D.E.L.A.P.A.N

4.7K 376 49
                                    

Sehun beberapa kali mencoret kalimat di berkas yang dipegangnya. Albert-salah satu orang kepercayaannya hanya terdiam melihat Sehun yang serius memeriksa laporan. Albert melirik jam ditangannya dan ia memastikan kalau Sehun sudah melewati jam pulangnya. Sehun Alkeano Abraham harusnya pulang dua puluh menit yang lalu tapi Sehun memilih tetap berlama-lama di kantornya. Sehun hanya beberapa kali berada di kantor Abraham Group karena kasibukannya sebagai rektor dan saat pria itu berada di Abraham Group, Albert bisa memastikan kalau atasannya selalu pulang telat.

 Ada dua hal yang membuat Albert selalu tidak nyaman saat Sehun pulang telat; Pertama, atasannya belum makan malam dan Albert tidak ingin ia di cap sebagai bawahan yang tidak memerhatikan atasannya. Beberapa kali ia menawari makanan untuk Sehun tapi selalu ditolak.

Kedua, Sehun sudah menikah dan ada istri yang menunggunya di rumah. Albert sebenarnya tahu apa yang terjadi dengan pernikahan Sehun tapi ia juga mengerti karena mungkin Jo sedang menunggu kepulangan Sehun sekarang.

“Maaf, Pak,” kata Albert membuat Sehun berhenti membaca tapi tetap fokus menatap kertas di tangannya. “Sudah waktunya jam pulang dan Anda belum makan malam,” kata Albert lagi.

 Sehun meletakkan kertas di tangannya ke atas meja lalu menatap Albert, ia tahu kalau Albert lelah dan ia menghela napas karena itu. “Aku akan pulang sebentar lagi dan kamu bisa pulang terlebih dahulu.”

“Saya akan menunggu Anda.”

Sehun tersenyum kemudian ia berdiri, “Kamu tahu kalau aku tidak akan pulang kalau kamu sudah pergi.”

 Albert yang akan mengatakan sesuatu memilih diam saat suara dering handphone Sehun terdengar. Ia memperhatikan raut wajah Sehun yang tetap datar seperti biasanya. Lalu saat Albert mendengar Sehun menyebut nama Jo, Albert tersenyum tipis. Ia berpura-pura sibuk melihat sesuatu setelah Sehun menyelesaikan pembicaraannya dengan Jo.

“Aku pergi dan pastikan besok pagi aku sudah menerima laporan yang baru.”

Albert mengangguk lalu membiarkan Sehun pergi dengan sedikit berlari.

...

  ...

Sehun tidak mengerti kenapa ia harus berlari dengan cepat dan melewati lampu merah hanya karena Jo memberitahu kalau dirinya sedang kehilangan uang dan tidak bisa pulang naik taksi. Ketika Sehun menghentikan mobilnya di pinggir jalan dan melihat Jo yang duduk dengan sibuk menjilat ice cream di tangannya membuat Sehun mendengus kemudian berjalan mendekat.

“Masuk mobil sekarang!”

Jo mendongak lalu berkata, “Tunggu aku habisin ice cream. Kalau aku masuk sekarang, mobil kamu nanti kotor.”

Sehun tidak menanggapi. Ia tetap memilih untuk berdiri di samping Jo dan memperhatikan jalanan. Ia mengerutkan dahi saat menyadari kalau posisi mereka jauh dari jalan raya.

“Untuk apa kamu ke tempat jauh seperti ini?”

“Mencari kos kosan. Listen, setelah kita bercerai aku akan keluar dari rumah kamu dan aku sudah siap dengan tempat tinggal baru. Kalau aku sudah menemukannya, aku akan menunjukkannya kepada kamu.”

“...”

“Kalau kamu tertarik lebih tepatnya.”

“Masuk mobil,” kata Sehun setelah ia melihat ice cream di tangan Jo habis. Jo mengangguk lalu terdiam saat ia berdiri di samping pintu mobil. “Aku boleh masuk?” tanya Jo kepada Sehun.

“Tidak perlu kalau kamu tetap ingin disini.”

Jo mendengus lalu ia segera masuk ke dalam mobil Sehun. Ini pertama kalinya bagi mereka berbicara tanpa emosi. Selama perjalanan pulang, Jo lebih sering memperhatikan jalanan dan sesekali ia melirik Sehun yang terus diam.

“Kenapa kamu datang kesini?” tanya Jo setelah diam cukup lama.

“Karena kamu tidak memiliki uang untuk naik taksi.”

“Apa itu saja alasannya?” tanya Jo. Entah jawaban apa yang sebenarnya diinginkannya. Sehun datang kepadanya karena kasihan dan harusnya ia berterimakasih karena itu.
“Apa kamu ingin aku memberikan alasan lainnya?”

“Kalau ada.”

“Jo,” Sehun memanggil namanya lagi. “Ada yang ingin aku bicarakan dengan kamu.”

Jo menoleh dan dengan semangat ia bertanya, “Sidang perceraiaan kita besok?”

“Tidak secepat itu karena kamu belum menandatanganinya. Aku akan mengirimkan berkasnya kepada Devandra setelah kamu menandatanganinya. Dan aku juga penasaran kenapa kamu sudah mencari tempat tinggal karena mungkin saja aku akan memberikan tempat tinggal baru untuk kamu.”

 “Apa kita sedekat ini untuk berbicara semua hal?”

“Tidak. tapi, kalau kamu menolak untuk berbicara tidak masalah.”

Jo tertawa, “Aku tidak menginginkan apapun dari kamu setelah kita bercerai. Aku tidak ingin bergantung kepada orang lain terlebih ke mantan suami. Aku bisa hidup sendiri.”

“kamu yakin?”

“Sangat yakin.”

Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang