Chapter Thirty ( END )

6.2K 740 342
                                    

a/n ; sorry ya up nya agak lama, soalnya diriku lg males *janganditiru* , dan moonmaap klo dipart ini reader kurang dapet feelnya. maka disarankan bacanya pelan2 yee wkwk

lets to do read ~

----

POV Jisoo





Jennie jangan tinggalkan aku...

Aku mengigit bibir bawah mencegah mulutku mengeluarkan suara saat airmata mengalir deras dipipi. Dadaku terasa sesak, napasku tertahan. Kepalaku dipenuhi semua bayangan-bayangan buruk yang akan terjadi.

Merosot pada dinding putih rumah sakit,aku bersandar disana mencari tumpuan diri. Mencoba menenangkan perasaan rumit yang terhimpun. Berpikir tentang bagaimana situasi saat ini berjalan sangat lambat dari biasa, dan aku sangat membencinya. Entah apa yang terjadi didalam ruangan, yang jelas saat ini jennie sedang berjuang. Berjuang untuk bertahan.

Tolong jangan menyerah...

semua orang menunggu dengan cemas. Tak ada seorangpun yang tertarik untuk berbicara maupun mengeluarkan suara,dan lebih memilih menunduk sambil berdoa dalam hati.

Pemandangan itu sedikit menguatkanku,setidaknya hatiku merasa hangat saat mengetahui semua anggota keluarga sangat menyayangi jennie dan menginginkan dia baik-baik saja. Tak heran jika jennie memiliki kekuatan lebih untuk sembuh,lantaran banyak yang tak ingin kehilangan dirinya. Meskipun cidera yang diderita tak main-main tapi tak sedikitpun menyurutkan semangatnya untuk bertahan.

Jennie gadis yang kuat...

Dia akan baik-baik saja...

Ketika waktu terasa seperti berabad-abad lamanya, sang dokter yang ditunggu² akhirnya keluar dari ruangan jennie dengan tampilan yang bisa dibilang seperti usai berperang; berusaha semaksimal mungkin untuk pasiennya. Beliau menghela napas panjang seraya mengelap keringat yang menetes didahi.

Praktis semua orang berhambur menghampiri sang dokter laki-laki yang tampak sangat kewalahan sambil membersihkan kacamata minusnya.

“Dokter bagaimana kondisi putri saya? A-apa dia baik saja dok? Tolong katakan jennie tidak kenapa² dokter,ku mohon !”

Tante Chaerin memborbardir dokter dengan pertanyaan menuntut disertai isakan yang masih tersisa. Daddy jiyong memeluknya dari samping untuk memberinya dukungan sekaligus mencegah sang istri dari tindakan diluar kendali. Sedangkan semua sepupu jennie hanya diam namun menunjukkan wajah antisipasi pada apa yang akan disampaikan oleh dokter.

Sementara aku pelan² beringsut mendekat pada kelompok,walau kakiku terasa seperti tak bertulang lagi dan kapan saja bisa membuatku ambruk. Tapi perasaan harap-harap cemas membuatku dengan mudah melangkah.

“dokter tolong jawab ! putriku baik-baik saja kan? Kenapa diam saja?!” tante Chaerin sedikit menaikan nada suaranya, sangat tak sabar dengan hasil yang belum juga dikatakan padanya.

“tenang! Kumohon tenanglah, berilah waktu dokter untuk menjelaskan.” Daddy jiyong mengingatkan. Mencengkram bahu istrinya agar lebih rileks.

“dok,bagaimana kondisi putri saya,jennie ?”

Daddy jiyong bertanya dengan tenang, namun tak bisa menutupi kenyataan jika dirinya juga tak sabar.

Aku tersentak ketika merasakan kedua pundakku mendapatkan tekanan, menoleh kearah kanan dan menemukan eomma yang berdiri disampingku sambil meletakkan tangan disekitar, dengan wajah yang tak kalah cemas. Entah sejak kapan ia tiba.

Eomma sedikit meremas bahuku,seolah memberitahu jika dia bersiap menangkapku kapanpun tubuhku lemas dan terjatuh. Aku pun membalas remasan pada tangannya dan kembali fokus mendengar apapun hasil yang disampaikan.

The Wedding Partner [Jensoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang