Chapter two

7.3K 825 50
                                    

--------

Saat ini jennie terlihat sedang menikmati secangkir kopi disebuah cafe yang tak terlalu jauh dari butiknya. Tapi tak mengharuskannya berjalan kaki,ia tetap membawa mobilnya dan memarkirkan mobil kesayangannya tak jauh dari jangkauan pandangannya saat ini. Kaca tembus pandang membuatnya bisa sambil menikmati suasana diluar cafe.

Sesekali melihat jam dipergelangan tangan kanannya ia mendesah pelan. Saat ini Seorang gadis yang ia tunggu belum juga menampakkan batang hidungnya. Karena seperti yang dikatakan gadis itu tentang apa yang dipakainya, ia akan mengenakan jumpsuit putih yang dilapisi leather jaket, kemudian sebuah kaca mata hitam.. agar jennie bisa dengan mudah mengenalinya. Tapi dari sekian orang yang masuk bukan seperti ciri2 yang disebutkan.

Tak lama pintu cafe berdenting yang menandakan seseorang telah memasuki tempat tersebut, tapi jennie mengabaikannya karena ia sibuk menatap layar telponnya. Ia merasakan seseorang mendekat menuju tempat duduknya.

"Jen. K..? " sapa seseorang pada jennie, dan ia pun mendongak dari layar telponnya berganti menatap seorang gadis yang menyapanya.

Gadis itu menyebutkan nickname emailnya, karena jennie sendiri belum menyebutkan nama aslinya.

"Kim Jisoo...?" balas jennie.

Seperti yang bisa dilihat dari stylenya, jennie bisa langsung mengetahui jika yang dihadapannya sekarang adalah Kim Jisoo... "Namaku jennie Kim, panggil saja jennie."

Gadis yang ditanya tersenyum dan kemudian duduk dihadapannya setelah melepaskan kaca mata oversize nya yang sejak tadi menutup sebagian wajah cantiknya..

Saat itulah jennie bisa melihat secara keseluruhan kecantikan gadis itu,sungguh berbeda jauh dari foto yang dilihat pikirnya. Gadis itu memang cantik saat ia lihat difoto tapi saat dilihat secara langsung.. Wow sungguh bisa 10x lipat cantiknya. Tak heran jika ia memiliki budget termahal... Sebuah mahakarya.

"Maaf jika aku sedikit terlambat.." ucap gadis itu yang membuat pikiran jennie kembali pada kenyataan.

"Ah.. Bukan masalah, lagipula cafe ini tidak jauh dari tempat kerjaku jadi aku memang suka mampir kesini." balas jennie memberi senyum penenang... "Oh iya aku sampai lupa menawari kau minum,mau minum apa? Aku akan panggilkan baristanya."

"Tidak usah repot2,terimakasih tapi aku tidak terlalu suka kopi." sahut jisoo, menolak dengan sopan.

"Baiklah, tapi kalau boleh tahu kenapa kau tidak menyukainya? Padahal kopi bisa membuat pikiran kita rileks." jennie bertanya tak percaya. mengangkat bahunya.

Jisoo menatap gadis didepannya beberapa detik sebelum menjawab.."aku tidak suka karena kopi itu pahit seperti hidupku, jadi aku tak ingin menambahnya." jawabnya bercanda dan tertawa yang membuat jennie pun ikut tertawa.

"Tapi bisakah kita tidak membicarakan hal pribadiku, bukankah tujuan kita bertemu untuk membiacarakan pekerjaan" usul jisoo saat tawa mereka terhenti.

Jisoo merujuk pada kesepakatan yang akan mereka atur.

"Mian... Aku terlalu lancang." jennie sedikit menyesal dari suaranya.

"Gwenchana.." jisoo tersenyum kemudian ia melanjutkan "Emh.. Jadi kenapa kau ingin memakai jasaku? Dan untuk apa"

Jisoo melipat lengannya dimeja, dan siap mendengar penjelasan dari gadis yang akan memakai jasanya tersebut.

"Begini, aku ingin kau menjadi partner untukku saat pernikahan sepupuku nanti."

Jennie mulai menjelaskan dan jisoo hanya mengangguk paham.

"kau tahu, aku bisa saja pergi sendiri tanpa pasangan tapi disana akan ada mantan pacarku dan jika ia mengetahui aku datang sendiri harga diriku akan diinjak2 olehnya."

The Wedding Partner [Jensoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang