Chapter Twenty Two

6.6K 807 132
                                    

“Kau tidak usah cemas jisoo-ah. Jangan terlalu kau pikirkan tentang perkataan orang yang masih berpikir kolot seperti dia.”

Daddy jiyong melirik jisoo yang masih diam sejak beberapa menit argumennya dengan ayah seulgi berakhir. Gadis itu masih tertunduk menatap lantai. Sementara jennie yang berada disisinya masih setia meremas jarinya seakan memberi energi dari sana.

“Dengar jisoo. Daddy tidak perduli tentang siapa kau sebelumnya atau seperti apa kehidupanmu. Aku sudah menganggap kau seperti anakku sendiri. Kami sudah sangat menyukaimu.” Tambah jiyong seraya mengusap pelan bahu jisoo. Tindakan dan perkataan itu cukup sukses membuat jisoo mendongak lalu menumbuhkan senyum tulusnya. 

“Sekarang kau tak perlu takut. Siapapun yang menganggumu, bilang saja pada daddy maka aku akan membelamu.”

“Kamshamnida..daddy !” jisoo menjawab sedikit canggung. Ia sedikit merasa bersalah pada saat memanggil jiyong dengan sebutan itu lantaran hatinya tak cukup tega telah berbohong pada orang sebaik beliau.

Kemudian ia melirik pada jennie dengan tatapan yang sulit diartikan oleh gadis yang lebih muda sehingga gadis itu membuat ekspresi bingung.

Sebelum jennie bisa bertanya daddy nya kembali menyela.

“aku ingin menyambut beberapa kolegaku yang baru saja tiba. Kalian berdua bersenang-senanglah dihari bahagia sodara kalian ini.” Ucap jiyong sekali lagi sebelum laki-laki paruh baya itu berlalu dari hadapan keduanya. Mereka hanya mengangguk.

“Ada apa dengan wajah itu?” yang lebih muda bergumam sesaat setelah kepergian ayahnya. Jennie masih penasaran dengan arti tatapan yang lebih tua sebelumnya.

“Apa maksudmu?”

“Kau memberiku tatapan seolah aku telah berbuat jahat.” Jennie menyilangkan lengan didadanya.

“Berarti kau sudah tau.” Sahut jisoo santai. Tanpa repot² memberi jennie pandangan. Karena fokusnya kini pada nyanyian chaeyoung yang merdu mengalun disisi lain ruangan. Sedangkan bobby disisinya tampak lihai memainkan tuts piano. Sungguh tak rugi memiliki sepupu yang bertalenta seperti mereka.

“Yak ! emng apa yang telah ku perbuat?!” sahut jennie mengerucutkan bibirnya. Berharap tindakan itu akan mempengaruhi jisoo dalam hal apapun namun sekali lagi gadis itu tak melihat padanya.

“Kau pikir saja sendiri.” Ketus jisoo.

Jennie mencoba memutar otaknya, menebak, menerka tentang apa yang dimaksud ucapan jisoo padanya namun tetap saja ia tak menemukan jawaban jika berpikir sendiri. Lantas ia mengikuti arah pandang mata rusa milik jisoo, berharap ia bisa mendapat yang ia inginkan disana.

Kali ini jisoo nampak semakin serius. Siratan wajahnya menampilkan kemarahan.

Tatapan tak suka jisoo ternyata bukan pada pemandangan chaeyoung yang bernyanyi namun pada seseorang yang berdiri tak jauh dari mereka. Hal itu menimbulkan senyum simpul sang gadis bermata kucing.

Sepertinya ia sudah mendapat poin dari perkataan jisoo padanya. Ia sekali lagi melirik pada objek, tapi sialnya objek yang ia lirik ternyata membalas tatapannya sehingga mata mereka bertemu, mau tak mau jennie menyunggingkan senyum manisnya agar tak terlihat mencurigakan. Namun sepertinya orang tersebut salah menangkap sinyal yang ia beri,dan memutuskan mendekat.

Jennie tak berharap hal itu terjadi, tapi ia juga tak bisa mencegah Kai datang padanya. itu bukan keputusan yang tepat,  Terlebih saat mengetahui kemarahan yang tersirat dari jisoo adalah karena laki-laki itu. Dan jennie hanya terlihat pasrah dan salah tingkah.

“Hai jen ! apa semuanya baik² saja?” tanya kai saat mencapai posisi berdirinya. Ia menebar senyum bergetah pada jennie maupun jisoo namun yang lebih tua tak berniat membalas. Ia lebih tertarik melihat tak tentu arah.

The Wedding Partner [Jensoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang