lain. Pertama karena Alette dan kedua karena Sehun.

            “Alette. Bentar, aku angkat dulu.”

            Sehun mengangguk dan ia tidak menyadari kalau dari tadi ia tidak melepaskan pandangannya dari Jo.

            “Kamu sudah disana?”

            “Sudah, aku sama Theo. Kamu dimana? Tempatnya penuh, Jo.”

            “Enggak ada yang kosong?” Jo mengerutkan dahi bingung karena hari ini harusnya perpustakaan sepi. Ia yakin ia tidak salah memilih hari. “Coba cari di dalam, Ale.”

            “Enggak ada, Jo.”

            “Terus gimana? Masa kita ganti hari lagi? Deadline kita sebentar lagi.”

            “Perpustakaan lainnya? Atau tempat lainnya?”

            Jo menggigit bibir bawahnya karena bingung. Ia tidak bisa menyalahkan siapapun sekarang. Dan yang bisa ia katakan kepada Alette adalah, “Aku akan kesana sebentar lagi. Kamu cari bukunya dulu sama Theo.”

            Sehun yang mendengarkan pembicaraan itu sekilas memilih bertanya, “Ada apa?”

            Jo menyimpan handphone ke dalam tas dan ia bersiap untuk pergi setelah menjawab pertanyaan Sehun, “Perpustakaan penuh dan aku tidak mengerti kenapa semua orang memilih hari ini untuk datang ke perpus. Aku juga ada deadline.”

            “Kamu bisa mengerjakannya di perpustakaan pribadi keluarga Abraham.”

            “Milik papa?”

            “Aku akan memberitahunya nanti.”

            Jo menatap Sehun cukup dalam lalu ia dengan cepat berjalan memutar dan memeluk Sehun. “Terimakasih,” kata Jo dengan memberikan senyuman lebarnya.

            Sehun cukup terkejut saat Jo melakukan hal itu kepadanya. Ia berbalik dan menatap Jo kemudian berkata, “Apa kamu mau menjadi adik aku, Jo? Karena setelah kita bercerai, aku tidak ingin kita menjadi mantan suami atau mantan istri.”

            Sehun, apa yang kamu katakan? Sejak kapan kamu bisa bersikap seperti ini? Adik? Kamu sudah memiliki Joaquina Katia Abraham sebagai adik kamu.

            “Adik kamu?”

            “Ya.”

            “Seperti apa aku harus bersikap sebagai adik kamu?”

            Seperti kamu yang memeluk aku.

            “Terserah kamu. Aku tidak memiliki standart untuk menjadi adik aku.”

            Jo memiringkan kepalanya lalu berkata, “Aku memiliki standart untuk menjadi kakak aku. Apapun yang aku inginkan harus dilakukan dan dipenuhi. Kalau kamu sanggup menerimanya, aku bersedia.”

            “Oke.”

Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang