Chapter Nine

7.7K 830 78
                                    

Setelah ciuman yang mereka bagi sebelumnya jisoo kembali bertindak normal seperti tidak ada yang terjadi. Tapi saat hanbin melihat kearah mereka ia akan kembali memulai seluruh aktingnya. Menyentuh, memeluk kemudian mencium jennie dipipi dan dibibir.

Jennie tidak keberatan dengan semua itu, ia bahkan menerima dengan senang hati. Meskipun ia harus tetap mengingatkan dirinya sendiri jika semua itu palsu, itu hanya akting. Agar ia tidak semakin terbawa perasaan konyolnya itu.

Karena saat ini ia tidak memperdulikan apapun lagi, Selama ia masih bisa menikmati sentuhan dari jisoo semua itu tidak akan jadi masalah buatnya. Seolah Gadis itu sudah jadi candu baru baginya.

Saat ini keduanya tengah berada dikamar. Yang mana kondisi kamar mereka cukup berantakan untuk ukuran seorang gadis. Karena jisoo sangat kurang dalam hal kebersihan, jadi bisa dikatakan secara keseluruhan itu adalah ulahnya.

"Bisakah kau membantuku untuk membersihkan ini?" jennie berjalan mengitari kamar dimana terdapat barang2 yang tidak pada tempatnya.

Jisoo masih asyik dengan game diponselnya, ia tak memperdulikan jika jennie sedang meminta bantuannya.

"Apa kau mendengarku? Semua ini ulahmu, kau tahu itu? Jadi sekarang kau harus membantuku." jennie mengomel sambil berkacak pinggang dan menatap gadis yang berbaring dikasur dengan ponsel ditangannya.

"Jennie ini tidak kotor. Kenapa harus repot2 membersihkannya?" sahut jisoo tanpa menghentikan aktivitasnya

"Kau bilang ini tidak kotor?" jennie bertanya seraya menujuk semua malapetaka dikamarnya. "Kau lihat barang2 berserakan tidak beraturan. Kau masih mau mengelak."

Jisoo memblokir layar ponselnya kemudian bangkit dari tempat tidur dan menatap jennie yang bediri, masih berharap dirinya untuk membantu.

"Dengar ya jen. Pertama; ini tidak kotor. Kedua; barang2 yang berserakan tak beraturan, bukankah itu semua barangmu? Dan Bh merah itu juga milikmu." jisoo membantah, dan telunjuknya mengarah pada sebuah BH yang tergeletak dilantai.
Mendengar itu wajah jennie memerah. Ia sangatlah malu mengingat kebiasaannya sebelum mandi ia akan melempar barang itu kesembarang tempat. Tapi bukanlah jennie namanya jika ia menyerah begitu saja.

Jennie melompat keatas ranjang dimana gadis cantik yang tidak manusiawi itu berada yang kembali fokus pada ponselnya.

"Ayolah jisoo, apa salahnya kau juga ikut membantuku membereskannya. Apa kau tak suka jika kamar kita bersih, itukan pasti lebih membuat kita nyaman."

Jennie mencoba membujuk jisoo dengan membuat wajah manja dan aegyo andalannya dengan suara2 anak kecil. Setidaknya itu berhasil membuat jisoo mengentikan game nya dan beralih menatap wajah jennie yang berpura-pura memelas. "Pekerajaan akan terasa lebih ringan jika dikerjakan bersama-sama." tambah jennie semakin membuat aegyo yang menyebalkan.

"Astaga hentikan aegyo itu." jisoo menggeleng dan tertawa geli

"Aku akan berhenti tapi Jika kau bersedia membantuku." jennie bersikeras dan memayunkan bibirnya, membuat jisoo bertambah jengkel karena tak tega jika seseorang sudah membujuknya begitu.

"Aish.. Jennie Kim kau akan jadi kematianku." jisoo bergumam sebelum kemudian bangkit

Jennie terdiam sejenak, ia masih mencoba mencerna apa yang baru saja jisoo ucapkan padanya. Bukan karena ia tak tahu maknanya tapi lebih kepada maksudnya. Apa maksud dari ucapannya itu.

Jisoo semakin misterius menurutnya, setiap kali ia akan mengungkap sisi dari gadis itu dan saat itu pula sisi yang lain akan muncul ke permukaan.

Siapa sebenarnya Kim Jisoo?

The Wedding Partner [Jensoo] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang