Chapter fifthteen

7K 867 139
                                    

Flashback..

sudah seminggu lebih lamanya jisoo mengurung diri dikamar , sejak ayahnya meninggalkannya untuk selama-lamanya. Perasaan terpukulnya membuat jisoo tak ingin berinteraksi dengan dunia luar untuk sementara waktu. Ia hanya butuh ketenangan,ia tak butuh motivasi atau semacamnya dari orang2 karena menurutnya hal itu hanya membuat hatinya bertambah rapuh.

Namun ternyata keputusan itu tidaklah tepat. Karena walau bagaimanapun dia juga masih manusia , yang mana masih membutuhkan orang lain untuk mendukungnya.

Dari sekian banyak orang didunia ini ia hanya butuh setidaknya satu orang yang mengerti dirinya. Memberinya pelukan penenang dan mengatakan jika semuanya akan baik2 saja.

Cukup Satu orang saja.

Jisoo mendongakkan kepala yang sebelumnya bertumpu pada kedua lututnya. Ia teringat akan satu orang itu. Dan ia harus menemuinya karena ia yakin hanya dia yang mampu memberinya kekuatan.

Dengan tekad yang kuat jisoo akhirnya bangkit dari ranjang kusutnya. Bergegas menuju pintu, ia tidak repot2 menilai penampilannya. Ia tidak perduli jika orang lain melihat wajah kusamnya dan betapa tak menariknya dirinya saat ini.

Walau tubuhnya terasa lemah namun tak sedikitpun menghentikan niatnya. Yang sudah menjadi sebuah keharusan baginya.

"Jisoo-ah. Akhirnya kau keluar juga nak.." suara ibunya menghentikan langkahnya. Ia pun menoleh pada wajah khawatir yang tampak jelas.

"Eomma sangat mencemaskanmu. Eomma takut terjadi sesuatu padamu jisoo-ah. Berhenti bertingkah seperti itu. Kau harus kuat. Ayahmu tidak akan suka jika mengetahui kau putus asa begini."

Wanita paruh baya tersebut mengusap wajah jisoo yang masih tak berekspresi. Sisa airmatanya mengering dipipi.. tak terasa airmata eommanya pun tumpah saat melihat keadaan putri satu2nya yang sangat memprihatinkan.

"Eomma..." akhirnya jisoo bersuara. Walaupun masih bergetar. Karena terlalu banyak menangis mengakibatkan tenggorokkanya terasa kering.

Melihat pada bolamata putrinya yang tampak sayu eommanya menunggu jisoo untuk melanjutkan namun jisoo tak tampak ingin berbicara lagi. "duduklah disini jisoo-ah."

Eomma meminta dirinya untuk duduk disebuah sofa disamping kirinya namun jisoo tak bergerak tanda jika ia tidak setuju.

"Wae jisoo-ah?" Tanya ibunya saat melihat putrinya menggeleng.

"Aku ingin pergi eomma. A-aku ingin pergi menemui seulgi." Pinta jisoo.

"Tidak. Bagaimana bisa kau pergi dengan kondisimu yang seperti ini. Eomma tidak akan mengijinkanmu." Sahut ibunya tegas.

"Eomma aku mohon. Ijinkan aku menemuinya. Sekali ini saja." Jisoo memohon dengan wajah memelas. Menempelkan kedua tangannya.

Ibunya mendegus kasar dan mengalihkan pandangan kearah lain. Selain melihat keadaan putrinya yang masih belum stabil , ia juga tak menginginkan jisoo menemui kekasihnya dikarenakan beberapa hari yang lalu orang tua dari seulgi lebih tepatnya ayah dari gadis tersebut menemuinya. Meminta dirinya memberitahu jisoo agar jangan pernah lagi mengganggu dan menemui putrinya. Dan jisoo pun tahu jika hubungannya dan seulgi tak pernah mendapat restu dari  kedua orang tua kekasihnya.

"Jisoo-ahh. Kau tahu kan?  Jika ayah seulgi sampai mengetahuinya. Kau akan celaka. Aku tidak akan membiarkan apapun terjadi padamu. Tidak akan."  Ibunya mengingatkannya. Namun jisoo tetap tak memperdulikannya.

"Ku mohon sekali ini saja. Aku membutuhkannya eomma. Dan aku sangat merindukannya." Jisoo menghiba dengan air mata mengalir dipelupuk matanya. Membuat ibunya semakin terenyuh melihat kondisinya. Jika ia tetap tak mengijinkan jisoo maka sama saja ia akan menambah penderitaan putrinya.

The Wedding Partner [Jensoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang