E.N.A.M

4.9K 500 39
                                    

“Kantin kampus, gimana?” tanya Alette setelah keluar dari auditorium dengan menggandeng lengan Jo. Mereka berjalan bersisian mengikuti langkah mahasiswa lainnya. Jo memiringkan tubuhnya untuk menghindari sentuhan dan Alette yang menyadari itu bertanya lagi, “Masih?”

Jo mengangguk dengan senyum terkulum lalu menarik tangan Alette untuk mempercepat langkahnya. Ia menarik Alette ke arah gerbang kampus dan berjalan sekitar sepuluh menit ke ujung jalan lalu berhenti tepat di depan cafe yang bertuliskan, Donat. Tidak hanya donut yang bisa dipesan tapi ada makanan lainnya. Seperti sekarang, Jo memesan donut dengan taburan gula halus di atasnya dan Alette memesan spaghetti.

“Apa kamu masih bertemu Chandra setiap Selasa?”

“Masih.”

“Rutin?”

Jo menggeleng membuat Alette mengangguk. Ada satu hal yang membuat Alette tidak bisa melepaskan Jo sendirian. Seperti tadi, Jo menghindari yang namanya bersentuhan dengan siapapun. Dari awal perkuliahan pun Alette sangat tahu kalau Jo mencoba untuk tidak bersosialisasi dengan siapapun kecuali dirinya.

“Kamu dan Pak Sehun baik-baik saja kan?” tanya Alette setelah pelayan mengantarkan pesanan mereka.

Jo menyentuh gula di atas donut dengan jari lalu menjilatnya membuat Alette berkata, “Jorok!”

Jo tertawa kemudian menjawab pertanyaan Alette, “Kita baik dan kita akan bercerai secepatnya.”

“Kenapa?”

“Karena kita tidak menginginkan pernikahan ini dan aku ingin cepat-cepat keluar dari rumahnya.”

“Dan dimana kamu tinggal setelah kalian bercerai?”

Jo belum memikirkannya jadi ia tidak menjawab pertanyaan Alette.

“Apa yang diharapkan dari pernikahan yang seperti ini, Ale? Kita hanya menunggu siapa yang akan melepaskan terlebih dulu dan kita sepakat untuk mengakhirinya bersamaan.”

Alette menatap Jo yang sibuk menyentuh gula-gula halus itu dan Alette tidak mengerti, kenapa hal kecil seperti donut saja bisa membuat Jo tersenyum sedangkan pernikahannya dengan seorang pria yang diinginkan banyak wanita justru membuatnya tertekan. Kebahagiaan seseorang tidak ada yang bisa menebaknya.

Jo mendongak saat ada seorang pria yang memanggil nama mereka berdua. Theo Zafram menarik kursi di sebelah Alette lalu mencium kening pacarnya itu. Jo yang melihatnya berpura-pura kesal lalu berkata, “Jijik tahu!”

Theo tertawa lalu menanggapi perkataan Jo, “Jo, cari pacar deh biar bisa di cium keningnya.”

Jo dan Alette berpandangan lalu tertawa. Theo belum tahu kalau Jo sudah menikah dan ia memang tidak berniat untuk memberitahu Theo atau siapapun. Buat apa? Mereka sebentar lagi bercerai. Kemudian Jo melihat bagaimana Theo yang menyadari ujung bibir Alette yang kotor dan dengan santai ia membersihkannya dengan tisu, membuat Alette tersipu malu.

“Jo, boleh pinjam pacar aku dulu? Lama sih soalnya kita mau keliling cari sepatu.”

“Pulangnya di antar jangan ditinggalin seperti minggu kemarin.”

Theo menggangguk, “Aku antar kok nanti.”

Alette menatap Jo kemudian bertanya, “Kamu gapapa sendirian?”

“Kan sudah biasa sendirian.”

Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang