Chapter eight

7.8K 840 116
                                    


Pov Jennie

Setelah selesai berganti pakaian yang pantas, aku segera keluar dari kamar dan menghampiri nayeon yang sedang menungguku di sofa ruang tengah. Hari ini memang sudah menjadi hari dimana kami mengurus semua yang menyangkut persiapan pernikahannya. Tapi sebelumnya aku sempat melupakan janji itu karena larut dengan percakapanku dan jisoo. Sungguh membuatku betah berlama-lama dengannya.

Jisoo. Aku ingin tersenyum jika sudah menyebut namanya. Setelah aku cukup mengenalnya  membuat hatiku seakan menghangat..

Seorang maniak game yang menyukai nasi dan chikin diatas segalanya. Itu membuatku ingin tertawa..

Tunggu..

Tsk.. Ada apa denganku? Kenapa gadis itu mempengaruhi perasaanku sekarang?

Apa aku sudah menyukainya? Entahlah. Aku tidak tahu pasti.

Fokus...

Fokus...

Ini merupakan hari ketiga aku dan jisoo berada disini. Empat hari sebelum pesta pernikahan dilangsungkan, dan tentu saja kami tidak punya banyak waktu lagi untuk mengurusnya.. Sehingga kami harus memanfaatkan waktu minim itu sebaik mungkin. Jika saja nayeon tidak lalai tentu ini tidak akan terjadi.

Dia membuatku kesal, sungguh. Tapi aku tak bisa menyalahkan penuh padanya.

"Jennie.. "

Nayeon mulai berbicara saat kami sudah berada dimobil dan sedang dalam perjalanan.

"Hmm.." sahutku seadanya dan tetap fokus menyetir.

"Mianhae jennie-ah." ucapnya sedikit agak takut.

Mungkin dia mengira aku benar2 marah padanya karena sejak tadi aku hanya diam. Yang sebenarnya hanya sibuk dengan pikiranku sendiri.

"Apa maksdumu kau meminta maaf?" tanya ku

"Karena aku sangat tidak sopan masuk kamarmu tanpa mengetuk dan..." nayeon sengaja mengantung kata2nya sambil mempoutkan bibirnya, ia tahu jika aku pasti paham apa yang ia maksud

"Makanya kalau masuk itu ketuk dulu. Apapun bisa terjadi dikamar seseorang, yah..bisa jadi aku sedang telanjang setelah selesai mandi atau apapun. Kemudian seperti yang kau lihat aku dan jisoo sedang... " aku tak menyelesaikan kalimatku, dan menoleh padanya sebentar, yang terlihat jelas sangat menyesal diwajahnya

"Mian jennie-ahh lain kali aku akan mengetuk dulu, atau aku tidak akan mengunjungi kamarmu lagi setelah ini." ucapnya yang membuatku terkikik

"Kau berlebihan nayeon-ahh. Tidak ada yang melarangmu, kau bisa masuk kamarku kapan saja namun sopan santun harus dibiasakan. Dan mengenai hal itu aku tidak marah, melainkan aku sangat marah padamu." candaku dan main2 melotot padanya, membuatnya tertawa sambil menggelengkan kepalanya. dan suasana diantara kami kini mencair

" Kau kan bisa melanjutkan itu kapanpun kau mau. Itu tidak seperti kalian berdua berada dirumah yang berbeda. Bahkan kalian berada disatu kamar yang sama, yang mana kalian bisa bercinta sesering apapun tanpa ada yang mengganggu." nayeon menggodaku dengan kata2nya yang membuat bulu sekujur tubuhku berdiri.

Karena ucapan nayeon membuatku kembali membayangkan sesi makeout ku dan jisoo beberapa jam yang lalu. Hanya gara2 tantangan konyolku yang meminta jisoo memberiku kissmark, sehingga membuat kami terbawa suasana. Tapi jika boleh jujur Sentuhannya sungguh membuatku melayang. Aku tak pernah membayangkan jika bercinta dengan seorang gadis bisa seluar biasa itu.

Walaupun aktivitas sensual itu terhenti tapi itu sudah membuatku lupa diri. Bahkan diriku sangat menyalahkan keadaan karena telah membuat aku merasa ditinggalkan dengan keputus asaan dalam gairah yang tertahan.

The Wedding Partner [Jensoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang