E.N.A.M B.E.L.A.S

4.5K 491 200
                                    

Rumah Ivander dan Aliana terlihat lebih luas dari rumah Sehun. Tanaman hijau yang menjalar sepanjang jalan dan tertata rapi membuat Jo sangat yakin kalau mertuanya menyukai beberapa hal berbau fantasi. Ini kedua kalinya Jo datang ke rumah mertuanya dengan Sehun. Ia melirik ke arah Sehun yang diam saja. Satu jam yang lalu, Katia-adik Sehun memberitahu kalau dia dan suaminya sudah berada di rumah dan meminta Sehun untuk datang.

“Adik kamu terdengar marah saat menelepon kamu tadi.”

Sehun menoleh lalu berkata, “Dia selalu seperti itu.” Sehun mengingat kejadian dua tahun lalu. “Dua tahun lalu, dia meminta aku untuk menjemputnya saat kabur dari Schneider. Aku tinggal dengannya selama satu minggu di villa keluarga dan ia semakin marah karena Schneider yang tidak menjemputnya.”

“Apa Schneider tahu dimana kalian tinggal waktu itu?”

“Ya setelah meminta bantuan aparat internasional.”

Jo yang mendengarnya langsung bergidik ngeri. Ia sebenarnya tahu tentang informasi aneh ini karena Alette yang memberitahunya dua bulan lalu. Alette menyebutnya sebagai penjemputan calon istri tergila.

“Apa kamu gugup karena bertemu adik aku?” tanya Sehun setelah menghentikan mobil di depan rumah dan pelayan langsung membuka pintu untuk Jo. Setelah Jo berdiri di samping Sehun dan mereka bersiap untuk masuk ke dalam, ia berbisik, “Aku sedikit gugup.”

Sehun mengacak-acak rambut Jo, “Adik aku lebih tua dua tahun daripada kamu dan mungkin kalian akan menjadi akrab.”

Jo menghembuskan napas lalu mengangguk. Ia membiarkan Sehun menggandeng lengannya. Beberapa pelayan yang melihat mereka segera memberikan hormat membuat Jo tidak nyaman. Rivaldi adalah kepala pelayan di rumah ini selama lima tahun terakhir dan saat pria yang lebih tua lima tahun dari Sehun itu berdiri lalu membungkuk untuk memberikan hormat, Jo melirik ke arah Sehun yang mengangguk. Kemudian keduanya mengikuti langkah Rivaldi menuju ruang tengah dimana semua orang sudah menunggu.

“Pak Sehun Alkeano Abaraham dan Ibu Joyana Putri Andreas sudah tiba,” kata Rivaldi membuat semua orang langsung menoleh.

“Oh,” Aliana terlihat menaikkan salah satu alisnya saat melihat Sehun yang masih menggenggam tangan Jo.

Jo yang menyadari langsung melepaskan diri dan berjalan mendekat. Ia memeluk Aliana dan Ivander lalu berhenti tepat di depan Katia yang sedang hamil. Ia melirik ke arah Sehun yang hanya diam saja lalu ia memberikan senyum canggung, “Aku-”

“Panggil aku Katia,” kata Katia lalu memeluk Jo tidak cukup erat karena terhalang perut. Kemudian Katia menarik Jo untuk duduk di sebelahnya. Katia tahu bagaimana harus bersikap saat keluarga besarnya berkumpul. Dia harus menjadi wanita anggun sampai selesai.

“Jadi, apa saja yang dilakukan kakak aku kepada kamu?” tanya Katia membuat Jo sangat tidak mengerti.

“Melakukan apa?”

“Apa saja.”

Jo terdiam lalu berpikir. Semua orang yang berada di ruangan menunggu jawaban Jo, kecuali Sehun yang sibuk dengan memilih donat. Saat ia mencoba memakan satu donat, ia mengernyit lalu menatap Jo dan tanpa suara ia berkata, “Manis banget.”

Jo yang melihat itu tersenyum lalu dengan semangat ia berkata, “Dia menunggu Pak Mamat setiap pagi. Dia membantu aku membuang sampah snack dan dia juga membantu aku menghabiskan sisa makanan aku.”

Sehun yang mendengarnya mengangguk lalu memberikan senyuman bangga. Aliana yang melihat keduanya langsung menggelengkan kepala tidak mengerti. Dan terlepas dari apapun yang dilakukan anaknya, Aliana sebenarnya marasa takjub karena Jo yang berhasil membuat Sehun melakukan itu.

“Siapa itu Pak Mamat?”

“Penjual donat keliling.”

“Sehun, harusnya kamu membeli donat di tempat yang lebih bersih atau minta dibuatkan kepada orang-orang yang berada di rumah kamu,” kata Aliana kepada Sehun. Sehun menoleh dan menjawab, “Pak Mamat orangnya juga bersih.”

Katia berbalik dan melihat Sehun dengan alis terangkat. Kakaknya hanya memberikan senyuman kecil lalu kembali menyibukkan diri.

“Dan kamu akan tinggal di Indonesia mulai sekarang?” tanya Jo karena menurut informasi, Katia memilih tinggal di Perancis sejak pernikahannya dengan Schneider.

Katia menggeleng. Ia mengusap perutnya yang membesar dan berkata, “Aku tinggal disini sampai aku lahiran. Aku akan bertanya untuk terakhir kali, apa kamu serius dengan hubungan kakak adik versi kalian?”

“Aku-”

Katia berdiri lalu mengajak Jo untuk keluar dengan alasan mencari angin segar. Katia membawa Jo ke taman di samping rumah dan mereka duduk di gazebo. Ia memperhatikan wajah Jo cukup dekat lalu tersenyum. “Hubungan kakak adik kalian itu sangat tidak nyaman pada akhirnya. Kalian suami istri, kenapa kalian harus bersikap seperti ini?”

“Maksud kamu?”

“Aku akan membantu kamu melepaskan hubungan kakak adik ini, Jo.”

“Ha?”

“Kamu menginginkan Sehun melihat kamu sebagai seorang istri kan? Aku akan membantu kamu. Kamu percaya saja kepada aku. Aku juga akan  mengajak Mia untuk membantu kamu. Dua minggu lagi, aku akan mengadakan baby shower disini dan aku meminta kamu untuk datang.”

Jo berusaha mengerti dengan apa yang dikatakan Katia tapi ia sama sekali tidak mengerti. Melepaskan hubungan kakak adik? Melihat Sehun yang menganggapnya sebagai seorang istri? Lalu baby shower? Apa yang harus dilakukannya kepada wanita hamil di depannya ini? Berteriak dan mengatakan kalau ia tidak membutuhkan itu semua dan membuatnya sedih? Tidak, tidak, Jo bukan orang jahat.

Dan kalimat yang ia katakan pada akhirnya hanya, “Oke, aku akan datang.”

Black PearlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang