Chapter Twenty Six

6.3K 808 230
                                    

“aku tak menyangka akan bertemu dengan anda lagi tante. Setelah sekian lama.” Jennie berkata saat mereka memutuskan untuk beristirahat pada salah satu kursi trotoar. melanjutkan obrolan pada umumnya.

Dengan minuman kaleng ditangan,jennie kemudian menyesapnya.

“Aku juga tak menyangka jika aku saat ini dipertemukan lagi denganmu jennie-ah. Kau semakin cantik saja, dan...” tante dara mengamati gadis itu dari atas hingga bawah kemudian berkata lagi. “kau tambah matang, apa kau sudah memiliki pacar, tunangan atau bahkan suami?”

Pertanyaan wanita paruh baya itu sukses membuat jennie hampir tersedak. Ia buru² membersihkan tenggorokan sebelum menjawab.

“Kalau suami tentu saja belum tante. Aku bahkan belum berpikir sampai kearah sana.” Elaknya. “aku masih terlalu muda.”

Jennie kemudian tersenyum manis. Tante dara memasang wajah curiga dan menyipitkan matanya.

“Tapi kalau pacar pasti punya kan?” desaknya. “karena dari gerak gerikmu terlihat sekali jika kau sedang kasmaran.”

Tante dara bertanya tapi dengan nada menuduh. Membuat jennie blushing.

“Tante membuatku malu saja.” Gadis bermata kucing tak bisa lagi menyembunyikan rasa malu sekaligus senang. Entahlah senang karena apa,mungkin saja ia seolah baru saja menemukan orang yang mengerti dia tanpa diberitahu terlebih dahulu.

Padahal jika dilihat dari tingkah orang yang sedang kasmaran memang tak bisa disembunyikan lagi, aura yang keluar benar² berbeda...seolah perasaan itu yang paling berharga dan utama dari apapun.

“Siapa orang yang beruntung itu?” tanya wanita paruh baya itu sekali lagi. Entah apa yang membuatnya ingin tahu.

Menyaksikan jennie yang semakin malu mengakui, ia melanjutkan. “Haih..kau tidak jauh berbeda dengan putriku. Tingkahnya akhir² ini juga sangat aneh semenjak jatuh cinta. Aku heran anak jaman sekarang sangat berbeda dengan jamanku dulu.”

Jennie diam² tersenyum dengan komentar tante yang masih cantik itu. Ia dengan seksama mendengarkan ocehan tentang anak semata wayangnya.

“Terkadang aku sedikit ngeri melihat putriku tersenyum sendiri, aku harus banyak usaha jika ingin meminta sesuatu untuk ia lakukan. Karena ia akan lupa setelah itu,dan bertanya padaku berulang kali...aishh dasar anak itu.” Ia terkekeh sambil menceritakan tingkah laku gadis berbibir hati pada jennie yang dengan seksama mendengarkannya. “tapi aku senang putriku sudah ceria seperti semula,dan...”

Wanita paruh baya itu tiba² menghentikan kalimatnya dan menoleh pada jennie,lalu tertawa pelan. “Lihat? Aku mengoceh bukan. Astaga maafkan aku. Kenapa aku malah curhat padamu jennie. Ya Tuhan.”

Wanita itu tampak menyesal ketika menyadari telah berbicara panjang lebar mengenai keluarganya..yang seharusnya tak pantas dilakukan pada pertemuan pertama mereka.

“Tidak apa² tante. Aku justru senang mendengarkan saat anda berbicara tentang apapun itu tanpa sungkan. Jadi aku merasa tante bukan menganggap aku orang lain.” Bantah jennie menenangkan. Ia memberi senyum paling menggemaskan. itulah kenapa ia sangat dekat dengan wanita single parent itu,mereka sering berbagi layaknya ia dan eommanya.

“Aww...jennie kenapa kau sangat manis.” Tante dara membawa tangan menyentuh pipi chubby gadis sampingnya.”jika saja sooya tidak memiliki kekasih dan kau pun begitu,aku ingin sekali kalian berdua yang menjadi pasangan.”

Jennie cukup terhentak atas ucapan wanita yang bersamanya itu,tapi ia tetap menjaga ekspresinya agar tak terlalu tampak.

Tapi tante dara tentu saja menyadarinya.

The Wedding Partner [Jensoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang